Bismillahirrohmaanirrohiim

Lama Nyantrinya Simbah Kiai Baidhowi

Oleh Zaki Abigeva


"BAHTSUL MASA'IL" DI MAJLIS HAUL

Seperti biasa, di tiap perhelatan acara haul almaghfurlah Simbah Kiai Baidhowi yang berlangsung setiap 15 Syawwal selalu rutin dibacakan manaqib singkat beliau. Yang berkisah mulai dari rihlah ilmiah, kontribusi ruhaniyyah (spiritual), peran ijtima'iyyah diniyyah (sosial keagamaan), sumbangsih wathaniyyah (kebangsaan) hingga uswah dari kiai yang menurut Gus Mus pernah menjadi idola dari Simbah Kiai Bisyri Musthofa ini. Saat tahu yang menulis manaqib tersebut adalah al-faqir, tiba-tiba Gus Baha melipir di deretan panitia dan MC yang awalnya ia duduk di barisan depan bersama Gus Mus, Gus Ubab, Gus Najih dan para sesepuh lainnya. 

Sambil membawa rujukan kitab Tarajimu Masyayikh al-Ma'ahid ad-Diniyyah bi Saranji al-Qudama' karya Mbah Maimoen Zubair ia setengah protes karena hanya menyebut Mbah Dhowi nyantri di Sarang selama 5 tahun. Kemudian pelan-pelan saya mencoba luruskan dengan mengambil teks asli manaqib yang barusan dibacakan. Secara jelas tertulis bahwa Mbah Dhowi 5 tahun belajar di Jamsaren sedangkan di Sarang nyantri kurang-lebih 10 tahun.

Merasa belum puas kemudian ia membuka halaman 53 dari kitab Tarajim dan menggaris bawahi bahwa Mbah Dhowi ngangsu kaweruh di Sarang kurang lebih 20 tahun. Seakan muncul tanya dalam benaknya, kenapa begitu jauh jaraknya? Mana sumbernya? Ini lho saya bawa rujukannya. Ataukah salah cetak?

Tak ingin gegabah berdalih, secara gerak cepat saya membuka aplikasi WPS dan mencari file buku "Dakwah Millenial via Media Sosial" yang memuat manaqib tentang Mbah Baidhowi di bagian epilog atau penutup buku halaman 153. Dengan merujuk pada teks asli kitab Khasyiyah Turmusiy al-Musamma Manhal al-'amim bi Khasyiyah al-Manhaj al-Qowim, (termaktub dengan jelas dengan menggunakan bahasa Arab) bahwa Mbah Baidhowi tertulis nyantri di Sarang selama 10 tahun. Singkat kata, beliau hanya manggut-manggut tak menyangkal.

Tak berselang lama beliau menyahut: "Versi menantu lebih banyak mbah..", canda Gus Baha' seperti kehabisan dalil. Dan kamipun terkekeh..

Di akhir bisik-bisik, Gus Baha' berkisah pernah mendapati cerita bahwa Mbah Baidhowi sempat ikut mengajar di pesantren Kasingan tempat Mbah Kholil Harun pertama kali membuka pondok. Dari situ akhirnya kami setengah sepakat mengambil kesimpulan sementara dan jurus cocoklogi (meski agak dipaksakan), bisa jadi 20 tahun dihitung (termasuk) masa bakti atau khidmah Mbah Baidhowi saat diminta gurunya, Kiai Umar Harun untuk ikut membantu adiknya (Kiai Kholil Harun) ketika merintis pesantren di Rembang.

Wallahu a'lam wa ahkam

Link acara dapat disimak di sini: https://youtu.be/FFWr3aV2mCg


.

PALING DIMINATI

Back To Top