Bismillahirrohmaanirrohiim

APAKAH MUSIK HARAM DALAM PERSPEKTIF 4 MADZHAB?


Oleh : Habib Ali bin Abdurrahman Al-Jufri

Dalam suatu Nadwah Diniyyah (seminar keagamaan) di Delta University Mesir ada seorang pemuda bernama Syu’aib berkata kepada Habib Ali “Musik haram secara kesepakatan empat madzhab”

Habib Ali pun menjawab “Tak ada kesepakatan soal itu dalam empat madzhab. Bahkan saya tambahi lagi, dalam Satu Madzhab pun tidak ada kata sepakat atas haramnya musik. Perbedaan pendapat antar ulama soal mendengarkan musik adalah perbedaan yang kuat dan diakui, bahkan diantara para sahabat Nabi.

Sayyidina Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib, suami Sayyidah Zainab Ra. Dulu beliau mendirikan majlisnya didekat pembantu-pembantu wanitanya yang bersenandung untuk beliau dengan alat musik. Seorang sahabat Nabi dan di Makkah pula. Iya di Makkah, tempat termulia dimuka bumi. Dan riwayat tentang menantu Nabi ini masyhur dikalangan masyarakat Hijaz.

Lebih dari 30 Imam Ulama besar Ahlussunah waljama’ah dari 4 madzhab berpendapat bahwa ‘Mendengarkan Alat Musik Hukumnya Tidak Bergantung Pada Alatnya’, akan tetapi hukumnya tergantung pada efek yang timbul pada pendengarnya. Jika mendengarkan alat musik berdampak positif maka mendengarkannya pun positif. Akan tetapi jika suara dan alunan serta getaran musiknya itu berdampak negatif, maka mendengarkannya pun haram.

Diantara ulama yang berpendapat demikian adalah Imam Al-Ghozali, salah satu ulama terbesar termulia, pakar Fiqih dalam madzhab Syafi’i. Beliau punya karya Al-Basith, Al-Wasith dan Al-Wajiz. Bahkan beliau punya kitab Al-Musytasyfa dalam bidang Ushul Fiqh yang terbilang sebagai kitab Ushul terkuat dalam madzab Syafi’i. Sejumlah ulama besar juga berpendapat demikian.

Lalu apakah ini ajakan terbuka untuk kaum milenial agar mendengarkan lagu? Tidak. Ini ajakan untukku dan untukmu agar tidak menyempitkan hal yang luas. Ini ajakan untukku dan semua kaum milenial agar mengambil dari luasnya perbedaan ini untuk menumbuhkan kepekaan diri kita. Apa yang dimaksud menumbuhkan kepekaan dalam diri kita? Artinya saya mengikuti pendapat ulama yang membolehkan mendengarkan musik selama berdampak baik, dengan tujuan untuk memantau diri kita. Saya mendengarkan musik harus dengan rasa, contohnya ada orang mendengarkan lagu Ummu Kultsum, apa hal buruk yang mungkin di tumbuhkan? Terlebih lagunya yang berlirik : 

Dia memanggilku aku menjawabNya, 
Aku datangi pintuNya, 
Saat Dia pancarkan cahayaNya, 
Ku panggil Dia dengan air mata.

Aku mendengarkannya wahai tuan Syu’aib, maafkan aku. Guruku, ulama besar Syekh Sa'id Ramadhan Al-Buthi juga mendengarkannya, begitupun Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi dan Syekh Muhammad Al-Ghozali. Apa poin utamanya? Sungguh wahai hadirin, Demi Allah! Tak Mungkin Agama Menjadi Musuh Bagi Kemanusiaan Kita!

Justru sebaliknya, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mendengarkan rebana. Dan saat Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq ingkar atas gadis-gadis yang bernyanyi-nyanyi bersama Sayyidah Aisyah didalam rumah Rasulullah saat hari raya, mereka bernyanyi sambil menabuh rebana, kemudian Abu Bakar masuk dan berkata : "apa pantas suara syetan ada di dalam rumah Rasulullah?" Abu Bakar bermaksud menghentikan itu, Rasulullah sedang istirahat lalu terbangun, kemudian membuka selimutnya dan berkata "Biarkan mereka wahai Abu Bakar! Ini Hari Raya". Yakni biarkan mereka bersenang-senang.

Sayyidina Umar bin Khattab saat hari raya beliau melihat orang-orang Afrika menari-nari dalam masjidnya Rasulullah. Kalian tau, anak-anak muda dari Ethiopia Afrika joget-joget dan menari sambil memain-mainkan senjata. Dalam tiga riwayat Bukhari Muslim mereka (melakukan tari) Zafin. Menurut Imam Nawawi mereka menari sambil memainkan busur panah. Dimana itu? Di Dalam Masjid! 

Rasulullah saw menyaksikan mereka dan mereka bernyanyi memuji Rasulullah dengan bahasa Afrika yang artinya : "Muhammad adalah orang baik." 

Sayyidina Umar mengambil kerikil sambil berkata "apa-apaan kalian dalam masjid!". Sayyidina Umar punya kecemburuan atas kemuliaan masjid, tapi kecemburuan Umar itu butuh bimbingan keluasaan Nabi Muhammad saw. Rasulullah bersabda "wahai Umar, ini hari raya". Artinya momen bahagia. Ada riwayat lain Rasulullah saw bersabda "wahai Umar, mereka ini suku Anjasyah". Maksudnya ini budaya mereka. Mereka budayanya mungkin menari seperti itu ditempat yang mereka muliakan, di Afrika. Hargai Budaya Orang Lain.

Pesan yang ketiga adalah "biarkan wahai Umar, agar orang Yahudi tau agama kita fleksibel".
 
Dan yang lebih dari itu adalah pesan ke empat, Rasulullah menoleh pada Aisyah yang tengah berada di kamarnya. Rasulullah bersabda "wahai Aisyah, apa kamu mau menonton pertunjukkan mereka?" Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata "Iya wahai Rasulullah, aku mau menontonnya". Rasulullah saw berdiri dipintu, dan Aisyah berdiri di belakangnya sambil menonton. Lalu selang beberapa saat Rasulullah menoleh "apa sudah cukup Aisyah?" Aisyah menggeleng "belum Ya Rasulullah saya masih mau menonton". Sayyidah Aisyah menceritakan "sampai aku bosan, sedang Rasulullah masih berdiri, kemudian aku letakkan pipiku di bahunya Rasulullah baru kemudian Rasulullah membawaku masuk kekamar".

Sampai bosan, sampai boring, itu berapa lama coba bayangkan? Garis besarnya wahai Syu’aib, ini masalah yang sangat luas, maka jangan sempitkan hal yang luas.
Intinya apa? Pesan untuk pendengar musik saat anda mendengarkan musik, maka anda salah satu dari tiga tipe pendengar :

Pertama Tipe Komposer. Kalian tau tipe komposer? Mereka yang setiap mendengar musik telinganya selalu fokus pada notasi, ini nadanya benar atau tidak. Ini kordnya benar atau tidak. Ini harmoni antar berbagai alat musiknya menyatu atau tidak. Ini namanya tipe komposer saja.

Bagian kedua Tipe Menghayati Maknanya. Menghayati makna tersebut bisa menggerakkan hatinya untuk rindu pada Allah yang menciptakan keindahan, yang terdengar dari gabungan suara alat musik dengan suara manusia. Atau saat rindu pada istrinya. Atau rindu pada suaminya. Atau menjadi perantara balikannya seseorang dengan tunangannya yang nyaris putus, tentunya ikatan-ikatan yang sesuai syariat Allah lho ya, perhatikan itu! 

Tipe ketiga, mungkin anda tipe pendengar yang sampai jatuh pada larangan agama yang mana itu alasan sebagian ulama mengharamkan. Sebab dahulu umumnya pada masa beliau-beliau musik identik dengan miras dan praktek seksual. Itu sebabnya ada sebagian ulama terdahulu yang mengharamkan, meski nyatanya Tak Ada Satupun Hadits Sahih yang mengharamkan alat musik dan itu di akui oleh empat madzhab. 

***

Hadits yang populer tentang akan ada suatu kaum yang menghalalkan musik dan sutera dst. Kata beliau tidak bisa dijadikan alasan pengharaman mutlak atas musik, buktinya sutera boleh untuk wanita, untuk laki-laki haram jika murni (itu pembahasan lain) intinya sutera saja tidak mutlak, berarti musik pun tidak mutlak.

Lalu ada ayat yang mengecam orang-orang yang hanya mendengarkan suara-suara percuma dst. Kata Habib Ali disitu bukan pengharaman atas musik, bahkan mendengarkan hal-hal percuma secara umum tak bisa diharamkan, ayat itu berbicara tantang kecaman atas meninggalkan mendengarkan yang baik-baik.

____________________________

Tulisan ini berasal dari video Habib Ali di Instagram yang telah di terjemahkan oleh akun @shaabb_muslim616, dengan sedikit pengubahan.


.

PALING DIMINATI

Back To Top