Bismillahirrohmaanirrohiim

KHUTBAH : MENEGUHKAN PERSATUAN BANGSA DI TENGAH MOMENTUM HARI RAYA

MENEGUHKAN PERSATUAN BANGSA DI TENGAH MOMENTUM HARI RAYA

Oleh: Ahmad Muntaha AM (Sekretaris LBM NU Jawa Timur)

Dimuat dalam Buletin Risalah PBNU Edisi Khusus Idul Fitri Juni 2019

*Khotbah Pertama*

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ، مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلهِ الْحَمْدُ. 
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَنْعَمَنَا بِشَهْرِ رَمَضَانَ الْكَرِيْمِ، وأَعَادَ عَلَيْنَا بِعِيدِ الْفِطْرِ الْعَظِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنًا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ، اِتَّقُوا اللهَ، وَاعْلَمُوا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمُ عِيدٍ وَسُرُورٍ، يَوْمُ رَحْمَةٍ وَصِلَةٍ، يَوْمُ بَرَكَةٍ وَوَحْدَةٍ. 

*Hadirin jamaah shalat idul fitri yang berbahagia.*

Di pagi yang penuh berkah dan kebahagian ini, mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala sebagai wujud syukur atas segala nikmat-Nya. Baik nikmat yang bersifat pribadi, seperti kesempatan melaksanakan seluruh rangkaian ibadah di bulan Ramadhan, maupun nikmat yang bersifat sosial kemasyarakatan sebagaimana persaudaraan dan persatuan kita sebagai anak bangsa Indonesia.

*Hadirin jamaah shalat idul fitri yang berbahagia.*

Kendati demikian, kesucian bulan Ramadhan seolah-olah tidak cukup lagi menahan diri kita untuk mengumbar perselisihan, persengketaan dan adu arumentasi di luar batas kewajaran dengan alasan perbedaan aspirasi politik partisan, sebagaimana fenomena yang kita simak bersama baik di dunia nyata maupun di dunia maya, media sosial khususnya. Bahkan in the name of God, berdalih atas nama Tuhan, berdalih atas nama agama, perselisihan semakin tajam dan memakan korban nyawa manusia. Astaghfirullahal ‘azhim, astaghfirullahal ‘azhim, astaghfirullahal ‘azhim.

Tidakkah kita ingat, puluhan ayat al-Qur’an maupun sederet sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkan kita untuk rukun, menjaga ketertiban dan stabilitas sosial.

Bukankah Allah telah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ. (البروج: 10)
Artinya, “Sungguh orang-orang yang membuat fitnah terhadap kaum mukminin dan mukminat, lalu tidak bertobat, maka niscaya bagi mereka siksa neraka jahanam dan bagi mereka siksa neraka yang membakar.” (QS. al-Buruj: 10)

Merujuk penjelasan Syaikh Abu Sa’id al-Khadimi dalam kitabnya Bariqah Mahmudiyyah (IV/270), maksud fitnah dalam ayat di atas adalah menjerumuskan masyarakat dalam kebingungan, kekacauan, perselisihan, ujian dan cobaan tanpa kemaslahatan agama. Penuh ketegasan beliau menyatakan hukum membuat fitnah seperti itu adalah haram, karena termasuk membuat kerusakan di bumi, membahayakan kaum muslimin, penyelewengan dan penyimpangan agama.

Tidakkah kita ingat, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan:

اَلْفِتْنَةُ نَائِمَةٌ، لَعَنَ اللهُ مَنْ أَيْقَظَهَا. (رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ)
Artinya, “Fitnah itu tidur dan Allah melaknat orang yang membangunkannya.” (HR. Ad-Dailami)

Tidak ingatkah kita, saat Imam Ahmad bin Hanbal dihasut dan diprovokasi oleh banyak tokoh masyarakat untuk melawan pemerintah? Di luar dugaan Imam Ahmad menjawab penuh ketegasan:

عَلَيْكُمْ بِالْإِنْكَارِ بِقُلُوبِكُمْ، وَلَا تَخْلَعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ، وَلَا تَشُقُّوا عَصَا الْمُسْلِمِينَ، وَلَا تَسْفِكُوا دِمَاءَكُمْ وَدِمَاءَ الْمُسْلِمِينَ مَعَكُمْ، وَانْظُرُوا فِي عَاقِبَةِ أَمْرِكُمْ، وَاصْبِرُوا حَتَّى يَسْتَرِيح بَرٌّ أَوْ يُسْتَرَاحَ مِنْ فَاجِر. وَقَالَ: لَيْسَ هَذَا صَوَابٌ، هَذَا خِلَافُ الْآثَار. (اَلْآدَابُ الشَّرْعِيَّةُ لِابْنِ مُفْلِحِ الْحَنْبَلِيِّ ج 1 ص 221)
Artinya, “Ingkarlah kalian dengan hati. Janganlah kalian keluar dari ketaatan terhadap pemerintah. Janganlah kalian pecah-belah kaum muslimin. Janganlah kalian tumpahkan darah kalian bersama darah kaum muslimin. Lihatlah akibat tindakan kalian. Sabarlah hingga pemimpin yang baik datang atau pemimpin yang jahat tergantikan.” Beliau menegaskan: “Tindakan kalian ini tidak benar, tindakan kalian ini bertentangan dengan teladan dari Nabi.” (Al-Adab as-Syar’iyyah, I/221).
 
*Hadirin jamaah shalat idul fitri yang berbahagia.*

Bila demikian ajaran-ajaran yang kita wariskan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Ulama, masihkah kita akan lanjutkan pertikaian, perselisihan dan persengketaan antar anak bangsa ini, yang dengan begitu berarti kita ikut menyulut dan menebar fitnah yang tidak berkesudahan?

Ataukah dalam kesempatan Idul Fitri ini kita berani mengambil pilihan sikap untuk menyambung silaturrahim yang sempat terputus; saling menyadari kesalahan dan bermaaf-maafan; saling mendoakan dan mengharapkan kebaikan antar sesama anak bangsa? Selaras dengan spirit sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saat menjawab pertanyaan sahabatnya, ‘Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, tentang amal-amal yang utama:

يَا عُقْبَةُ، صِلْ مَنْ قَطَعَكَ، وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ، وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ. (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْحَاكِمُ)
Artinya, “Wahai ‘Uqbah, sambunglah orang yang memutus silaturrahim kepadamu, berilah orang yang menghalangimu dari pemberian, dan maafkanlah orang yang berbuat zalim kepadamu …” (HR. Ahmad dan al-Hakim)

Bukankah spirit seperti ini yang sudah terpatri dalam tradisi sungkeman kita saat lebaran, sebagaimana penuh kesantunan sering kita bisikkan kepada orang yang kita sowani: “Mohon izin matur, pertama niat saya bersilaturrahim. Kedua, mohon maaf lahir batin minal ‘aidin wal faizin. Ketiga, mohon berkah doanya.”

*Hadirin jamaah shalat idul fitri yang berbahagia.*

Bolehlah kita marah, bolehlah kita geram, bolehlah kita tidak puas dengan sikap yang berbeda dari saudara sesama anak bangsa. Akan tetapi dalam kondisi marah, geram dan ketidakpuasan, kita masih dapat memilih sikap rahmah dan kasih sayang terhadap mereka. Selaras dengan esensi risalah kenabian:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (الأنبياء: 107)
Artinya, “Dan tidaklah Aku mengutusmu Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)

*Karenanya, momentum agung Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 H hari ini, sangat tepat kiranya dijadikan sebagai titik awal rekonsiliasi sosial demi meneguhkan persatuan bangsa.*

Mari kita rayakan hari ini sebagai hari suci fitri dan penuh kebahagiaan; hari kasih sayang dan persaudaraan; sekaligus hari penuh berkah dan persatuan.

جَعَلَنَا اللهُ وَإيَّاكُم مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ وَالمَقْبُوْلِيْنَ، كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ، آمِينْ.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) اَلَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (آل عمران: 133-134).
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ. (المؤمنون: 118)
_________________________

*Khutbah Kedua*

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر. كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ.

الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الغُرَرِ. أَمَّا بَعْدُ:

فَيآأَيُّهاَ الحاَضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.

وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّا بِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيِّّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ عَنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَعَنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيِْنَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.


.

PALING DIMINATI

Back To Top