Bismillahirrohmaanirrohiim

MENUNGGU KEAJAIBAN DALAM HIDUP?


Oleh: Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya

Segala jenis keajaiban, mukjizat dan perkara di luar kebiasaan (khawāriq al-‘ādah) yang ditunjukkan Allah dalam hidup seorang hamba, sejatinya bukan cerminan status yang menggembirakan. Sebaliknya, justru itu menunjukkan ada hati yang sakit, bebal, angkuh, penuh keraguan, dan mudah terombang-ambing.

Lihatlah Fir’aun.

Allah sampai memberi sembilan ayat, sembilan keajaiban dan sembilan mukjizat untuk membuktikan bahwa ajakan nabi Musa itu haqq, benar dan layak diikuti. Allah berfirman,

﴿وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى ‌تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ﴾ [الإسراء: 101]

Artinya,

Sungguh, Aku telah menganugerahkan kepada Musa sembilan mukjizat yang nyata” (al-Isrā’: 101)

Sungguhpun begitu, Firaun tetap kufur. Ini menunjukkan tingkat kebebalan Fir’aun sudah sangat akut hingga mukjizat 9 kalipun tidak sanggup melunakkan hatinya.

*** 

Lihatlah umat Yahudi di zaman Nabi isa.

Mereka ditunjukkan keajaiban nabi Isa semenjak dalam kandungan yang lahir tanpa ayah, bisa berbicara saat masih bayi, bisa menciptakan burung dari tanah, bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir, bisa menyembuhkan orang kusta seketika, bisa memperbanyak makanan, bisa memperbanyak ikan di lautan, bahkan hingga bisa menghidupkan orang mati yang yang tidak diberikan Allah kepada nabi-nabi lainnya! Sungguhpun begitu, mayoritas Yahudi tetap kufur terhadap Nabi Isa!

Semua itu justru cerminan betapa bebalnya kaum Yahudi, betapa rusak hati mereka, dan betapa rendah iman mereka. Sampai Allah memberi banyak sekali ayat, tanda dan keajaiban, dan setelah itupun mereka tetap kufur.

*** 

Lihatlah kaum setelah masa nabi Isa yang berdebat tentang hari kebangkitan di akhirat. Yakni perdebatan apakah kebangkitan itu hanya roh saja, ataukah jasad sekaligus roh, atau bahkan hanya simbolisme saja. Mereka berdebat seperti ini setelah filsafat masuk dalam ruang-ruang pengajaran kitab suci hingga mereka berada keraguan yang dahsyat tentang hakikat kebangkitan di akhirat. Lalu Allah menghadirkan Ashabul Kahfi sebagai keajaiban besar. Dari situ Allah menunjukkan betapa mudahnya Dia membangkitkan manusia dari kematian, roh sekaligus jasadnya persis seperti kita hidup saat ini, walaupun sudah berlalu 300 tahun!

Sungguhpun begitu, masih banyak juga orang yang ragu dengan hari kebangkitan sampai hari ini. 

*** 
Oleh karena itu, dari sini sekarang kita bisa memahami mengapa kisah-kisah karamah di zaman Sahabat itu sangat jarang, dan justru di masa setelah Sahabat malah lebih banyak. 

Sebab, di masa Sahabat, iman mereka sudah kokoh, hati mereka sangat salīm, bersih dari keraguan dan selamat dari kebimbangan. Mereka sudah sangat yakin dengan kebenaran Al-Qur’an dan tidak perlu lagi dikuatkan dengan mukjizat baru, atau karamah baru atau keajaiban apapun yang menguatkan iman. Saat Imam Ahmad ditanya mengapa berita karamah di zaman Sahabat itu sedikit sementara setelah masa Sahabat malah lebih banyak, belau menjawab,

«أُولَئِكَ ‌كَانَ ‌إِيمَانهم ‌قَوِيا فَمَا احتاجوا إِلَى زِيَادَة يقوى بهَا إِيمَانهم وَغَيرهم ضَعِيف الْإِيمَان فى عصره فاحتيج إِلَى تقويته بِإِظْهَار الْكَرَامَة». «طبقات الشافعية الكبرى للسبكي» (2/ 333)

Artinya,

“Mereka (para Sahabat) adalah orang-orang yang imannya kuat, jadi mereka tidak butuh tambahan (tanda) untuk menguatkan iman mereka. Adapun selain Sahabat, iman mereka lemah di zamannya sehingga dibutuhkan penguatan iman dengan menampakkan karamah” (Ṭabaqāt al-Syāfi‘iyyah al-Kubrā, juz 2 hlm 333)

Hanya sesekali saja Allah menampakkan karamah untuk individu-individu Sahabat. Seperti Abu Bakar umpamanya. Di antara berita karamah beliau adalah makanannya yang terus bertambah walaupun terus diambil berkali-kali. Seakan-akan Allah sudah memberi isyarat, bahwa Abu Bakar nanti akan diuji dengan fitnahan pembenci yang menuduh beliau murtad, berhala sesembahan Quraisy dan ujaran kebencian yang lain. Maka Allah menunjukkan sebagian ayatNya, supaya tahu bahwa Abu Bakar dengan karamah yang diberikan kepada beliau adalah salah satu waliNya, bahkan wali terbaik di antara seluruh Sahabat Nabi ﷺ.

*** 
Jangan pernah mengejar karamah.

Jangan pula berbangga-bangga jika diberi.

Jangan pula berharap sering-sering menyaksikan keajaiban dalam hidup.

Sebab, itu justru tanda hati kita sedang “sakit”

Semakin ajaib sesuatu ditunjukkan Allah kepada kita, justru itu menunjukkan semakin bermasalah hati kita. Karena ternyata tidak cukup dinasihati dengan Al-Qur’an, hadis Nabi ﷺ dan kalam ulama.


.

PALING DIMINATI

Back To Top