Bismillahirrohmaanirrohiim

Para Syuhada Gempa Bumi

Syuhada Gempa

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ : المَطْعُوْنُ، وَالمَبْطُوْنُ، وَالغَرِيْقُ، وَصَاحِبُ الهَدْمِ وَالشَّهِيْدُ فِي سَبِيْلِ اللَّه

Orang yang (wafat) syahid itu ada lima macam:
(yaitu yang wafat karena):
1. wabah penyakit thoun
2. penyakit perut
3. tenggelam
4. tertimpa reruntuhan
5. syahid dalam peperangan fisabilillah.
[HR Bukhari Muslim]

.
.

Al Imam Nawawiy dalam kitab Syarah Shahih Muslim beliau mengatakan bahwa syahid itu ada tiga macam.

*1. Syahid dunia dan akhirat*
yaitu, orang yang gugur di dalam peperangan melawan kaum kafir kemudian terbunuh. Orang semacam ini dihukumi sebagai syuhada’ yang akan memperoleh pahala di akhirat  dan dihukumi syahid dunia, yakni jenazahnya tidak dimandikan dan disholatkan. Ia dikuburkan bersama dengan pakaian dan darah yang melekat di badannya.
Syahid jenis pertama ini mendapatkan pahala yang luar biasa hingga Anas bin Malik RA menceritakan bahwa Nabi SAW bersabda:

مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ

“ _Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai sedikit harta di bumi, kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid)_” [HR Bukhari]

Bahkan kemuliaan itu akan didapatkan kepad orang lainnya. sebagaimana riwayat dari  Al-Miqdam bin Ma'dikarib RA, Rasulullah SAW bersabda:

لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يَغْفِرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ

" _Orang yang mati syahid mendapatkan enam hal di sisi Allah: Diampuni dosa-dosanya sejak pertama kali darahnya mengalir, diperlihatkan kedudukannya di surga, diselamatkan dari siksa kubur, dibebaskan dari ketakutan yang besar, dihiasi dengan perhiasan iman, dikawinkan dengan bidadari dan dapat memberikan syafaat kepada 70 orang kerabatnya_” [HR Ibnu Majah].

*2. Syahid Akhirat*
Yaitu sesorang yang mendapatkan pahala di akhirat, namun tidak dihukumi syahid ketika di dunia. Siapakah golongan ini? Mereka adalah orang yang wafat cikarenakan sakit perut, penyakit (wabah) thaun, orang yang tertimpa bangunan atau tembok, orang yang terbunuh karena mempertahankan harta, dan orang-orang yang telah disebutkan di dalam hadits shahih dengan sebutan syahid sebagaimana hadist diatas.

Orang-orang semacam ini, jenazahnya wajib dimandikan dan disholatkan. Mereka mendapatkan pahala syahid di akhirat , hanya saja tidak sama dengan pahala orang yang wafat syahid jenis pertama (Syahid Dunia akhirat).

Kewafatan seperti ini telah ditetapkan Allah sebagai keutamaan bagi umat Rasulullah SAW. Sebab, Allah swt akan mengampuni dosa-dosa mereka dan menambah pahala mereka hingga mencapai derajat syahid.

Sebagaimana hadits di atas bahwasannya Orang yang wafat syahid itu ada lima macam, yaitu orang yang wafat dikarenakan
1. wabah penyakit thaun, 2. penyakit perut, 3. tenggelam, 4. tertimpa reruntuhan atau benturan, dan 5. syahid dalam peperangan fi-sabilillah. [HR Bukhari]

Dengan demikian, korban gempa baik di NTB, Palu, Donggala dan tempat-tempat lainnya  yang tertimpa reruntuhan bangunan ataupun lumpur mereka masuk dalam kategori syahid (syahid akhirat). Namun meskipun tergolong syahid maka jenazahnya tetap harus dimandikan dan disholatkan hanya saja mereka ini mendapatkan pahala syahid di akhirat nanti. Dan tentu saja dibawah derajat pahala orang yang wafat syahid dunia dan akhirat.

Jika kita cermati, disatu sisi ini adalah musibah, namun ada rahasia Allah dibalik itu, bahwa Allah mewafatkan para korban dalam pahala syahid, sehingga amatlah disayangkan jika dalam pribadi kita yang tanpa kita sadari, muncul setitik sifat angkuh, merasa suci akan dosa, dan memborbardir wilayah korban bencana dengan statement wilayah maksiat dan lain sebagainya, ataupun menuduh akbiat perbuatan jahat sifulan, padahal bisa jadi korban-korban tersebut diwafatkan dalam keadaan syuhada sebagaimana hadist diatas, lalu bagaimana dengan kita??

Sebagai muslim yang baik hendaknya kita berhusnudzon atas orang lain, bisa jadi diwilayah lain diberikan musibah, hal itu adalah salah satu cara Allah untuk meningkatkan pahala suatu kaum, siapa yang tau. Dan juga hendaknya, perlu kita renungkan, sebagaimana diwilayah kita, yang mungkin merasa aman dari gempa atau musibah, bisa jadi itu adalah istidraj dari Allah SWT, naudzubillah.

Untuk itu hendaknya, dalam kondisi seperti ini, dimana banyak fenomena alam terjadi atas kehendak Allah,  untuk senantiasa kembali kepada Allah, dekat dengan Allah, merasa diri kita adalah mahluk yang lemah, yang tidak memiliki daya dan upaya  dan senatiasa mengkoreksi/intropeksi diri atas kesalahan-kesalahan kita, bukan mengorek-ngorek kesalahan orang/pihak lain. 

*istidraj adalah kesenangan/nikmat dari Allah yang diberikan kepada orang yang jauh dari Allah, terlihatnya seperti kenikmatan dan ketenangan hidup, padahal hakikatnya itu adalah adzab dari Allah SWT

*3. Syahid dunia*
Yaitu orang yang ikut dimedan perang (berjihad), namun ia mengambil dengan sembunyi-sembunyi harta peperangan, atau melakukan jihad namun diniatkan untuk hal duniawi. Terlihat secara fisiknya berperang dijalan Allah, namun hati/niatnya bukan untuk membela agama Allah, tapi diniatkan untuk yang lain. Jika orang ini meninggal di medan perang melawan orang kafir, maka ia dihukumi syahid dunia, sehingga tidak wajib dimandikan dan disholatkan. Akan tetapi, ia tidak mendapatkan pahala syahid di akhirat.

Semoga Allah SWT memberikan kesabaran bagi yang mendapatkan musibah dan menggantikannya sebagai pahala yang besar, menjadikan yang wafat sebagai syuhada (akhirat), dan semoga kita bisa mengambil hikmah atas segala yang terjadi , kita kembali berdamai dengan Allah, semoga Allah SWT bimbing kita didalam ketaatan dan juga kebersihan hati

Wallahu a’lam


.

PALING DIMINATI

Back To Top