Bismillahirrohmaanirrohiim

Cerita Khayal Membuat Anak Suka Berbohong

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.( QS;Alkahfi 46)

Sudah bukan merupakan sesuatu yang aneh, apabila dalam sebuah keluarga, seorang anak tertegun di depan kotak ajaib yang bernama televisi hanya untuk melihat film Bidadari, Tuyul dan Mbak Yul, dan film-film lainnya. Selain itu, banyak anak-anak yang senang ketika mendengar cerita tentang Kancil Mencuri Timun, Bawang Merah Bawang Putih, Cinderela, dan cerita lain daripada mendengarkan cerita seorang ustadz tentang para nabi, sahabat, dan para tokoh-tokoh Islam. Hal ini sangat mungkin terjadi, ketika lingkungan tempat tinggal anak jauh dari kasih sayang dan kebersamaan. Orang tua hanya sibuk dengan pekerjaannya. Sementara sang anak pun nantinya akan mencari kesibukan sendiri, dengan aktifitas-aktifitas yang ia senangi. Misalnya, menonton cerita-cerita khayal yang semakin marak di televisi.

Seorang sarjana Perancis yang bernama Jean Peaget berpendapat bahwa anak mempunyai kesanggupan untuk menyatakan apa yang terkandung dalam pikirannya dengan suara. Potensi itu mempunyai kemungkinan besar untuk dikembangkan. Dengan menggunakan bahasa, orang mampu menggunakan subjek dan objek. Apabila seorang anak-anak berhasil menggolog-golongkan sekumpulan benda dengan cara-cara berlainan, sebelum anak-anak itu melakukannya dengan kata-kata yang serupa dengan benda-benda tersebut, maka pertumbuhan kognisi dapat diterangkan atau mungkin terjadi sebelum berkembangnya bahasa. Dengan kata lain, anak-anak telah mampu berpikir sebelum ia dapat berbahasa. Menurut Piaget, seorang anak-anak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan perilakunnya, baru kemudian melalui bahasa.

Menurut Jean Piaget, pada anak usia 4-7 tahun percakapannya bersifat bahasa egosentris adalah bentuk bahasa yang lebih menonjolkan keinginan dan kehendak seseorang. Contoh : anak menangkap suatu percakapan, kemudian percakapan diulanginya untuk dirinya sendiri, baru kemudian menceritakan kepada orang lain.

Jika kita menghubungkan teori itu dengan sebuah kebiasaan buruk yang dilakukan oleh anak di lingkungannya, yaitu kebiasaan menceritakan sesuatu yang tidak benar-benar terjadi, maka hal itu merupakan wujud dari kemampuan berpikir anak sekaligus pengungkapan kembali apa yang ada dalam pikirannya dengan menggunakan bahasa.

Telah kita sadari bersama, baik dalam lingkungan keluarga maupun sekolah, Anak usia pra sekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Pada usia yang berkisar antara empat sampai enam tahun ini, setiap anak mempunyai karakteristik sendiri dan mempunyai sifat yang unik pula. Keunikan ini dapat terjadi baik dalam segi fisik maupun psikis. Dari segi fisik misalnya, dapat terlihat perbedaan postur tubuh, warna kulit, bentuk wajah dan lain lain. Dari segi psikis dapat pula terjadi perbedaan dalam berbagai kemampuan, baik potensial maupun aktual yang sudah terwujud. Misalnya ada anak yang secara potensial mempunyai bakat bahasa, tetapi kurang dalam teknik. Anak lain mungkin berbakat dalam teknik, tetapi kurang dalam bahasa. Demikian juga dalam segi lainnya seperti kecerdasan, minat, motif atau kebutuhan.

Pada usia empat sampai tujuh tahun, anak memiliki kecenderungan untuk berbohong. Pada usia ini, berbohongnya seorang anak, biasanya hanya merupakan fantasi atau khayalan saja, khayalan ini dapat disebabkan karena keinginan anak yang mungkin tidak dapat terwujud. Khayalan inilah yang menyebabkan anak seperti berbohong.

Beberapa bentuk dusta dan latar belakang serta penyebab anak berbicara tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, diperoleh dengan tidak sengaja, antara lain dari cerita-cerita khayal, baik yang ia dapatkan melalui cerita orang lain, membaca, maupun dengan melihat di layar televisi.

Cerita-cerita khayal banyak diceritakan pada anak-anak kecil. Hal tersebut biasanya dilakukan sekedar untuk menghibur hati sang anak. Padahal cerita khayalan anak itu sendiri sering dianggap dusta oleh orang dewasa. Namun demikian, orang tua maupun guru, sebagai orang yang dekat dengan anak, kurang menyadari hal itu. Seolah-olah itu bukan sesuatu yang berbahaya bagi proses berfikir anak.

Anak-anak sangat luas dan leluasa fantasinya, artinya dapat membuat gambar khayal yang banyak yang luar biasa sehingga orang dewasa menganggapnya mustahil. Tetapi mereka belum mampu membedakan antara gambaran pengamatan, gambaran ingatan dengan gambaran fantasi, karena akal dan pengertian yang mereka miliki masih sederhana, sedangkan perasaan dan keinginannya sangat meluap-luap.

Cerita dongeng yang luar biasa isinya, berada di luar alam nyata, sangat menarik perhatian mereka. Cerita dongeng sangat mempengaruhi pembentukan kepribadiannya. Anak yang masuk taman kanak-kanak, fantasinya mendapat bimbingan dan kesempatan untuk maju. Bila fantasi tidak dapat kesempatan untuk berkembang, keadaan tersebut dapat menimbulkan hambatan dalam kemajuan perkembangan anak.

Menurut Charlotte telah meneliti tentang dongeng dan fantasi anak-anak. Pada usia empat tahun yang sering disebut masa ' Struwelpeter' masa ini anak-anak gemar mendengarkan cerita tentang anak yang nakal, anak berkuku panjang, anak kotor, anak berambut gondrong dan sebagainya. Pada usia enam tahun anak senang sekali mendengarkan cerita tentang kehidupan seperti contoh : Timun Mas, Cinderella, Bawang Putih Bawang Merah, dan sebagainya.

Mereka mendengarkan berulang-ulang dengan tidak bosan-bosannya sampai mereka ingat benar susunan kata-katanya maupun jalan ceritanya. Sementara anak-anak jarang sekali yang mempelajari cerita-cerita atau sejarah para nabi dan rasul, para pejuang-pejuang Islam, serta orang-orang sukses yang lebih layak untuk dijadikan sebagai contoh.

Walaupun proses berbohongnya anak dilakukan tanpa sengaja, gejala seperti ini memerlukan perhatian khusus orang tua dan para pendidik pada umumnya. Apabila gejala ini terus bekelanjutan, maka gejala berbohong dapat mendarah daging, berakar, dan menjadi suatu kebiasaan yang menetap dan terwujud dalam sifat kepribadian orang tersebut kelak pada masa dewasanya. Peran keluarga dan guru sebagai orang yang dekat dengan mereka, sangat dibutuhkan. Mereka harus menunjukkan pada anak bahwa apa yang dikatakannya itu tidak benar.

Pada anak kecil, cara berbicara dan pemakaian bahasa sering kurang cermat dan tepat. Kesalahan atau kekeliruan dalam penilaian-penilaian yang relatif subjektif seperti halnya besar-kecil, banyak-sedikit, benar dan tidak benar sering menimbulkan ketidaksesuaian dengan kenyataan, ditambah lagi oleh khayalan anak dan keinganan anak untuk membesar-besarkan sesuatu dengan bualan-bualannya, maka sering mendapat kesan bahwa anak itu suka berbohong.

Semakin bertambahnya usia seorang anak, tingginya tingkat pendidikan, maupun teladan yang baik, maka anak sudah harus mengerti pentingnya kejujuran pada umur enam sampai dengan tujuh tahun.

Tabiat anak kecil, suka ketika mendengar orang yang sedang bercerita sesuatu. Setelah itu, ia pun berusaha untuk menceritakan kepada orang lain. Seorang anak, masih sangat terpengaruh oleh keinginan-keinginannya sendiri, dan biasanya mereka selalu ingin melakukan sesuatu hal, terutama yang baru. Jadi, ketika yang diterima anak merupakan bentuk kebohongan, maka anak pun akan terus menceritakan kebohongan-kebohongan tersebut kepada orang lain, dan seterusnya. Tambahan pula, banyak cerita-cerita untuk anak sendiri merupakan khayalan belaka.

Anak sering mendengar cerita mengenai raksasa, buto yang besar, hitam dan menyeramkan, akan tetapi belum pernah menjumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Anak mendengar dan melihat gambar-gambar si kancil yang cerdik dan fasih berbahasa dan memperdayakan si raja hutan. Padahal ketika seorang anak mengunjungi kebun binatang dan melihat kancil di sana, tidak mampu berkata, binatang itu diam seribu bahasa. Mereka sering menonton film-film di televisi-televisi, baik televisi negeri maupun swasta tentang hantu, tentang jin, serta setan-setan yang suka mengganggu. Padahal dalam realitas, anak tidak pernah menemuinya. Namun demikian, cerita-cerita tersebut seolah-olah ada dan dekat dalam dunia mereka. Yang kemudian muncul adalah anak suka menceritakan hal-hal yang bersifat khayalan yang justru akan mematikan potensi anak yang sebenarnya. Ketika menonton tayangan hantu, maka anak merasa takut ketika lampu mati (gelap), merasa resah ketika mendengar suara-suara tertentu, dan lain sebagainya.

Anak-anak, hendaknya dibawa pada situasi yang nyata agar ia tidak tenggelam dalam khayalannya. Pengembalian pada dunia realitas sangat diperlukan, agar anak belajar membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Apabila anak memasuki dunia khayal karena dunia realitas tidak menarik, sebaiknya alam kenyataan pun perlu untuk dirubah. Orang tua harus mengubah lingkungan keluarga sedemikian rupa, agar suasana rumah menjadi lebih menarik, sehingga peristiwa-peristiwa rutin sehari-hari tampak lebih menyenangkan. Dan itu adalah tanggung jawab orang tua. Firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6

'Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.' (At-tahrim: 6)

Maroji': - Permasalahan Anak Taman Kanak-kanak 0leh: Sri Maryati dan Rusda Suradi. - Psikologi Perkembangan Oleh Sri rahayu - Psikologi Perkembangan Oleh Zulkifli. - Mencerdaskan Anak. Oleh Suharsono. - Seri Psikologi Anak 1, Mendidik dengan Cinta. Oleh Irawati Istadi. - Psikologi Anak Bermasalah Oleh Singgih Gunarsa. - Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak Oleh Ketut Sukardi. - Pengantar Psikolinguistik Modern Oleh Mangantar Simanjuntak.


.

PALING DIMINATI

Back To Top