Oleh Apria Putra
alm. Buya Sirajuddin Abbas, atau di Jawa dikenal dengan KH. Sirajuddin Abbas, adalah ulama sekaligus politisi dari PERTI. Pernah menjadi Menteri Keserjahteraan Negara pada 1954. Walaupun ikut dalam kancah politik, keulamaan-nya tidak pudar. Di satu segi beliau dekat dengan Soekarno, tapi disisi lain beliau mengkritik keras pemikiran keagamaan Soekarno.
Dari segi keilmuan, buku-buku karya Buya Sirajuddin Abbas menjadi pegangan "wajib" jamaah PERTI. Buku-buku itu adalah I'tiqat Ahlussunnah wal Jamaah, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi'i, dan 40 Masalah Agama (4 jilid). Beliau juga mengarang kitab untuk daras di sekolah PERTI yaitu Bidayatul Balaghah (Stilistika Arab).
Buya Sirajuddin Abbas belajar di Mekkah selama 6 tahun. Sempat satu guru dengan Syekh Yasin al-Fadani, ketika belajar kepada Syekh Umar Hamdan, Muhaddits Haramain, yang mukim di Madinah.
Buya Siraj dikenal dalam kepakarannya pada Fiqih. Sampai akhir hayatnya beliau mendaras Kitab al-Iqna'. Dari penguasaan bahasa, selain ahli dalam bahasa Arab, Buya Siraj juga mahir dalam Bahasa Inggris.
Buya Sirajuddin Abbas adalah anak dari Syekh Abbas Qadhi Ladang Laweh. Syekh Abbas sendiri dikenal sebagai pendiri PERTI, selain Syekh Canduang, Syekh Tabekgadang, dan Syekh Jaho. Buya Siraj memiliki seorang saudara kandung perempuan, yaitu Ummi Hj. Syamsiyah Abbas, dikenal sebagai tokoh pendidikan perempuan di kalangan PERTI, pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Putri Bengkaweh.