Bismillahirrohmaanirrohiim

Pendidikan Dalam Keluarga

Keluarga merupakan media sosialisasi utama yang memiliki nilai signifikan dalam pembentukan kehidupan seorang manusia, seorang manusia di ibaratkan lembaran kertas putih dan keluarga bagaikan author yang akan mencatat, menulis, atau menggambar apa saja yang ia inginkan pada lembaran kertas putih tersebut, akankah ia akan menjadikan karya tulisnya sebagai  buku catatan diary, buku catatan hutang, atau mau dijadikan karya buku novel #1st Best Seller , atau tidak mencatat apapun sama sekali, membiarkan ia tetap putih, atau bahkan membiarkan ada orang lain yang mewarnai buku tersebut.

Sejalan dengan salah satu hadits :

قال صلى الله عليه وسلم‏:‏‏(‏كل مولود يولد. على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه
Ibu bapak seorang manusialah yang menjadikan ia Muslimkah atau kafirkah.

Komponen sebuah keluarga Ibu, ayah, saudara, bibi, kakek, nenek, enyak, ngkong, dan apapun namanya, hanya satu yang berpengaruh sekali dalam proses pembentukan kehidupan manusia, bagaimanakah orang yang paling dekat dengannya mendidiknya?

Penulis tidak menuliskan ibu sebagai ‘orang yang paling dekat’ karena pada perjalanannya, fakta berbicara untuk saat ini tidak hanya seorang ibulah yang mewarnai kehidupan anaknya, bisa saja bibi, nenek, atau bahkan sekarang bagi sebagian ataukah kebanyakan masyarakat di daerah kota anak anak mereka mendapatkan pendidikan baby sitter. 

Namun meskipun demikian, ini merupakan ungkapan seorang yang menemukan sekelumit ضالة المؤمن sebagai opini, masukan, dan hemat penulis bagi para pembaca mudah mudahan bisa dijadikan tindakan preventif dalam memberikan pendidikan bagi kehidupan berkeluarga. 
Berbagai kekhawatiran diungkapkan orang tua yang merupakan Pendidik Utama tatkala melihat dan menyaksikan perkembangan zaman dan tekhnologi yang terjadi saat ini, sehingga menuntut mereka untuk benar benar mendapatkan solusi untuk menghindari dan menanggulangi efek negative dari keadaan yang sekarang terjadi, yaitu salah satu diantaranya dengan mengetahui berbagai metode dalam mendidik dan membina keluarga. 

Satu yang akan lebih di intensifkan oleh penulis pada pembahasan makalah ini yaitu dalam metode atau pola pendidikan dan pembinaan anak, bagaimanakah peranan orang tuadalam mengasuh anak dan keluaga, karena merekalah yang akan meneruskan estafet kehidupan di masa yang akan datang.

Dari beberapa referensi penulis menemukan generalisasi pembagian poa pendidikan anak kedalam 3 (tiga) kategori    :
1.    Pola  Otoriter
2.    Pola Permisif
3.    Demokratis

Pada pola asuh otoriter, orangtualah yang menentukan semuanya. Orangtua menganggap semua yang mereka katakan adalah yang paling benar dan baik. Anak dianggap tak tahu apa-apa. Orangtua tak pernah mendorong anak untuk mandiri dan mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan tindakan si anak. Orangtua hanya mengatakan apa yang harus/tidak dilakukan dan tak menjelaskan mengapa hal itu harus/tidak dilakukan.

Pola asuh yang permisif, cenderung membiarkan anak berkembang dengan sendirinya. Orangtua tak memberikan rambu-rambu apa pun kepada anak. Yang ada hanyalah rambu-rambu dari lingkungan. 

Sedangkan, pola asuh demokratis, menggunakan penjelasan mengapa sesuatu boleh/tidak dilakukan. Orangtua terbuka untuk berdiskusi dengan anak. Orangtua melihat anak sebagai individu yang patut didengar, dihargai, dan diberi kesempatan.

Adapun Pola asuh yang di dapatkan penulis pribadi dalam keluarga yaitu Pola asuh otoriter, dengan semua tindakan dan segala hal yang di lakukanpenulis lebih menitik beratkan satu komando yaitu orang tua penulis.

Seiring penulis tumbuh dewasa, lembaran putih yang dimiliki penulis tidak hanya dipenuhi dengan catatan orang tua, namun lembaran itu sekarang menjadi tempat siapa saja yang berada dekat dengan penulis.

Keluarga penulis sepenuhnya memberikan keleluasaan bagi orang yang benar ia percayai untuk menjadikan penulis sebagai lembaran catatan yang bisa sejajar dengan karya fenomenal, dan memang ternyata hal tersebut menjadikan penulis berfikir sejenak untuk berinovasi dengan goresan tinta orang lain pada lembaran putih yang dimiliknya, He is not he was, Sekarang ia berbeda, ia akan benar benar berperan menjadi agent of change dalam keluarganya.

Tentunya semua itu sampai saat ini karena Pendidikan yang ia dapatkan di rumah ke-2 nya, Rumah Keluarga Besar ke-2 yang membina dirinya dengan berbagai macam pola pengasuhan.
Penulis adalah anak Orang tua Otoriter tatkala ia mesti mengikuti segala keinginan orang tua ke-2 di rumah ke-2nya, ada perasaan tertekan yang dialami penulis, ia juga putra Ayah demokratis tatkala ia selalu diajak bermusyawarah pada ishlah tindakannya, penulis bahagia kelurga benar benar memperhatikan langkah hidupnya tanpa ada penekanan, bahkan ia dapati keluarga baru di rumah ke-3nya ia bagaikan anak elang yang di biarkan Induk elangnya terjatuh dari cengkraman yang sengaja induknya lepaskan tatkala melewati jurang kehidupan, awalnya penulis merasa tidak dipedulikan orang tuanya, namun saat penulis sadari itulah metode orang tua ke-3nya dala mendidiknya.

Sedikit, penulis sudah memulai dirinya memperbanyak makan garam, untuk saat ini penulis beropini In my opinion, it will be better if all of methode are integrated. Suatu saat orang tua perlu besrsikap otoriter terhadap tindakan keluarga (anaknya), tanpa memberikan batasan yang membuatnya tertekan dengan memberikan keleluasaan pada anaknya untuk mengeluarkan insiatif dari dirinya dengan mengadakan suatu diskusi, musyawarah pada saat saat tertentu demi terciptanya generasi masa depan sebagai Lembaran kertas yang terkumpul berisi berbagai goresan, coretan, menjadi karya besar dan fenomenal, dirinya yang memang besar karena mendapatkan binaan dan pengsuhan keluarga dan orang yang berada di sampingnya selalu mendukung dirinya untuk selalu baik, lebih baik, dan terbaik. (Budi)


.

PALING DIMINATI

Back To Top