Oleh Muafa
“Perhatikanlah siapa saja yang akan Allah pertemukan denganku nanti” Demikian kata saya kepada istri menjelang saya menghadiri acara pertemuan para kyai di Ponpes Darul Istiqamah Woro, Bojonegoro.
“Sebab, hamba Allah manapun yang dikehendaki Allah bertemu dan berinteraksi denganku di acara nanti, pasti itu penting dan bermakna”
“Bukankah Allah kuasa mempertemukanku dengan siapapun di antara 7 miliar manusia lebih? Lalu ketika Dia memilihkan untukku orang-orang tertentu, bukankah sudah semestinya ada “pesan” di baliknya yang harus kita cari dan renungi?”
“Termasuk nanti saat aku bertemu dengan orang-orang alim tersebut”
“Mustahil aku akan berbincang panjang lebar dengan semua orang yang jumlahnya nyaris seratusan itu. Sudah pasti hanya akan ada beberapa saja. Nah, yang membuatku begitu penasaran dan tertarik adalah kepada siapa Allah memutuskan aku berinteraksi banyak di malam itu”
***
Ternyata pertama kali yang menyapa saya adalah ustaz Muhammad Muzakka dari Ponorogo.
“Ustaz Muafa nggih?” sapa beliau dengan takzim dan ramah, saat saya berjalan lewat menuju tempat duduk. “Nggih” jawab saya sambil menggegam erat tangan beliau. Saya harus belajar sikap humble dan keramahan beliau.
Setelah itu ternyata saya dipersilakan duduk pas disamping ust. Salim A. Fillah Empat.
Begitu duduk, perhatian saya langsung fokus ke sambutan tuan rumah K.H. Abdul Hamid Saifuddin Zuhri al-Musyaffa’. Demi Allah, sebelum saya bertemu beliau, hati ini telah diberi perasaan cinta kepada beliau karena Allah. Bagaimana perasaan ini muncul jika diceritakan bisa panjang lebar. Semoga putra beliau gus Najih Ibn Abdil Hameed berkenan menyampaikan cinta saya ini kepada abahnya. Supaya saya bisa meneladani kesalihan beliau.
***
K.H. Abdul Hamid juga sosok ulama pengamal poligami yang saya sukai.
Tanpa glorifikasi, tanpa koar-koar dan tanpa bombastisasi.
Tidak tampak sama sekali beliau membanggakan dirinya dengan poligami itu.
Cukup bukti saja yang berbicara.
Saya menyaksikan ponpes yang berjalan, santri ribuan, biaya murah, diberi putra yang mewarisi ilmu, rezeki anak-anak hingga 19 orang, bagi saya ini sudah sangat cukup untuk berhusnuzan bahwa poligami beliau adalah di jalan ketakwaan insya Allah.
***
Poligami beliau juga manusiawi sekali.
Beliau cerita, total istri beliau sebenarnya 8 orang. Satu wafat, dan yang tiga “diambil orang”!
Artinya, poligami orang saleh tidak selalu cerita tentang keindahan.
Ada juga kisah duka, keputusan berpisah, bahkan terkadang harus merelakan wanita yang pernah dicintai untuk dimiliki orang lain.
Bukankah Umar konon menikah hingga dengan 11 wanita?! Dua di antaranya ditalak. Lalu setelah ditalak, mantan istri yang bernama Qarībah binti Abī Umayyah dinikahi Mu’āwiyah dan mantan istri yang bernama Bintu Jarwal al-Khuzā’ī dinikahi Abu Jahm? Riwayat ini bahkan diceritakan dalam Sahih al-Bukhārī.
Bagaimanapun juga wanita dan pernikahan adalah perkara duniawi.
Jalan beramal.
Bukan hal yang layak didramatisasi.
***
Menjelang akhir sambutan K.H. Abdul Hamid mengijazahkan sebuah zikir yang nampaknya ditunggu-tunggu sejumlah hadirin.
Sebab, konon zikir itu bisa melancarkan yang punya niat poligami. Juga menyelesaikan masalah hidup apapun atau mengabulkan hajat apapun.
Adapun cara pandang saya, fokusnya justru lebih senang ke substansi zikir yang mengajak takut neraka, takut murka Allah, dan senantiasa meminta pertolongan Allah saat berjuang menyebarkan dinNya.
***
Selesai sambutan K.H. Abdul Hamid, barulah saling sapa dengan para ustaz dan kyai.
Ustaz Ahmad Riyadin menyapa. Saya mengenal beliau sebagai ahli Al-Qur’an.
Lalu gus Najih putra KH. Abdul Hamid. Saya terharu saat beliau mengatakan bahwa sudah lama memfollow saya, padahal hakikatnya saya juga banyak menikmati tulisan-tulisan beliau.
Lalu ustaz Kajie Aziz. Kami sampai berpelukan. Karena sebenarnya sudah lama ingin bertemu, tapi takdir membuat kami pertama kali bertemu di forum itu.
Lalu ustaz Muhammad Rifqi Arriza. Pasangan suami istri ulama dengan ustazah Sheila Ardiana. Saya terharu saat beliau menyampaikan kembali bahwa buku saya “Islam dan Kedokteran” dikaji di klinik dan rumah sakit muhammadiyah binaan beliau berdua.
Lalu ustaz Denok/Deden (Kyai Samping Lepen). Saya ingat beliau sering mengapresiasi, menyebarkan dan merekomendasikan tulisan-tulsian saya.
Lalu ada gus Tsabit Abi Fadhil II. Beliau ini memang periang dan grapyak dalam bergaul. Jadi kenalannya banyak dan menjadi paling familiar.
Lalu ada ustaz Abdul Wahid Alfaizin yang menyapa dari belakang saat menuju ke ruang sarasehan. Bertemu langsung dengan salah seorang ulama MUI adalah kebahagiaan tersendiri.
Lalu ada ustaz Fatih ElMufid, yang sempat keliru saya tebak ustaz Fahmi.
Lalu ada mas Endik (Umar Ali) yang rupanya cukup antusias menggali informasi seputar Hizbut Tahrir.
Lalu ada ustaz Alfan Sewu Khumaidi yang juga menyapa dengan ramah.
lalu ada ustaz Muhammad Salim Kholili yang juga sebenarnya ingin bicara banyak tentang Hizbut Tahrir, sayangnya waktu sudah mepet dengan kepulangan.
Terakhir ustaz Multazam Muslih. Ustaz paling lembut yang pernah saya ajak bicara di acara tersebut.
***
Tentu saja andai semua berkesempatan dialog, semua yang hadir pasti akan senang berdialog dan berbincang-bincang. Tetapi di waktu yang singkat, memang akhirnya beberapa sajalah yang ditakdirkan berinteraksi.
Semoga forum-forum pertemuan cinta karena Allah semisal itu semakin banyak di masa yang akan datang. Semoga pula Allah memberi saya kekuatan untuk banyak menghadirinya.
***
Kemarin, di acara kopdar alim ulama Ahad 11 Jumada al Ula 1447 H/ 2 November 2025, saya datang sebagai murid.
Beristifadah dan mencari ilmu.
Juga memperbanyak sahabat saleh.
Tentu saja semua pembicara di acara sarasehan memberikan banyak kalimat-kalimat bermanfaat. Yang paling saya ingat adalah cerita kemarahan mbah Moen kepada orang yang berambisi mendirikan pesantren tapi melupakan esensi mendirikan pesantren yakni “mengajar”. Kisah indah nasihat mbah Moen ini mencambuk saya untuk lebih serius dan semangat lagi mengajar din kepada hamba Allah manapun yang didatangkan Allah kepada saya.
Tentu tidak boleh dilupakan juga yang paling berjasa menyatukan para kyai dalam pertemuan ini, pak erte Urip Alam Sentosa II . Takzimnya beliau sungguh indah, juga sangat ngopeni saya mulai datang hingga kepulangan. Semoga Allah membalas kebaikan beliau dunia akhirat.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين