Sebagian peziarah mengatakan ketika mengunjungi maqam para sholihin atau wali Allah : 
من   الرحمن يغشاكم
#
سـلام الله يا   سادة
قـصدناكم طلبناكـــم
#
عبــاد الله جئناكـم
#
تعينونا   تـغـيثونـا 
Limpahan salam Allah atas kalian wahai para pemimpin, salam dari yang maha penyayang semoga selalu meliputi kalian.
Wahai para hamba Allah kami datang pada kalian, menyengaja dan meminta pada kalian.
Agar kalian membantu dan menolong kami… 
Syubhat
Sebagian  kalangan umat islam menganggap  perkataan peziarah tersebut termasuk  bentuk kemusyrikan (penyekutuan Allah Y). Karena dia meminta pada ahli  kubur padahal, yang berhak untuk diminta bantuan dan pertolongan  hanyalah Allah Ysaja.
Kami menjawab 
Bahasa  arab memiliki beraneka-ragam cara untuk mengungkapkan sesuatu ke dalam  perkataannya. Salah satu bentuk pengungkapan yang sering dipakai adalah majas `aqly. Majas `aqly adalah  penggunaan suatu perkataan atau lafadz dengan memaksudkan makna yang berbeda dengan makna aslinya(1). Penggunaan Majaz `aqly  sering kita jumpai pada keseharian kita seperti perkataan kita : ”saya  mendapat uang dari ayah saya”. Perkataan ini termasuk majas sebab yang  memberi pada hakikatnya adalah Allah r sedangkan ayah hanyalah perantara  saja. Begitu juga halnya dengan apa yang dikatakan oleh peziarah  tersebut, pada hakikatnya dia meminta pertolongan pada Allah r, akan  tetapi yang disebut adalah perantaranya yaitu para solihin dari ahli  kubur. Hal ini tidak bisa kita masukkan dalam kategori Syirik karena  jika demikian maka semua orang yang mengatakan, Saya mendapat uang dari  ayah saya atau meminta uang pada seseorang, adalah musyrik.
Pada hakikatnya, perkataan peziarah tersebut adalah bentuk tawasul dengan menjadikan kaum sholihin sebagai perantara (washilah)  untuk memohon pertolongan Allah r. Hal ini tidak perlu dianggap aneh  karena dalam kehidupan sehari-haripun kita sering melakukannya. Seperti  ketika kita berharap kesembuhan dari penyakit dengan menjadikan dokter  sebagai perantaranya. Inilah yang dimaksud dengan tawassul.
Adapun perkataan peziarah  تعينونا تـغـيثونـا (Agar kalian membantu dan menolong kami) ini adalah bentuk istighotsah  (meminta pertolongan). Perlu kita ketahui bahwa istighotsah  diperbolehkan meskipun kepada orang yang pada hakikatnya tidak mampu  untuk memberikan apa yang kita inginkan. Sebagaimana hadits yang  diriwayatkan oleh sahabat Rabi`ah bin Ka`ab Al Aslami t :
فقال لي سل فقلت أسألك مرافقتك في الجنة قال أو غير ذلك ؟ قلت هو ذاك قال فأعني على نفسك بكثرة السجود
“...Kemudian  Rasul berkata padaku. ‘mohonlah sesuatu !’, maka aku menjawab, ‘Aku  memohon agar aku dapat menemanimu di surga’. ‘Atau selain itu?’, aku  berkata, ‘Hanya itu saja.’, maka Rasul berkata “Bantulah aku untuk itu  dengan memperbanyak sujud’ ”.(2)
Dalam hadist ini,  sahabat meminta kepada  Rasulullah r agar menjadi pendampingnya di  surga. Sedangkan pada hakikatnya Rasulullah r hanya seorang hamba yang  tidak mampu untuk memberi surga. Hanya Allah Y saja yang mampu  memastikan seseorang untuk memasukinya. Akan tetapi Rasulullah r tidak  mengingkari ucapan sahabat tersebut. Ini adalah bukti bahwa permintaan  tersebut tidak dilarang. Dalam riwayat lain, disebutkan :
كَانَ  شَابٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُخِفُّ  فِي حَوَائِجِهِ ، فَقَالَ : " سَلْنِي حَاجَةً " ، فَقَالَ : ادْعُ  اللَّهَ تَعَالَى لِي بِالْجَنَّةِ ، قَالَ : فَرَفَعَ رَأْسَهُ  فَتَنَفَّسَ ، وَقَالَ : " نَعَمْ وَلَكِنْ أَعِنِّي بِكَثْرَةِ السُّجُودِ  ".
“Ada seorang pemuda  yang selalu membantu Nabi dan meringankan kebutuhannya. Nabi r  berkata kepadanya : ‘mintalah kepadaku suatu hajat’. Maka pemuda itu  berkata : ‘berdoalah kepada Allah agar aku dimasukkan ke surga’. Berkata  perawi : kemudian Rasulullah mengangkat kepalanya ke langit seraya  menghela nafas dan berkata : ‘ya, akan tetapi bantulah aku dengan  memperbanyak sujud (sholat)’.”(3) 
Hadits ini  membuktikan bahwa, yang memberi pada hakikatnya adalah Allah Y. Oleh  karena itulah Rasulullah r tidak langsung mengatakan : baik, akan  kukabulkan hajatmu. Akan tetapi beliau malah  menyarankannya untuk  membantu beliau dengan memperbanyak sholat.
Ketika kedua  sahabat tersebut meminta surga kepada Rasulullah r, pada hakikatnya  mereka menjadikan Rasulullah r sebagai perantara untuk mendapatkan apa  yang menjadi keinginannya. Begitu juga perkataan peziarah (تعينونا  تـغـيثونـا) bukan berarti meminta kepada ahli kubur, akan tetapi  menjadikan mereka sebagai perantara untuk mendapatkan pertolongan.  Karena perantara tidak harus orang yang masih hidup, mereka yang sudah  meninggal pun bisa juga dijadikan sebagai perantara atau sebab.  Jangankan orang yang sudah meninggal, benda mati sekalipun seperti nasi,  bisa juga menjadi sebab kenyangnya seseorang. Tapi pada hakikatnya yang  memberi pertolongan dan memberi rasa kenyang hanyalah Allah Y. Jika  perkataan ini dianggap sebagai perbuatan syirik karena menjadikan ahli  kubur sebagai perantara untuk mendapat pertolongan Allah Y, maka semua  orang yang memakan nasi lebih layak untuk dikatakan syirik, karena  mereka menjadikan benda mati yang tak pernah hidup sebagai perantara  untuk mendapatkan kekenyangan.
Lebih jauh lagi, Rasul r  bahkan menganjurkan umatnya untuk meminta pertolongan kepada hamba Allah  Y yang tak terlihat ketika dalam keadaan terdesak. Rasul r bersabda :
اذا أضل أحدكم شيئا أو أراد أحدكم عونا و هو بأرض ليس بها أنيس فليقل يا عباد الله أغيثوني يا عباد الله أغيثوني فان لله عبادا لا نراهم
Artinya :
“Apabila  kalian kehilangan sesuatu atau menginginkan pertolongan sedangkan  kalian sedang berada di daerah (bumi) yang tidak ada seseorang yang kau  kenal, maka katakanlah : “wahai hamba Allah. Tolonglah aku! wahai hamba  Allah. Tolonglah aku! Karena sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba  yang tidak bisa dilihat.”(4)
Dari  sini kita bisa simpulkan bahwa tawasul maupun istighoshah kepada selain  Allah Y diperbolehkan bahkan dianjurkan oleh syariat, selama masih  meyakini bahwa pada hakikatnya hanya Allah Y saja yang memberi. Hal ini  tidak dikatakan syirik karena tidak menempatkan mereka pada derajat  ketuhanan, akan tetapi hanya menjadikanya sebagai perantara untuk  mencapai keinginanya. 
Referensi
(1)مفتاح العلوم - (ج 1 / ص 172) 
المجاز  العقلي هو الكلام المفاد به خلاف ما عند المتكلم من الحكم فيه لضرب من  التأويل إفادة للخلاف لا بوساطة وضع كقولك أنبت الربيع البقل  وشفى الطبيب المريض وكسا الخليفة الكعبة وهزم الأمير الجند وبنى الوزير  القصر
البلاغة ص 28 
المجاز  العقلي هو إسناد الفعل أو ما في معناه إلى غير ما وضع له  لعلاقة مع قرينة  مانعة من إرادة الإسناد إلى ما هو له, نحو ( تجري الرياح بما  لاتشتهي السفن ), ونحو قول المؤمن ( أنبت الربيع البقل ).
(2)صحيح مسلم - (ج 1 / ص 353) 
 -  ( 489 ) حدثنا الحكم بن موسى أبو صالح حدثنا هقل بن زياد قال سمعت  الأوزاعي قال حدثني يحيى بن أبي كثير حدثني أبو سلمة حدثني ربيعة بن كعب  الأسلمي قال  : كنت أبيت مع رسول الله صلى الله عليه و سلم  فأتيته بوضوئه وحاجته فقال لي سل فقلت أسألك مرافقتك في الجنة قال أو غير  ذلك ؟ قلت هو ذاك قال فأعني على نفسك بكثرة  السجود 
(3)المعجم الكبير للطبراني - (ج 2 / ص 351) 
-  حَدَّثَنَا أَبُو مُسْلِمٍ الْكَشِّيُّ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بن  الْخَطَّابِ ، حَدَّثَنَا نَاصِحٌ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ ، عَنْ سِمَاكِ بن  حَرْبٍ ، عَنْ جَابِرِ بن سَمُرَةَ ، قَالَ : كَانَ شَابٌّ  يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُخِفُّ فِي  حَوَائِجِهِ ، فَقَالَ : " سَلْنِي حَاجَةً " ، فَقَالَ : ادْعُ اللَّهَ  تَعَالَى لِي بِالْجَنَّةِ ، قَالَ : فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَتَنَفَّسَ ،  وَقَالَ : " نَعَمْ وَلَكِنْ أَعِنِّي بِكَثْرَةِ السُّجُودِ  ". 
(4)مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 11 / ص 32)
حدثنا  الحسن بن عمر بن شقيق ، حدثنا معروف بن حسان ، عن سعيد ، عن قتادة ، عن  ابن بريدة ، عن عبد الله بن مسعود أنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه  وسلم : « إذا انفلتت دابة أحدكم بأرض فلاة (1) فليناد : يا  عباد الله احبسوا ، يا عباد الله احبسوا ، فإن لله حاضرا في الأرض  سيحبسه »
المعجم الكبير - (ج 17 / ص 117)
 حدثنا  الحسين بن اسحاق التستري ثنا أحمد بن يحيى الصوفي ثنا عبد الرحمن بن سهل  حدثني أبي عن عبد الله بن عيسى عن زيد بن علي عن عتبة بن غزوان : عن نبي  الله صلى الله عليه و سلم قال : ( اذا أضل أحدكم شيئا أو أراد  أحدكم عونا و هو بأرض ليس بها أنيس فليقل يا عباد الله أغيثوني يا عباد  الله أغيثوني فان لله عبادا لا نراهم )
مجمع الزوائد ومنبع الفوائد . محقق - (ج 10 / ص 93)
 وعن  ابن عباس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "إن لله  ملائكة في الأرض سوى الحفظة يكتبون ما يسقط من ورق الشجر، فإذا أصاب أحدكم  عرجة بأرض فلاة فليناد: أعينوا عباد الله". رواه البزار  ورجاله ثقات.
جامع الأحاديث - (ج 9 / ص 232)
إن  لله ملائكة فى الأرض سوى الحفظة يكتبون ما يسقط من ورق الشجر فإذا أصاب  أحدكم عرجة بأرض فلاة فليناد أعينوا عباد الله (البزار عن ابن  عباس)
 
 
