Bismillahirrohmaanirrohiim

Mengupas Sejarah Asli Syeikh Siti Jenar

Mengupas Sejarah Asli Syeikh Siti Jenar

Oleh : Raden Syair Langit

Kanjeng Syeikh Sunan Kalijaga atau Raden Mas Syahid pernah membuat sebuah kalimat kiasan yg di tujukan kepada Syeikh Lemah Abang atau Syeikh Siti Jenar,
Sunan Kalijaga berkata "Wahai Syeikh Lemah Abang, engkau bagaikan rembulan walau dilihat dari sisi yg gelap"
berhati hatilah menghukumi Syeikh Siti Jenar, dengan kefaqiran ilmu bisa menimbulkan fitnah apalagi tertiba kepada seorang Auliya, bahkan seorang Habaib atau Syaid keturunan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.
Syeikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.

Kemudian ketika Syeikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. KesultananMalaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.

Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.
Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.

Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:

1.       Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya

2.       Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,

3.       Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara

4.       Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.

Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.

KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah:

1.       Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong, yg ada adalah, ketika beliau Syekh Siti Jenar sedang berdakwah disebuah daerah yang juga mendakwahi seorang Adipati, beliau sempat dikalahkan oleh seorang dukum ahli sihir kepercayaan Adipati itu sendiri. Kekalaha beliau bukanlah kekalahan yang sebenarnya, mungkin itu adalah skenario Allah untuk mempertemukan beliau dengan Sunan Bonang dan juga Sunan kalijaga. Saat itu ketika Sunan Bonang akan mengijajahkan ilmu kewalian, ilmu makrifat kepada muridnya Sunan Kalijaga, secara tidak sengaja kapal yang akan dinaiki itu bocor, tanpa sepengetahuan Sunan kalijaga, beliau mengambil tanah liat yang ia gunakan untuk menambal perahunya, dan ternyata didalam tanah liat itu terdapat cacing tanah, yang ternyata cacing tanah itu adalah Syekh Siti Jenar. Oleh karena itu secara tidak langsung, Sunan Bonang mewariskan dan meng ijajahkan ilmu makrifat dan ilmu kewalian kepada Sunan kalijaga dan Syekh Siti Jenar secara langsung. Hal itupun baru disadari ketika mereka semua kembali menepi disisi pantai, karena sewaktu itu pewarisan ilmu makrifat dilakukan ditengah laut, agar tidak ada makhluk yang sembarangan mendengarkan ilmu agung itu. Sunan Bonang tiba-tiba serasa melihat ada kehidupan didalam tanah liat yang digunakan Sunan Kalijaga untuk menambal perahunya yang bocor. Dengan kuasa Allah, Sunan Bonang berdoa dan cacing itupun kembali menjadi Syekh Siti Jenar, dan hal itu juga yang menjadi awal nama Syekh Siti Jenar, karena nama itu diberikan oleh Sunan Bonang. Syekh Siti Jenar sendiri memiliki beberapa nama, diantaranya adalah, Sayid Hasan Ali, Syekh Siti Jenar, Syekh Lemah Abah, Syekh Abdul Jalil, dan Syekh Lemah Birt.
Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” ( Adapun diceritakan kalau Lemah abang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang )

II.                  “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah pemelintiran makna, tidak berdasar alias ngawur, mengartikan bahasa hakikat oleh syare'at. Dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’.

III.               Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

IV.              Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun, manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon setelah sholat Tahajud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“ Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: “Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin sembilan waliyullah yang suci yg sebagian banyak adalah dari keturunan Nabi Muhammad SAW akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama, sangat tidak bisa diterima akal sehat.”

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai, bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:
1) Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2) Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3) Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]

Sedulur sedaya, berhati-hatilah menghukumi sesuatu, gunakan ilmu yg benar dan rujukan yg sahih.
Pemalsuan sejarah yg bisa merusak umat Islam ini bukan hanya tentang Kanjeng Syeikh Siti Jenar, kita semua tau, seperti hal nya sejarah palsu tentang manusia purba yg menganggap manusia berasal dari Kera, belum lagi penyimpangan penemu-penemu ilmu pengetahuan yg telah di ganti oleh orang-orang kafir, padahal cendekiawan Islam lah yg telah menemukannya, bagaimana kita melihat sejarah laut hitam, kitab ilmu pengetahuan yg dimusnahkan keasliannya, dan seperti itulah juga yg terjdi pada sejarah Kanjeng Syeikh Siti Jenar.
Saya masih teringat tentang ungkapan kiasan dari Kanjeng Sunan Kalijaga.
Beliau berucap, "Wahai Syeikh Lemah Abang, engkau bagaikan rembulan walau dilihat dari sisi yg gelap".
Ini adalah bahasa maknawiyah, yg kurang lebih mempunyai arti, bahwa Syeikh Siti banyak dianggap sesat, padahal mulia di mata Allah.

Bagi sedulur-sedulur yang ingin melihat versi penjelasannya dalam bentuk video bisa klik link dibawah ini :

https://www.youtube.com/watch?v=A09q0nelXic

Semoga rangkuman sejarah Kanjeng Syeikh Siti Jenar ini bisa bermanfaat bagi kita semua dunia raukh ahirat, dan semoga kita bisa memetik hikmah untuk kebaikan hidup kita didunia fana ini.

Silahkan sebarkan, agar semakin banyak umat yang tau, dan terhindar dari fitnah keji buatan penjajah.
Akhirulkalam, adapun benar dan salahnya, kita tetap harus kembalikan kepada Allah yang Maha dari segala yang Maha.
Bila benar yakinlah dari Allah, dan bila salah itu atas kebodohan saya, semoga Allah dan sedulur-sedulur memaafkan, jangan sampai menjadi kaitan buruk nanti dihadapan Allah.

Semoga Bermanfaat.

#ﺭﺍﺩﻳﻦﺷﺎﻋﺮلاڠيت


.

PALING DIMINATI

Back To Top