Bismillahirrohmaanirrohiim

Ketika Habib Umar Meminta Maaf Karena Sedikit Terlambat

Oleh Muhammad Ismael Al Kholilie

* Catatan dari Tarim : Ketika Habib Umar meminta maaf 

Malam Senin, 10 Syawal 1439 H.

Aku berjalan terburu-buru menuju rumah Habib Umar. Waktu sudah menunjukkan pukul 21:50, padahal aku sudah diberi tahu bahwa acara 'rapat dauroh' bersama beliau akan dimulai tepat jam 21:30 waktu Tarim. 

" Sudah pasti terlambat.." Aku membatin dalam hati

Huft.. Semua gara-gara syahwat perutku yang selalu minta dimanja dan dituruti. Antrian di Mat'am Jamalah di malam itu benar-benar menyita waktuku. - untung aku cuma nunggu aja gak ikutan ngantri - . Pesananan siap dan waktu sudah lewat dari jam setengah sepuluh ! Terpaksa aku makan secepat-cepatnya lalu pamit duluan pada teman-teman makanku untuk segera menuju rumah Habib. 

Aku sampai di halaman rumah beliau. Tapi anehnya tampak dua orang yang selalu 'mengikuti' agenda-agenda Habib Umar masih ngobrol santai di luar. Mereka berdua adalah Syaikh Mus'ab dari Manchester - dulu sebelum masuk Islam bernama 'Lucky' - dan Ali Mubayyid dari Australia. 

" Apa jangan-jangan acaranya batal ya ? Atau sudah selesai ? " fikirku.. 

Aku memasuki rumah Habib, dan ternyata sudah berkumpul puluhan orang di ruang tamu, kebanyakan memang santri-santri Habib Umar dari berbagai negara, ada yang dari Inggris, Jerman, Australia, Afrika selatan, Amerika, Filiphina, Malaysia dan tentunya Indonesia. Mereka ini adalah pelajar-pelajar yang ditugaskan untuk menyambut dan membimbing para peserta dauroh yang akan tiba sebentar lagi. Tiap tahunnya, Habib Umar memang mengadakan Dauroh Shofyah, semacam pesantren kilat di liburan musim panas yang berlangsung selama 40 hari dengan para peserta yang berasal dari 5 benua. 

Waktu itu ternyata Habib Umar belum hadir di tempat. sambil menunggu beliau, Habib Bakri Al Hamid menyampaikan wejangan-wejangannya. Suguhan Teh merah dan Teh Hijau sudah datang dua kali.. 

Suasana tiba-tiba berubah, orang-orang yang ada diluar berdiri, alamat bahwa ia yang ditunggu-tunggu telah tiba. Dan benar saja.. Beliau dengan senyuman khasnya datang memasuki ruang acara.. 

Beliau duduk kemudian memulai dawuh beliau tentang tujuan-tujuan dauroh, tugas-tugas mulia yang diamanahkan kepada kami dan niat-niat agung yang harus terpatri dalam hati kami ketika menjalankan Khidmah ini.. 

" Tujuan utama kita adalah membahagiakan hati Rasulullah Saw " pesan beliau di malam itu.. 

Sebelum mengakhiri kalamnya, beliau berkata : 

" Maafkan saya sudah terlambat selama 30 menit.. " meskipun seperti sebuah canda, aku yakin ucapan beliau ini serius dan tulus, bukan sekedar basa-basi.. 

Semua diam.. Tak ada yang berani berkomentar. Apalagi aku yang juga datang telat ! Duuh.. Ingin rasanya maju lalu berkata kepada beliau : 

" jangankan setengah jam Siidy, sampai subuhpun kami ikhlas menunggu .. " 

" Meskipun hanya 30 menit " beliau melanjutkan dawuhnya " tapi bukankah jumlah kalian ini banyak ? Dari setiap orang saya telah mengambil 30 menit dari waktunya, itu artinya saya sudah menyita banyak sekali waktu.. " 

" Semoga Allah memaafkan saya dan semoga kalian juga memaafkan saya.. " beliau memungkasi kalamnya.. 

Aku terdiam tak tahu lagi harus berkata apa. Pelajaran apa lagi yang lebih berharga dari akhlak-akhlak mulia beliau ? Beliau sudah mengundang kami - murid-muridnya- ini ke rumah beliau, menyuguhi dan memuliakan kami layaknya tamu-tamu agung, memberikan kami nasehat-nasehatberharga. Setelah itu semua beliau malah meminta maaf atas satu hal yang sampai kapanpun tak akan pernah kami anggap sebagai sebuah kesalahan. jadwal beliau setiap hari begitu padat, dan nyaris semua waktunya beliau luangkan untuk mudir-muridnya dan masyarakat Tarim. mulai dari sebelum fajar beliau hadir bersama kami, lalu mengajar, medengarkan pertanyaan dan curhatan orang-orang, menerima tamu-tamu, menghadiri undangan pernikahan, mengajar pemuda-pemuda Tarim, menghadiri sholat janazah, menjenguk orang-orang sakit dan belasan agenda lainnya sampai beliau kembali ke rumahnya sebelum tengah malam untuk kemudian berkholwat bersama Rabb-nya.

Aku selalu berfikir, seandainya mereka yang datang kesini untuk berguru kepada beliau hanya melihat akhlak dan perilaku beliau sehari-sehari ( saja ), tanpa membaca kitab apapun, maka itu sudah lebih dan lebih dari cukup.. 

Beliau yang meskipun sudah mencapai derajat yang begitu tinggi, memiliki ribuan murid yang menjadi inspirasi dan sebab hidayah bagi jutaan orang di bumi ini, tapi dari dulu beliau tetaplah seperti itu.. Tak pernah merasa telah berbuat apa-apa dan selalu meyakini diri sebagai seorang hamba yang hina dan penuh dosa..

" minal abdil Aqoll.. Dari hamba Allah yang paling hina " aku masih ingat itu adalah permulaan surat beliau yang ditulis di bandara dan dikirim untuk kami sebelum beliau melaksanakan ibadah haji 5 tahun yang lalu... 

Dari beliaulah - seperti apapun pencapaian agung yang telah dan akan kita capai- sudah seharusnya kita belajar untuk tak lupa diri, tetap merendah dan selalu membumi... 

* Ismael Amin Kholil, Tarim, 14 Syawal


.

PALING DIMINATI

Back To Top