Bismillahirrohmaanirrohiim

JABOTABEK DI ZAMAN NABI (Oleh: Jum’an Basalim)

Dari seringnya mendengar Candi Borobudur sebagai maha karya nenek moyang kita dan melihat seluruh bangunannya yang tersusun dari batu-batu, sangat kuat kesan saya bahwa candi itu sudah sangat-sangat kuno.
Sepertinya dibangun oleh nenek moyang kita di zaman batu yang sudah sangat jurassic. Lebih-lebih kalau kalau diingat dari pendirinya Raja Samaratungga dari dinasti Syailendra yang ber agama Budha, agama yang
konon sudah ada sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Saya merasa yakin Borobudur dibangun jauh sebelum kelahiran Nabi kita s.a.w.

Ternyata candi itu baru mulai dibangun hampir satu setengah abad sesudah Nabi Muhammad s.a.w. wafat dan selesai sekitar tiga perempat abad kemudian yaitu pada tahun 825 Masehi. Masa hidup Rosululloh s.a.w. dari
571 - 632 miladiyyah bersamaan dengan masa pemerintahan Kaisar Tang (566 – 635) pendiri dinasti Tang di Tiongkok. Di Vatikan berkuasa Paus yang ke 61 yaitu Paus Johanes III.

Dengan mencocokkan tahun-tahun sejarah ternyata Gajah Mada, panglima dan maha patih dari Majapahit itu, hidup dizaman keemasan Islam abad ke 13. Dia lahir di Jawa Timur ketika Ibnu Taimiyyah ulama dan
cendekiawan Islam yang masyhur itu berumur 27 tahun. Mahapatih Gajah Mada berumur 44 tahun ketika Mustakfi Billah I dari khilafah Abbasiah mengakhiri jabatanya sebagai gubernur Cordoba selama 32 tahun. Ketiga
tokoh itu hidup diakhir abad ke 13 dan awal abad 14. Yaitu enam abad sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw.

Menurut catatan para musafir China kuno, pada masa Nabi Isa a.s., di pesisir barat pulau Jawa, yaitu di sekitar Pandeglang berdiri kerajaan Salakanegara, peradaban Nusantara tertua yang pernah dicatat. Kerajaan ini
berakhir pada abad ke-4 dengan lahirnya kerajaan Tarumanegara sampai dengan abad ke-7.

Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi di zaman Rosululloh merupakan bagian wilayah kerajaan Tarumangara, sebuah kerajaan Hindu yang didirikan oleh raja Jayasingawarman pada tahun 358. Kertawarman, raja yang
ke- 8 Tarumanegara mulai bertahta kira-kira sepuluh tahun sebelum kelahiran Nabi kita. Sudawarman menggantikannya pada tahun 628 atau empat tahun sebelum Rosululloh wafat.

Bagi kita yang bukan pemerhati, tata-letak peristiwa-peristiwa sejarah umumnya
tidak teratur dan kabur. Lebih-lebih bagi orang Jawa awam yang pengetahuan sejarah masa lampaunya bercampur-baur dengan legenda, perwayangan serta kisah-kisah dari kitab Mahabarata dan Ramayana.

Ajisaka yang oleh sebagian orang diyakini sebagai pencipta huruf Jawa, juga wallohu a’lam adanya. Menurut Dr. Bisry Effendi, Direktur Lembaga Kebudayaan Desantara dan peneliti LIPI, Ajisaka adalah legenda yang
diciptakan sebagai bentuk resitensi dari rakyat Tengger yang tersisih. Menurut legenda itu Ajisaka adalah anak Kiyai Kures dari gunung Tengger, yang oleh seekor ular bernama Antaboga dianjurkan agar berguru kepada
Nabi Muhammad di Mekah. Waktu pulang Ajisaka diberi hadiah oleh Nabi Muhammad s.a.w. berupa lontar dan alat tulis, tetapi lontar itu ketingalan dan baru diingatnya sesudah ia tiba di gunung Tengger. Ia kemudian
mengutus abdinya yang bernama Ana untuk mengambil ke Mekah, sementara Nabi Muhammad juga mengirim pembantunya bernama Alif untuk mengantarkan lontar itu ke gunung Tengger. Ana dan Alif bertemu
ditengah perjalanan dan masing-masing bersikeras saling tidak percaya. Merekapun berkelahi dan kedua-duanya mati. Ketika Ajisaka mendengar kabar tersebut ia bersajak: “Ana Caraka Data Sawala Pada Jayanya Manga
Batanga”. Sajak tersebut sampai sekarang menjadi abjad Jawa.... Kacau kan?


.

PALING DIMINATI

Back To Top