Bismillahirrohmaanirrohiim

Santri Nakal dan Mbah Maimun Zubair


* Tiba-tiba teringat Mbah Yai Maimun..
Suatu hari - seperti yang dikisahkan Gus Muhammad Pekalongan - seorang santri akan diboyong pengurus keamanan karena berbagai kasus pelanggaran. Ketika akan diantar pengurus keamanan sampai jalan raya untuk dicarikan bis, Santri itu lari menuju ke ndalem Yai Maimoen,
Ia menangis dan tersungkur sesenggukan dibawah kaki beliau.
Yai dawuh: "enten nopo"?
Kang santri itu menjawab: "kulo bade diboyong pengurus, tapi kulo taseh pengen mondok yai"...
Kemudian yai manggil pengurus keamanannya lantas kemudian dawuh:
" santri iki ora usah diboyong yo, mergo cah enom seng gelem ngaji saiki longko..."
Beliau lalu menoleh kepada santri itu dan berkata :
" tapi sampean kudu janji...ojo nakal maneh"..
Gus Rojih Ubab - cucu Mbah Yai - pernah berkata :
" Mbah kung iku nek ono santri nakal, ngongkon digedekno husnudzone, Husnudzon Cah iku bakal taubat lan dadi apik suatu saat, Lan didongakno ben cepet mari nakale.. "
Suasana 'balik-an' para santri seperti ini membuatku teringat masa-masa ABG-ku dulu waktu mondok di Sarang. Tiba-tiba aku rindu suasana disana, aroma khas lautnya, dan tentunya rindu beliau yang menjadi Ikon utama Bumi Sarang : Mbah Yai Maimun Zubair.
Teringat totalitas beliau dalam mengajar dan mendidik para santri, beliau - yang meski selelah apapun, pulang dari perjalanan sejauh apapun dan dalam usia yang sangat sepuh seperti itu - selalu meluangkan waktunya untuk mulang dan mengajar santri-santrinya, tidak jarang - karena saking capeknya - beliau tertidur beberapa detik ditengah-tengah membacakan kitab untuk kami. Di bulan Ramadhan beliau bahkan bisa berjam-jam duduk tanpa henti untuk membacakan kitab, semua waktu beliau seakan-akan hanya beliau dedikasikan untuk ilmu dan para penuntutnya..
Aku juga masih ingat betul dawuh beliau di malam itu, waktu itu beliau baru saja pulang dari kunjungannya ke Uzbekistan, sebuah dawuh yang aku buat pegangan hingga detik ini untuk tetap bertahan mencari ilmu meski harus bertahun-tahun hidup di negeri orang, jauh meninggalkan rekor Bang Toyib yang cuma gak pulang 2 x puasa 2 x lebaran itu..
" Ora usah mikir engko dadi opo.. Tapi Ngajio sing sergep, sinau sing sergep.. "
Dan tentunya aku tak akan pernah bisa melupakan keikhlasan beliau yang begitu besar dalam mengajar dan mendidik santri-santrinya tanpa mengharapkan imbalan apapun. Pagi itu, setelah sowan dan minta restu untuk pergi ke Yaman, aku menyalami beliau dengan sebuah amplop - sebenarnya sebelumnya beliau sudah pernah menolak amplop yang hendak aku hadiahkan, tapi ini terakhiran, masak gak ngasih apa-apa ? - dan benar saja, amplop itu beliau tolak untuk kesekian kalinya, beliau senyum dan dawuh :
" Nggak usah macem-macem.. "
Aku pamit, kembali ke kamarku NH 30, tiduran, menutupi wajahku dengan kain, dan kemudian menangis sejadi-jadinya ..
Semoga Allah memanjangkan umur beliau, memberikan beliau kamalassihhah wal afiyah agar tetap selalu menjadi penyejuk dan pelindung bagi ummat ini dari semua kepalsuan dunia ..
* Ismael Amin Kholil, Tarim, 16 Syawal.


.

PALING DIMINATI

Back To Top