Oleh Adibushsholeh
Banyak alumni yang bersyukur karena waktu di pesantren giat ikut roan di berbagai sektor. Sehingga akhirnya mereka mengerti & memiliki ilmu bangunan, pertukangan, kelistrikan, pengolahan sampah, pertanian, perikanan, bahkan memasak/catering yang menjadi modal hidup mandiri dan bahkan tidak jarang justru keahlian tersebut menjadi penopang ekonomi bagi mereka ketika sudah berkeluarga.
Oleh sebab itu, hendaknya pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu syariat tetapi juga ilmu kehidupan (life skill) sebagai bekal keterampilan bagi para santri di kemudian hari karena tidak semua santri menjadi kiai. Yang penting berkontribusi dan bermanfaat untuk negeri, insyaallah kelak menjadi penghuni surgawi.
Sedangkan "santri ndalem" (khodim) yang melakukan tugas rutin, mereka ditanggung makannya, pendidikannya dan bahkan mendapatkan uang saku untuk beli kitab karena berasal dari keluarga yang tidak mampu. Mereka berangkat ke pondok hanya modal niat yang kuat untuk mencari ilmu dan barokah.
Inilah yang kadang kurang bisa dipahami oleh mereka yang tidak pernah mondok. Sehingga terkadang menanggapi secara negatif dan cenderung sinis. Tapi bisa dimaklumi, karena mereka memang tidak mengerti dunia pesantren. Anggap saja sebagai kritik dan evaluasi agar menjadi lebih baik.
Saran bagi pesantren ketika mengadakan roan:
1. Jangan ada paksaan kecuali yang bersifat tarbiyah
2. Tidak menyita waktu belajar santri
3. Utamakan keselamatan
4. Berkonsultasi dengan pakarnya
5. Istighosah/tahlil, selametan dan doa bersama sebelum roan terutama yang berskala besar dan beresiko.
