Bismillahirrohmaanirrohiim

Analogi Khobar Mutawatir di Masa Kini

Oleh Fahmi Hasan Nugroho 

Ada satu barang di e-commerce ratingnya 5 tapi yang memberi rating hanya 5 orang, satu lagi ratingnya 4.5 tapi yang memberi rating ada 250 orang, mana yang akan anda pilih? Jawaban rata2 anak kelas adalah yang 250. Kenapa? Karena jumlah sumber informasi akan mempengaruhi persepsi kita terhadap suatu informasi. Semakin banyak sumber informasi maka anda bisa semakin percaya.

Contoh lain seperti trending topic di Twitter. Orang Cianjur menyatakan ada gempa, orang Jakarta bilang ada gempa, orang Sukabumi bilang ada gempa, orang Bogor dan Depok juga. Kata gempa naik jadi trending topic, anda yang di Wamena akan percaya bahwa di Jawa sana terjadi gempa.

Tapi jumlah saja ga cukup, karena kita tahu bahwa rating barang di e-commerce itu bisa direkayasa, trending topic Twitter juga bisa digerakkan oleh buzzer. Maka ada ukuran lain yang menjadi acuan selain jumlah, yaitu tidak adanya potensi kesepakatan untuk berbohong.

Dua hal itu adalah syarat utama suatu berita dapat dipercaya. Para ulama kita menyebutnya dengan istilah mutawatir.

Kemudian, jika informasi yang disampaikan adalah informasi yang terjadi di masa lampau, maka dua syarat itu harus selalu ada sepanjang waktu, sejak informasi itu muncul hingga hari ini. Jika tidak, maka informasi itu ga masuk ke dalam kategori mutawatir.

Terakhir, jika ada dua orang bercerita tentang suatu hal yang sama, yang satu mengalaminya secara langsung, sedangkan yang satu tidak mengalaminya, maka anda cenderung percaya yang mana? Pastinya, anda cenderung menerima informasi dari yang mengalami kejadiannya.

Islam muncul melalui tradisi lisan sebelum berubah menjadi tradisi tulisan. Karena tradisi lisan memiliki potensi distorsi yang besar, maka para ulama membuat sistem sedemikian rupa agar tradisi intelektual Islam terjaga kemurniannya. Itulah yang menjadikan kita yang hidup 14 abad dari sumber informasi tersebut masih bisa mengklaim bahwa ibadah yang kita lakukan itu sama dengan yang Rasulullah lakukan, dan Al-Qur'an yang kita baca itu juga sama dengan yang Rasulullah baca.

Ini adalah yang paling penting, yaitu tentang otentisitas ajaran dari sumbernya. Setelah urusan ini selesai, barulah kita bicarakan praktiknya, penerapannya, dan pengembangannya seiring dengan perubahan zaman.

Dalam perkuliahan ushul fikih kemarin saya jelaskan konsep dasar tentang riwayat yang menjadi ciri khas tradisi intelektual Islam dan berhasil menjaga keaslian ajarannya (Makanya ada komentar yang ga suka 😅). Saya menjelaskan dengan sangat logis dan mudah dipahami. Jika anda penasaran, sikahkan simak di sini:

https://youtube.com/live/2LDk7y6epDg?feature=share


.

PALING DIMINATI

Back To Top