Bismillahirrohmaanirrohiim

NGE-CHEAT REJEKI ALLAH


Oleh @ziatuwel

"Kalian mau kaya?" tanya Mas Arfian Fuadi kepada siswa-siswa AII (Akademi Inovasi Indonesia) D'Tech Engineering yang ia dirikan. Jelas saja mereka mengangguk bersemangat.

"Tapi rejeki kalian 'kan udah ditakdir Tuhan di Lauh Mahfudz sana, nggak nambah nggak kurang. Gimana dong?" tanya Arfian.

Muda-mudi itu bengong, "Iya juga, ya?"

"Nah, sini kuajarin cara nge-cheat rejeki, biar rejekimu yang mungkin ditakdir cuma semilyar tapi kamu masih bisa menampung triliunan, atau bahkan tak terbatas."

Mereka mulai menyimak. Arfian pun menerangkan;

"Caranya, temukan keahlianmu dan maksimalkan itu, atau yang kusebut sebagai 'domain of expertise'. Sebelum berumur 25 tahun, temukanlah kamu bisa apa dan enjoy di situ, lalu fokuslah dan konsisten. Mulailah menghasilkan dengan berkarya dan berinovasi berbekal 'domain of expertise'-mu itu.

Jika sudah ada hasil, jangan kamu nikmati sendiri. Berbagilah! Entah berupa infak, sedekah, zakat, qurban, atau apapun bentuknya. Memang jatah rejekimu mungkin sudah terbatas hanya sekian. Tapi jatah rejeki orang lain yang lewat melaluimu bisa tak terbatas. Maka jadilah 'saluran' sebagai tempat lewat rejeki orang lain.

Dengan begitu, kamu tidak pelit berbagi. Toh, cuma saluran. Wadukmu jadi luas, muat nampung limpahan rejeki dari Tuhan, juga enteng ngeluarin rejeki untuk membantu sesama hamba Tuhan. Rekeningmu triliunan, tapi kamu nggak bakal merasa semua itu rejeki milikmu."

__

Jurus nge-cheat rejeki ala Mas Arfian ini sesuai dengan apa yang diterangkan Imam Ghazali dalam Minhajul Abidin. Bahwa ada empat jenis rejeki manusia selama hidup di dunia, yakni rejeki yang terjamin (madhmun), yang terjatah (maqsum), yang terkuasakan (mamluk), dan yang terjanjikan (maw'ud).

Rejeki madhmun sudah paten sejak lahir sampai mati. Sedangkan rejeki maw'ud tidak terbatas, tergantung bagaimana si hamba aktif melakukan hal-hal baik yang memang Tuhan menjanjikan keberlimpahan rejeki di dalamnya. Termasuk mengaji dan bersedekah.

Kerennya, konsep nge-cheat rejeki ala Mas Arfian dan kawan-kawan D'Tech Engineering tidak sekadar teori. Di medio 2025 ini saja, dari sejumlah 98 orang siswa di AII, mereka sudah berkarya 500-an paten produk, memenuhi 5.8% submisi paten melampaui BRIN, sudah setor pajak sebesar 20 miliar, sedekah guru ngaji 600 amplop tiap bulan dengan jumlah sekitar 2 miliar per tahun, dan berqurban 21 ekor sapi bulan Haji ini.

Semua itu bersumber dari hasil mengoptimalkan 'domain of expertise' masing-masing siswa. Bagaimana agar setiap siswa bisa pede dengan kemampuan khasnya, dan mau bekerja sama dalam tim dengan solid. Mas Arfian sempat bilang, "Di sini saya tidak mencari orang pintar, tapi yang saya butuh adalah orang yang punya attitude, rasa sosial, berakhlak. Tidak apa-apa kalau ada 100 orang dengan skor IQ 78 semua, itu IQ minimal orang Indonesia. Tapi kalau 100 orang itu bersatu, mau bekerja sama, akan muncul skor IQ kolektif bisa sampai 150 lho!"

Pernyataan ini bukan omong kosong belaka. Ada satu siswa di AII yang sama sekali tidak jago matematika, tapi suka ngelas. Maka Mas Arfian menempatkannya di bagian pengelasan sebagai 'domain of expertise'-nya. Hingga akhirnya kini ia jadi expert di bidang itu, dan tidak ada mesin CNC super-presisi yang boleh lolos tanpa melewati inspeksinya.

Tahun lalu, ketika ada rencana membangun gedung buat operasional kampus AII, Mas Arfian menggulirkannya di hadapan para siswa. Ternyata di antara mereka ada yang menyanggupi pembebasan lahannya dengan harga sekian miliar. Ada lagi yang menyanggupi membangun gedungnya secara bertahap selama setahun. Mereka tidak hanya 'gratis biaya pendidikan', tidak hanya 'bekerja sambil belajar', bahkan sampai mampu membangun gedung kampusnya sendiri. Itulah yang ia sebut sebagai Sustainable Education Project (proyek pendidikan berkelanjutan), yang tidak tergantung pada iuran SPP siswa sama sekali.

Pola semacam ini, kata Mas Arfian, bukan hal baru. Ia menyebutkan tradisi serupa di pesantren-pesantren salafiyah jaman dahulu. Ia berkisah, "Bapak saya dulu, kalau berangkat mondok ke Ringinagung cuma bawa beras sekarung. Itu hanya cukup buat sebulan. Untuk selanjutnya ya bapak harus bekerja di sawah kiainya, bekerja di siang hari dan ngaji di malam hari. Kalau butuh gothakan baru untuk tinggal, ya harus nukang sendiri. Makanya 'sustainable education project' ini ya persis seperti itu. Bukan hal baru."

Bagiku, apa yang dilakukan Mas Arfian dan teman-teman di AII D'Tech Engineering ini adalah realisasi atas dalil-dalil kedigdayaan umat yang sudah nglothok dihapal kaum santri. Mulai dari "Al-yadul 'ulya khoirun min yadis sufla (berproduksi itu lebih baik ketimbang mengonsumsi)", "Al-mu'minul qowiyyu khoirun minal mu'minid dho'iif (berdaya itu lebih baik ketimbang nelangsa), hingga "Khoirunnas anfa'uhum linnas (sebaik-baik orang adalah yang paling berkontribusi kepada sesama)."

O iya, catatan ini adalah hasil nguping obrolan off-cam saat rehat shooting di ruang musik KBQT tempo hari. Adapun obrolan on-cam terkait inovasi teknologi, industri global, sustainable education project, hingga falsafah homo socius manusia Nusantara, bisa disimak di youtube Channel Z punya Kiai Dr. Zastrouw al-Ngatawi.

__
Salatiga, 20 Juni 2025


.

PALING DIMINATI

Back To Top