Bismillahirrohmaanirrohiim

TABARRUK DAN ISLAM


Syubhat

Di dunia pesantren, fenomena santri yang berebut untuk bisa menghabiskan sisa kopi atau teh dari cangkir gurunya sering kita jumpai. Ini yang sering dikatakan dengan istilah Ngalap berkah. Sebagian orang mengatakan hal ini sebagai pengkultusan yang berlebihan kepada manusia dan tak layak untuk dikerjakan oleh seorang mukmin, karena seluruh bentuk pengagungan hanyalah milik Allah Y saja. Apakah perbuatan santri ini salah dari segi syariat?

Kami menjawab

Secara harfiah, berkah artinya adalah bertambah dan berkembang. Sedangkan dalam terminologi bahasa berkah berarti bertambahnya kebaikan. Jadi tabaruk atau yang biasa kita katakan sebagai ngalap berkah adalah mengharap tambahan kebaikan dari Allah Y dengan perantara ruang, waktu, makhluk hidup dan bahkan benda mati.

Dari pengertian ini kita ketahui bahwa tabaruk pada dasarnya adalah salah satu bentuk pengagungan kepada Allah Y dengan cara mengagungkan sesuatu yang Allah Y jadikan hal yang  agung.

Mereka yang menghukumi tabaruk sebagai hal yang dilarang atau bahkan syirik, benar-benar telah mengada-ngada dalam hukum syariat, karena tabaruk adalah salah satu nilai yang diajarkan dalam agama Islam dan bukanlah hal baru, sebab generasi sahabat dan para salaf telah meneladankan tradisi tersebut. Dalam kitab-kitab sirah nabawiyah  kita bisa melihat bagaimana para sahabat begitu antusias untuk mendapatkan tetesan wudhu Baginda Nabi r, untuk apa kalau bukan untuk mencari berkah dari air yang menyentuh tubuh Beliau. Dan Beliau tak pernah sekalipun melarang perbuatan itu.  Ini menunjukkan bahwa berkah itu sesungguhnya ada, dan bisa diraih lewat perantara orang-orang yang sangat dekat dengan Allah Y.

Tabarruk Rasulullah r dengan tempat mulia
Salah satu bentuk ngalap berkah adalah tabaruk dengan tempat-tempat yang mulia yang diberkahi, sebagaimana firman  Allah Y berikut :
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (آل عمران:96)


"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat)
 manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
 petunjuk bagi semua manusia."
(Q.S. ali Imron : 96)


Dalam hadits panjang tentang perjalanan Isra', Jibril u mengajak Rasulullah r singgah di beberapa tempat untuk bertabarruk dengan mengerjakan shalat dua rakaat seperti di Bait Lahm tempat kelahiran Nabi Isa u, di bukit Thurisina, tempat Nabi Musa u ber-bicara dengan Allah Y, dan lainnya.  Seperti apa yang dikisahkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik t berikut :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قال  أُتِيتُ بِدَابَّةٍ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ خَطْوُهَا عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهَا فَرَكِبْتُ وَمَعِي جِبْرِيلُ عليه السَّلَام فَسِرْتُ فقال انْزِلْ فَصَلِّ فَفَعَلْتُ فقال أَتَدْرِي أَيْنَ صَلَّيْتَ صَلَّيْتَ بِطَيْبَةَ وَإِلَيْهَا الْمُهَاجَرُ ثُمَّ قال انْزِلْ فَصَلِّ فَصَلَّيْتُ فقال أَتَدْرِي أَيْنَ صَلَّيْتَ صَلَّيْتَ بِطُورِ سَيْنَاءَ حَيْثُ كَلَّمَ الله عز وجل مُوسَى عليه السَّلَام ثُمَّ قال انْزِلْ فَصَلِّ فَنَزَلْتُ فَصَلَّيْتُ فقال أَتَدْرِي أَيْنَ صَلَّيْتَ صَلَّيْتَ بِبَيْتِ لَحْمٍ حَيْثُ وُلِدَ عِيسَى عليه السَّلَام ثُمَّ دَخَلْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَجُمِعَ لي الْأَنْبِيَاءُ عليهم السَّلَام فَقَدَّمَنِي جِبْرِيلُ حتى أَمَمْتُهُمْ ، رواه النسائي

"Bahwasanya Rasulullah r u Tiba-tiba Jibril berkata kepadaku, "Turunlah dan shalatlah." Aku pun mengerjakannya. Kemudian Jibril berkata "Tahukah engkau di mana engkau shalat, engkau tadi shalat di Tayyibah (Madinah) yang akan menjadi tujuanmu hijrah. Kemudian Jibril berkata: "Turunlah dan shalatlah!", aku pun mengerjakannya, lalu dia berkata: "Tahukah engkau di mana shalatmu tadi, engkau shalat ada di Thurisina tempat Allah ber-mukalamah dengan Musa u." Lalu berangkat lagi dan Jibril berkata: "Turunlah dan shalatlah!", maka aku pun mengerjakannya, lalu  dia bertanya: "Tahukah engkau di mana engkau shalat, engkau shalat ada di Bait Lahm, tempat kelahiran Nabi Isa u, kemudian aku masuk ke Baitil Maqdis, di sana telah berkumpul para nabi, lalu Jibril memintaku untuk menjadi imam shalat mereka.” ( H.R. An-Nasa`i)
bersabda: "Didatangkan kepadaku kendaraan
Buraq,' lebih besar dari keledai, dan lebih kecil dari baghal (peranakan kuda dan keledai), langkahnya sejauh pandangannya. Lalu aku menaikinya dan berangkat bersama Jibril

Bertabarruk dengan waktu 
Allah Y memberi kelebihan dan keberkahan pada waktu-waktu tertentu, seperti dalam firman Allah Y :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرين                    

"Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Qur'an) pada suatu malam yang
diberkahi (malam lailatul qadr) dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan."(Q.S.Ad-Dukhan:3)


Dalam sebuah hadits Rasulullah r bersabda :

إن لربكم عز وجل في أيام دهركم نفحات ، فتعرضوا لها ، لعل أحدكم أن تصيبه منها نفحة لا يشقى بعدها أبدا  رواه الطبراني
"Sesungguhnya Tuhan kalian di hari-hari kalian memiliki anugerah-anugerah, maka carilah augerah itu, mungkin kiranya salah satu diantara kalian mendapatkannya, maka tidak akan celaka selamanya.” (H.R Thabrani)

Tabarruk para sahabat dengan bekas-bekas Rasulullah r
Sahabat Anas t. menceritakan bagaimana para sahabat bertbarruk dengan rambut Rasulullah r :

عن أَنَسٍ قال  لقد رأيت رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَالْحَلَّاقُ يَحْلِقُهُ وَأَطَافَ بِهِ أَصْحَابُهُ فما يُرِيدُونَ أَنْ تَقَعَ شَعْرَةٌ إلا في يَدِ رَجُلٍ ، رواه مسلم وكذا رواه احمد والبيهقي في السنن الكبرى
"Aku melihat tukang cukur sedang mencukur Rasulullah r dan para sahabat mengitarinya. Tidaklah mereka kehendaki satu helai pun dari rambut beliau terjatuh kecuali telah berada di tangan seseorang." (H.R Muslim, Ahmad dan Baihaqi)

Aun bin Abi juhaifah t menceritakan dari ayahnya para sahabat yang bertabarruk dengan air sisa wudhu' Rasulullah r :

أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي قُبَّةٍ حَمْرَاءَ مِنْ أَدَمٍ وَرَأَيْتُ بِلَالًا أَخَذَ وَضُوءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسُ يَبْتَدِرُونَ الْوَضُوءَ فَمَنْ أَصَابَ مِنْهُ شَيْئًا تَمَسَّحَ بِهِ وَمَنْ لَمْ يُصِبْ مِنْهُ شَيْئًا أَخَذَ مِنْ بَلَلِ يَدِ صَاحِبِهِ ، رواه البخاري ومسلم واحمد
"Aku mendatangi Rasulullah sewaktu beliau ada di kubah hamra' dari Adam, aku juga melihat Bilal membawa air bekas wudhu' Rasulullah dan orang-orang berebut mendapatkannya. Orang yang mendapatkannya air bekas wudhu' itu mengusapkannya ke tubuhnya, sedangkan yang tidak mendapatkannya, mengambil dari tangan temannya yang basah.” (H,R Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Dalam hadits lain juga dijelaskan bahwa para sahabat bertabarruk dengan keringat Rasulullah r. Berkata Anas bin Malik t:

كان النبي صلى الله عليه وسلم يَدْخُلُ بَيْتَ أُمِّ سُلَيْمٍ فَيَنَامُ على فِرَاشِهَا وَلَيْسَتْ فيه قال فَجَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ فَنَامَ على فِرَاشِهَا فَأُتِيَتْ فَقِيلَ لها هذا النبي صلى الله عليه وسلم نَامَ في بَيْتِكِ على فِرَاشِكِ قال فَجَاءَتْ وقد عَرِقَ وَاسْتَنْقَعَ عَرَقُهُ على قِطْعَةِ أَدِيمٍ على الْفِرَاشِ فَفَتَحَتْ عَتِيدَتَهَا فَجَعَلَتْ تُنَشِّفُ ذلك الْعَرَقَ فَتَعْصِرُهُ في قَوَارِيرِهَا فَفَزِعَ النبي صلى الله عليه وسلم فقال ما تَصْنَعِينَ يا أُمَّ سُلَيْمٍ فقالت يا رَسُولَ اللَّهِ نَرْجُو بَرَكَتَهُ لِصِبْيَانِنَا قال أَصَبْتِ ، رواه مسلم واحمد
"Rasulullah r masuk rumah Umi Sulaim dan tidur di ranjangnya sewaktu Umi Sulaim tidak ada di rumah, lalu di hari yang lain Beliau datang lagi, lalu Umi Sulaim di beri kabar bahwa Rasulullah tidur di rumahnya di ranjangnya. Maka datanglah Umi Sulaim dan mendapati Nabi  berkeringat hingga mengumpul di alas ranjang yang terbuat dari kulit, lalu Umi Sulaim membuka kotaknya dan mengelap keringat Nabi lalu memerasnya dan memasukkan keringat beliau ke dalam botol, Nabi pun terbangun: "Apa yang kau perbuat wahai Umi Sulaim", tanyanya." "Ya Rasulullah, kami mengharapkan berkahnya untuk anak-anak kami, "jawab Umi Sulaim. Rasulullah berkata: "Engkau benar"(1) (H.R. Muslim dan Ahmad)

Bertabarruk dengan rambut Rasulullah r
أَنَّ خَالِدَ بن الْوَلِيدِ فَقَدَ قَلَنْسُوَةً لَهُ يَوْمَ الْيَرْمُوكِ ، فَقَالَ : اطْلُبُوهَا فَلَمْ يَجِدُوها ، فَقَالَ : اطْلُبُوهَا ، فَوَجَدُوهَا فَإِذَا هِي قَلَنْسُوَةٌ خَلَقَةٌ ، فَقَالَ خَالِدٌ : اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَلَقَ رَأْسَهُ ، فَابْتَدَرَ النَّاسُ جَوَانِبَ شَعْرِهِ ، فَسَبَقْتُهُمْ إِلَى نَاصِيَتِهِ فَجَعَلْتُهَا فِي هَذِهِ الْقَلَنْسُوَةِ ، فَلَمْ أَشْهَدْ قِتَالا وَهِيَ مَعِي إِلا رُزِقْتُ النَّصْرَ.
bahwa Khalid bin Walid kehilangan kopyah ketika peperangan Yarmuk, lalu berkata : Carilah!, namun tidak ditemukan, dia meminta untuk mencarinya lagi, dan ternyata didapati berupa kopyah usang, lalu Khalid berkata : Sewaktu Rasulullah SAW umrah, beliau mencukur rambut kepalanya, maka orang-orang berebut rambut beliau, dan aku bisa mendahului dan mendapat rambut ubun-ubun beliau. Lalu kutaruh rambut itu di kopyah ini. Tidaklah aku menghadiri peperangan dengan membawa kopyah ini kecuali pasti aku menang“

Tabarruk para sahabat dengan cangkir Nabi r
Hajjaj ibn Hassan berkata: “Kami berada di rumah Anas dan dia membawa cangkir Nabi r dari suatu kantong hitam. Dia (Anas) menyuruh agar cangkir itu diisi air dan kami minum air dari situ dan menuangkan sedikit ke atas kepala kami dan juga ke muka kami dan mengirimkan solawat kepada Nabi r .” [Hadits riwayat Ahmad, dan Ibn Katsir].
‘Asim berkata: “Aku melihat cangkir itu dan aku minum pula darinya.” [Hadits Riwayat Bukhari]

Tabarruk para sahabat dengan mimbar Nabi r
Ibnu ‘Umar r.a. sering memegang tempat duduk Nabi r di mimbar dan menempelkan wajahnya untuk barokah.  [al-Mughni 3:559; al-Shifa' 2:54, Ibn Sa'd, Tabaqat 1:13; Mawsu'at Fiqh 'Abdullah ibn 'Umar halaman. 52]

Tabarruk para sahabat dengan uang yang diberikan oleh Rasulullah r
Jabir menjual seekor unta ke Nabi r dan Beliau r memerintahkan Bilal t untuk menambahkan seqirat (1/12 dirham) atas harga yang disepakati. Jabir berkata: “Tambahan yang diberikan Nabi r tidak akan pernah meninggalkanku,” dan dia menyimpannya setelah peristiwa itu. [Hadits riwayat Bukhari].

Tabarruk para sahabat dengan tongkat Rasulullah r
Ketika ‘Abdullah bin Anis kembali dari suatu peperangan setelah membunuh Khalid ibn Sufyan ibn Nabih, Rasulullah r memberi hadiah kepadanya berupa sebuah tongkat dan bersabda kepadanya: “Itu akan menjadi tanda di antara kau dan aku di hari kebangkitan.” Setelah itu, ‘Abdullah ibn Anis tidak pernah berpisah dari tongkat itu dan tongkat itu dikubur dengannya setelah wafatnya. [Hadits riwayat Ahmad 3:496, al-Waqidi 2:533].

Tabarruk para sahabat dengan baju Rasulullah r
Jabir berkata: “Nabi r datang setelah ‘Abdullah bin Ubay dikuburkan dalam makamnya. Beliau r memerintahkan agar mayatnya diangkat lagi. Beliau r menaruh kedua tangannya pada kedua lutut ‘Abdullah, bernafas atasnya dan mencampurnya dengan air liurnya serta mengenakan pakaian beliau padanya.” [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim]

Tabarruk para sahabat dengan jubah Rasulullah r
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Sahihnya Bab al-Libaas pernah bahwa Asma’ binti Abu Bakr  pernah menunjukkan pada Abdulah, bekas budaknya jubah Rasulullah yang terbuat dari kain Persia dengan kain leher dari kain brokat, dan lengannya juga dibordir dengan kain brokat seraya berkata “Ini adalah jubah Rasulullah r yang disimpan ‘Aisyah  hingga wafatnya lalu aku menyimpannya. Nabi r dulu biasa memakainya, dan kami mencucinya untuk orang yang sakit hingga mereka dapat sembuh karenanya.”

Imam Nawawi t mengomentari hadits ini dalam Syarah Sahih Muslim(2):
وفي هذا الحديث دليل على استحباب التبرك بآثار الصالحين وثيابهم
“Hadits ini adalah bukti dianjurkannya mencari barokah lewat bekas dari orang-orang saleh dan pakaian mereka”
Dalam kitab yang sama Imam Nawawi t menulis setidaknya 11 kali anjuran untuk mencari berkah dari bekas orang-orang Saleh. Ini adalah dalil akurat bahwa tabarruk tidak terbatas pada masa hidup Rasulullah r dan dianjurkannya bertabarruk dengan orang-orang saleh. Hal ini juga dilalakukan Imam Syafii t  dengan bertabarruk pada gamis Imam Ahmad t sebagaimana dalam kitab Tarikh Dimasyqi :
قال لي الربيع: إن الشافعي خرج إلى مصر وأنا معه فقال لي: يا ربيع خذ كتابي هذا ، فامض به وسلمه إلى أبي عبدالله أحمد بن حنبل، وائتني بالجواب. قال الربيع: فدخلت بغداد ومعي الكتاب، فلقيت أحمد بن حنبل صلاة الصبح، فصلّيت معه الفجر، فلما انفتل من المحراب سلّمت إليه الكتاب، وقلت له: هذا كتاب أخيك الشافعي من مصر، فقال أحمد: نظرت فيه قلت: لا، فكسر أبو عبدالله الختم وقرأ الكتاب، وتغرغرت عيناه بالدموع، فقلت: إيش فيه يا أبا عبدالله قال: يذكر أنه رأى النبي (صلى الله عليه وسلم) في النوم، فقال له: اكتب إلى أبي عبدالله أحمد بن حنبل، واقرأ عليه مني السلام، وقل: إنك ستُمتحن وتدعى إلى خلق القرآن فلا تجبهم، فسيرفع الله لك علماً إلى يوم القيامة. قال الربيع: فقلت: البشارة، فخلع أحد قميصيه الذي يلي جلده ودفعهُ إليّ، فأخذته وخرجت إلى مصر، وأخذت جواب الكتاب فسلّمته إلى الشافعي، فقال لي الشافعي: يا ربيع إيش الذي دفع إليك قلت: القميص الذي يلي جلده، قال الشافعي: ليس نفجعك به، ولكن بُلّه وادفع إليّ الماء لأتبرك به.

Berkata  Rabi': "Sesungguhnya Imam Syafi'i pergi ke Mesir bersamaku, lalu berkata kepadaku: "Wahai Rabi', ambil surat ini dan serahkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal, selanjutnya datanglah kepadaku dengan membawa jawabannya!", Ketika memasuki kota Baghdad kutemui Imam Ahmad sedang shalat subuh, maka aku pun shalat di belakang beliau. Setelah beliau hendak beranjak dari mihrab, aku serahkan surat itu, "Ini surat dari saudaramu Imam Syafi'i di Mesir," kataku. "Kau telah membukanya?" tanya Imam Ahmad. "Tidak, wahai Imam" Beliau membuka dan membaca isi surat itu, sejenak kemudian kulihat beliau berlinang air mata. "Apa isi surat itu wahai Imam?" tanyaku. "Isinya menceritakan bahwa Imam Syafi'i bermimpi Rasulullah SAW, Beliau berkata: "Tulislah surat kepada Ahmad bin Hanbal dan sampaikan salamku kepadanya. Kabarkan padanya bahwa dia akan mendapatkan cobaan, yaitu dipaksa mengakui bahwa al-Qur'an adalah mahluk, maka janganlah diikuti, Allah akan meninggikan benderanya hingga hari kiamat," tutur Imam Ahmad "Ini  suatu kabar gembira," kataku. Lalu beliau menuliskan surat balasan seraya memberikan padaku qamis yang melekat di kulitnya. Aku pun mengambil surat itu dan menyerahkannya kepada Imam Syafi'i. "Apa yang diberikan Imam Ahmad padamu?" tanya Imam Syafi’i. "Gamis yang melekat dengan kulit beliau," jawabku. "Kami tidak akan merisaukanmu, tapi basahi gamis ini dengan air, lalu berikan kepadaku air itu untuk bertabarruk dengannya," kata beliau.

Bertabarruk dengan benda mati
Bertabarruk terkadang bisa dilakukan dengan benda mati yang pernah dipakai atau disentuh orang saleh sebagaimana kisah Bani Israil, mereka selalu menang dalam peperangan berkat tabut di tangan mereka. Hal ini dijelaskan Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wan-Nihayah juz 2 hal 6 (3):

قال ابن جرير : وكانوا إذا قاتلوا أحدا من الاعداء يكون معهم تابوت الميثاق الذي كان في قبة الزمان كما تقدم ذكره فكانوا ينصرون ببركته وبما جعل الله فيه من السكينة والبقية مما ترك آل موسى وآل هارون

Berkata Imam Ibnu Jarir: "Bani israil jika berperang dengan para musuhnya selalu membawa tabut yang ada di qubah zaman, mereka selalu mendapat pertolongan dan kemenangan dengan berkat Tabut itu dan dengan apa yang Allah jadikan di dalamnya berupa ketentraman dan warisan yang ditinggalkan oleh keluarga Musa u dan keluarga Harun u"
Tabut tersebut berisi gambar-gambar para Nabi dan benda-benda peninggalan
 mereka, diantaranya tongkat Nabi Musa u, sebagaimana disebutkan oleh
Imam al-Baghawi t dalam tafsirnya :

{ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ } يعني موسى وهارون أنفسهما كان فيه لوحان من التوراة ورضاض الألواح التي تكسرت وكان فيه عصا موسى ونعلاه وعمامة هارون وعصاه وقفيز من المن الذي كان ينزل على بني إسرائيل، فكان التابوت عند بني إسرائيل وكانوا إذا اختلفوا في شيء تكلم وحكم بينهم وإذا حضروا القتال قدموه بين أيديهم فيستفتحون به على عدوهم
"dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun." Isinya dua papan Taurat, pecahan papan, tongkat dan sandal NabinMusa, imamah dan tongkat Nabi Harun, serta ranjang yang diturunkan kepada Bani israil." .Selain itu, jika di Bani Israil ada permasalahan, maka tabut itu -dengan kehendak Allah- berbicara dan menjadi hakim diantara mereka. Jika berperang mereka letakkan tabut di depan mereka dan mereka pun mendapatkan kemenangan atas musuh mereka" (Lihat Tafsir al-Baghawi juz 1 hal. 667)(4)
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa tabaruk  memiliki banyak ragam dan jauh dari makna kesyirikan bahkan sangat dianjurkan, sebagaimana yang  dilakukan para sahabat di hadapan Nabi r dengan tanpa ada pengingkaran dari Beliau, padahal Rasulullah r tentu tidak akan membiarkan kesyirikan terjadi pada umat ini. Dan semua ini tidaklah mengurangi keyakinan mereka bahwa sumber utama kesembuhan ataupun kemenangan tentulah adalah Allah Y. Siapakah yang berani mengklaim memiliki iman yang lebih murni daripada para sahabat sepeninggal Rasulullah r?

Referensi Tambahan

 (1)شرح النووي على مسلم - (ج 8 / ص 44)
4301 - و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا حُجَيْنُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ وَهُوَ ابْنُ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ بَيْتَ أُمِّ سُلَيْمٍ فَيَنَامُ عَلَى فِرَاشِهَا وَلَيْسَتْ فِيهِ قَالَ فَجَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ فَنَامَ عَلَى فِرَاشِهَا فَأُتِيَتْ فَقِيلَ لَهَا هَذَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَامَ فِي بَيْتِكِ عَلَى فِرَاشِكِ قَالَ فَجَاءَتْ وَقَدْ عَرِقَ وَاسْتَنْقَعَ عَرَقُهُ عَلَى قِطْعَةِ أَدِيمٍ عَلَى الْفِرَاشِ فَفَتَحَتْ عَتِيدَتَهَا فَجَعَلَتْ تُنَشِّفُ ذَلِكَ الْعَرَقَ فَتَعْصِرُهُ فِي قَوَارِيرِهَا فَفَزِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا تَصْنَعِينَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَرْجُو بَرَكَتَهُ لِصِبْيَانِنَا قَالَ أَصَبْتِ
4301 - قَوْله : ( كَانَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ بَيْت أُمّ سُلَيْمٍ ، فَيَنَامُ عَلَى فِرَاشهَا ) قَدْ سَبَقَ أَنَّهَا كَانَتْ مَحْرَمًا لَهُ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَفِيهِ الدُّخُولُ عَلَى الْمَحَارِم ، وَالنَّوْم عِنْدهنَّ ، وَفِي بُيُوتهنَّ ، وَجَوَاز النَّوْم عَلَى الْأُدُم ، وَهِيَ الْأَنْطَاع وَالْجُلُود . قَوْله : ( فَفَتَحَتْ عَتِيدَتهَا ) هِيَ بِعَيْنٍ مُهْمَلَة مَفْتُوحَة ثُمَّ مُثَنَّاة مِنْ فَوْقُ ثُمَّ مِنْ تَحْتُ ، وَهِيَ كَالصُّنْدُوقِ الصَّغِير ، تَجْعَلُ الْمَرْأَة فِيهِ مَا يَعِزُّ مِنْ مَتَاعهَا . قَوْله : ( فَفَزِعَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : مَا تَصْنَعِينَ ؟ ) مَعْنَى فَزِعَ اِسْتَيْقَظَ مِنْ نَوْمه .
 (2)شرح النووي على مسلم - (7 / 145)
وَأَمَّا قَوْله : ( كِسْرَاوَنِيَّة ) فَهُوَ بِكَسْرِ الْكَاف وَفَتْحهَا ، وَالسِّين سَاكِنَة ، وَالرَّاء مَفْتُوحَة . وَنَقَلَ الْقَاضِي أَنَّ جُمْهُور الرُّوَاة رَوَوْهُ بِكَسْرِ الْكَاف ، وَهُوَ نِسْبَة إِلَى كِسْرَى صَاحِب الْعِرَاق مَلِك الْفُرْس ، وَفِيهِ كَسْر الْكَاف وَفَتْحهَا . قَالَ الْقَاضِي : وَرَوَاهُ الْهَرَوِيُّ فِي مُسْلِم فَقَالَ : خِسْرَوَانِيَّة . وَفِي هَذَا الْحَدِيث دَلِيل عَلَى اِسْتِحْبَاب التَّبَرُّك بِآثَارِ الصَّالِحِينَ وَثِيَابهمْ ، وَفِيهِ أَنَّ النَّهْي عَنْ الْحَرِير الْمُرَاد بِهِ الثَّوْب الْمُتَمَحِّضُ مِنْ الْحَرِير ، أَوْ مَا أَكْثَره حَرِير ، وَأَنَّهُ لَيْسَ الْمُرَاد تَحْرِيم كُلّ جُزْء مِنْهُ بِخِلَافِ الْخَمْر وَالذَّهَب ، فَإِنَّهُ يَحْرُم كُلّ جُزْء مِنْهُمَا .
 (3)البداية والنهاية - (ج 2 / ص 6)
فصل قال ابن جرير (1) وغيره ثم مرج أمر بني إسرائيل وعظمت منهم الخطوب والخطايا وقتلوا من قتلوا من الانبياء وسلط الله عليهم بدل الانبياء ملوكا جبارين يظلمونهم ويسفكون دماءهم وسلط الله عليهم الاعداء من غيرهم أيضا وكانوا إذا قاتلوا أحدا من الاعداء يكون معهم تابوت الميثاق الذي كان في قبة الزمان كما تقدم ذكره فكانوا ينصرون ببركته وبما جعل الله فيه من السكينة والبقية مما ترك آل موسى وآل هارون فلما كان في بعض حروبهم مع أهل غزة وعسقلان غلبوهم وقهروهم على أخذه فانتزعوه من أيديهم فلما علم بذلك ملك بني إسرائيل في ذلك الزمان مالت عنقه فمات كمدا وبقي بنو إسرائيل كالغنم بلا راع حتى بعث الله فيهم نبيا من الانبياء يقال له شمويل فطلبوا منه أن يقيم لهم ملكا ليقاتلوا معه الاعداء فكان من أمرهم ما سنذكره مما قص الله في كتابه.
 (4)تفسير ابن كثير - (ج 1 / ص 667)
عن ابن عباس في هذه الآية: { وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ } قال: عصاه ورضاض الألواح. وكذا قال قتادة والسدي والربيع بن أنس وعكرمة وزاد: والتوراة. وقال أبو صالح { وَبَقِيَّةٌ } يعني: عصا موسى وعصا هارون ولوحين (2) من التوراة والمن. وقال عطية بن سعد: عصا موسى وعصا هارون وثياب موسى وثياب هارون ورضاض الألواح. وقال عبد الرزاق: سألت الثوري عن قوله: { وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ } فقال: منهم من يقول قفيز من مَنٍّ، ورضاض الألواح. ومنهم من يقول: العصا والنعلان.
تفسير البغوي - (ج 1 / ص 299)
{ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ } يعني موسى وهارون أنفسهما كان فيه لوحان من التوراة ورضاض الألواح التي تكسرت وكان فيه عصا موسى ونعلاه وعمامة هارون وعصاه وقفيز من المن الذي كان ينزل على بني إسرائيل، فكان التابوت عند بني إسرائيل وكانوا إذا اختلفوا في شيء تكلم وحكم بينهم وإذا حضروا القتال قدموه بين أيديهم فيستفتحون به على عدوهم فلما عصوا وفسدوا سلط الله عليهم العمالقة فغلبوهم على التابوت.


.

PALING DIMINATI

Back To Top