Bismillahirrohmaanirrohiim

SEBENARNYA SAYA INI ANAK SIAPA

Oleh: Jum'an Basalim

Ini pasti kalimat yang dicari-cari, atau berasal dari sandiwara televisi karena kita semua tahu ibu-bapak kita. Bukan. Ini adalah pertanyaan hakiki seorang anak yang terpisah dari orang tuanya sejak kecil baik karena diadopsi, dijual, diculik atau diterlantarkan. Mengangkat anak (adopsi) yang dulu dianggap sebagai suatu solusi yang mulia sekarang ternyata makin banyak ruwetnya. Seorang anak miskin yang tidur berdesakan digubuk sempit dan kumuh, kurang makan dan penyakitan, diangkat kerumah besar yang bersih, cukup makan, dijaga kesehatannya dan disekolahkan menjadi manusia yang bermartabat. Sekarang adopsi sudah menjadi bisnis besar. Amerika saja tahun lalu mengadopsi 3000-an anak China, 2000-an anak Ethiopia dan 1500-an anak Rusia. Dari 1992 - 2000 lebih dari 70.000 bayi China (kebanyakan perempuan) diadopsi orang Amerika. Belum lagi adopsi domestik; total tiap tahun Pengadilan Amerika meng-approve 150.000  keputusan adopsi. Belum lagi dibagian dunia yang lain. Maka timbullah kasus-kasus yang pelik dari pelaksanakan adopsi.

Belum lama ini Ny. Torry Hansen di Amerika mengembalikan anak angkatnya yang berumur 7 tahun ke Moskow dengan alasan: anak ini mentalnya tidak stabil, perilakunya keras dan culas, parah. Saya merasa dibohongi oleh Panti Asuhan Rusia tentang stabilitas mental anak ini. Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyebut pengembalian anak angkat ini sebagai "perbuatan yang mengerikan" dan ia menyatakan menaruh perhatian khusus perlakuan terhadap anak-anak Rusia yang diadopsi di Amerika. Kasus ini pasti menghambat atau mungkin membatalkan izin adopsi Amerika-Rusia. Di Jerman, Patrick Stuebing dari Leipzig melakukan kumpul kebo dengan kakaknya sendiri Susan sampai punya 4 anak. Tiga diantaranya cacat fisik dan mental berat. Patrick diadopsi pada umur 3 tahun dan baru bertemu keluarganya setelah 23 tahun, lalu tinggal serumah. Mula-mula hubungannya dengan Susan biasa saja, tetapi kemudian berkembang seperti diatas. Kasus ini telah dijadikan contoh dampak buruk dari adopsi. Efek Westermarck menunjukkan bahwa apabila anak-anak dibesarkan bersama sampai umur 6 tahun, maka ketertarikan seksual mereka akan tertutup, tidak saling tertarik satu sama lain selamanya. Mungkin ini merupakan berkah perlindungan Tuhan. Tidak hanya diharamkan menikahi saudara sendiri, kita dilindungi dengan memadamkan nafsu kita terhadap mereka. Sebaliknya kakak beradik yang hidup terpisah sejak kecil dan bertemu sesudah dewasa, bukan hanya kemungkinan saling tertarik; dengan kemiripan wajah, mereka lebih tertarik lagi karena perasaan lebih dapat dipercaya, dibandingkan dengan lainnya.

Adopsi memang tidak sederhana. Anak yang kita angkat mungkin segar bugar dan lucu waktu kita terima. Bagaiman kalau dalam satu atau dua tahun ia terkena penyakit lumpuh dan cacat selamanya. Apalagi kalau kita juga sudah punya anak kandung. Mengapa harus mengangkat anak kalau sudah punya anak kandung. Bagaimana kalau anak angkat anda menaksir atau memusuhi anak kandung anda. Mengapa menempatkan keluarga dalam resiko yang sulit ketika hidup anda cukup bahagia. Bagaimana anda dapat mencintai anak angkat sama dengan anak kandung. Bagaimana kalau anak itu ternyata mengidap kelainan jiwa. Kesehatan mental anak-anak angkat saat ini semakin menjadi perhatian para ahli karena banyaknya bukti-bukti yang saling mempengaruhi.

Ahli terapi keluarga dan peneliti Patrick Fagan berpendapat bahwa mancampur keluarga asli dengan keluarga angkat dapat mengakibatkan kaburnya hubungan yang mengganggu ikatan batin orang tua dan anak dalam keluarga yang mengadopsi. Pengamat lainnya Evelyn Burns Robinson pakar dan konsultan internasional dalam bidang adopsi berkata: "Sama sekali tidak bisa dibenarkan …untuk mengubah identitas anak dan berpura-pura bahwa anak memiliki ibu yang berbeda". Evelyn berpendapat bahwa adopsi harus dihapuskan karena merupakan solusi permanen yang kejam untuk mengatasi tantangan sementara yang dihadapi oleh orang tua yang tak berencana. Adopsi secara rutin telah memisahkan keluarga yang kurang beruntung. Ia berpendapat bahwa justru dukungan untuk orang tualah yang harus ditingkatkan agar mereka dapat tetap merawat anak mereka. Baik dalam adopsi tertutup yang serba dirahasiakan maupun adopsi terbuka dimana semua pihak saling tahu, anak angkat berhak tahu anak siapa sebenarnya mereka. Dan selayaknya disampaikan oleh orang tua angkat daripada mereka mengetahuinya dari sumber lain dan menimbulkan prasangka yang tidak diinginkan.

Sebagai umat Islam kita merasa beruntung mempunyai visi yang jelas dan masuk akal tentang adopsi, apa yang boleh dan apa yang dilarang. Dalam Fatwa Majelis Ulama Inonesia tentang Adopsi (Pengangkatan Anak) tahun 1984 disebut diantaranya: Mengangkat anak (adopsi) dengan pengertian anak tersebut putus hubungan keturunan (nasab) dengan ayah dan ibu kandungnya adalah bertentangan dengan syari’ah Islam (butir 2). Dan dalam butir 4 dikatakan: “Pengangkatan anak Indonesia oleh Warga Negara Asing selain bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 34, juga merendahkan martabat bangsa”



.

PALING DIMINATI

Back To Top