Bismillahirrohmaanirrohiim

DOKTER DAN MALAIKAT (Oleh: Jum’an)

Kita tidak tahu entah bagaimana suasana pengadilan di akhirat nanti. Tanpa ingin meringan-ringankan seorang teman saya dengan ceria dan penuh harap membayangkan sebuah skenario begini. Begitu malaikat
mengambil buku catatan amalan, sebelum sempat dibuka dan dibacakan, dia akan melompat kedepan menubruk dan merebut buku itu dari tangan sang malaikat. Ia akan berkata: ”Stop. Stop. Tolong tidak usah dibuka
tidak usah dibaca. Saya sudah tahu isinya. Mohonkan ampun saja dari Dia. Dia pasti akan mengampuni saya”
Buku catatan amal yang akan mengantar kita kesorga atau keneraka, tentulah sangat mendebarkan waktu dibacakan didepan kita sebagai pelakunya.

Didunia saja kita mengeluarkan keringat dingin sebelum membuka rapot sekolah, pengumuman ujian atau amplop hasil test dokter. Saat itulah kita diberitahu tentang nasib kita selanjutnya bahagia atau celaka, naik kelas
atau mengulang, kangker jinak atau kangker ganas, jadi bupati atau berhutang untuk membayar biaya kampanye.
Amplop itu sudah saya pegang-pegang lebih dari setengah jam. Saya benar-benar membutuhkan persiapan mental yang cukup untuk membukanya. Beberapa baris dari bawah, dibagian Kimia Darah, ada angka-angka
yang akan menghakimi saya. Diantaranya kadar creatinin, ureum dan asam urat. Kalau ketiga angka itu menyimpang terlalu juh dari normal, tandanya hasil cangkok ginjal saya cenderung memburuk dan itu menakutkan.
Saya baru membuka amplop itu sesudah saya memberanikan diri untuk pasrah dan mengatakan: ”Kalau memang sudah sampai saatnya, apa mau dikata dan siapa yang bisa mencegahnya”. Bismillah...

Hal itu terjadi setiap bulan, dua bulan dan akhirnya tiap tiga bulan sekali. Baru sesudah hampir dua tahun saya bisa dengan tenang membuka amplop itu tanpa rasa takut dan tidak harus menunggu lama. Hasil test rata-rata
selalu mendekati normal, berkisar pada angka-angka itu juga. Beberapa tahun belakangan ini bahkan saya tidak lagi melakukan test, meskipun izin absen untuk test masih selalu saya pakai untuk membolos dari kantor.
Enggan melakukan test lama-lama berkembang menjadi takut melakukan test, kalau-kalau hasilnya akan menyimpang jauh dari normal karena sudah terlalu lama.

Saya berharap suatu saat di bulan Maret ini saya akan mengulangi kata-kata saya: ”Kalau memang sudah sampai saatnya, apa mau dikata dan siapa yang bisa mencegahnya” dan dengan tabah berangkat melakukan test ke
rumah sakit Cikini, sekaligus melihat hasil esok harinya dan melaporkannya kepada dokter Widodo di Pondok Indah. Insyaalloh Orang sering mengatakan dengan enaknya: Ya periksa saja supaya tahu hasilnya supaya bisa segera diobati penyakitnya. Memang benar, tapi kenyataannya tidak sesederhana itu. Percaya deh...


.

PALING DIMINATI

Back To Top