Bismillahirrohmaanirrohiim

MENCINTAI SEMUA HARI


Oleh: Jum’an Basalim

Sebenarnya saya ingin menyongsong semua hari dengan senang. Tetapi sebagai kaum pegawai tidak sanggup rasanya untuk menyukai hari Senin. Mingu siang sudah mulai terasa bahwa week-end sebentar lagi habis. Minggu malam gelisah dan sulit tidur memikirkan hari esok. Harus bangun  pagi, jalanan yang macet, ketemu orang-orang itu lagi! Meeting lagi! Akhirnya ketika Senin pagi benar-benar datang, semangatpun loyo dan perasaan sebal.  Dengarkan kisah tentang Brenda Spencer anak perempuan 16 tahun yang dibelikan senapan kaliber 22 semi otomatis sebagai hadiah Natal oleh ayahnya. Ini kejadian nyata, maklumi saja karena mereka adalah orang Amerika! Sebulan kemudian pada Senin pagi bulan Januari 1979, Brenda membuka jendela kamarnya, melepaskan tembakan membabi-buta kearah anak-anak SD didepan rumahnya. Kepala sekolah dan seorang penjaga mati tersungkur dan 9 anak terpaksa dirawat dirumah sakit. Ketika ia diringkus polisi dan ditanya alasannya berbuat sekeji itu, ia jawab: “Saya benci hari Senin, saya lakukan ini agar bergairah. Tidak ada orang yang suka hari Senin!!”. Lagu I don’t like Mondays yang ditulis Bob Geldof itu terinspirasi dari kisah Brenda. Kenapa jadi banyak orang tidak menyenangi hari Senin?

Menurut  Prof Leon Lack ahli masalah tidur dari Australia kebiasaan menggunakan hari Sabtu dan Minggu untuk membayar hutang tidur selama seminggu, mengganggu jam biologis tubuh kita, sehingga kita mengalami semacam jet lag yang dirasakan orang bila terbang melintasi zona-zona waktu. Hari Sabtu dan Minggu seperti telah menempatkan kita dalam “relax mode” dan kita benci begitu berfikir bahwa relax mode itu akan segera berakhir. Ada pula yang mengatakan justru pikiran negatif tentang hari esok seperti kemacetan, meeting, orang-orang itu lagi, yang menyebabkan Senin kita jadi kelabu. Jika kita tidak berfikir demikian mungkin Senin kita lebih cerah. Kekeliruan yang terbesar kaum pegawai adalah mereka menukar waktu, tenaga dan ketrampilan mereka dengan uang bulanan. Dan pada umumnya di Indonesia nilai tukarnya terlalu rendah. Hari Senin merupakan awal pengorbanan kebebasan pribadi mereka demi kelangsungan uang bulanan itu. Pantaslah kalau tidak menyenangkan. Rasanya tidak untuk sekedar beginian Alloh meciptakan manusia.

Kalau benar kata Profesor Lack bahwa kebiasaan tidur molor dihari Sabtu dan Minggu yang menjadi awal penyebab Senin kelabu, maka menghilangkan kebiasaan bermalas-malas dua hari itu akan mejadikan Senin kita segar dan bersemangat. Kalau fikiran negatif tentang hari esok sebagai penyebabnya, kenapa kita tidak mencoba berfikir: untunglah kita mempunyai pekerjaan dihari Senin ini yang telah menjadikan kita hidup hangat bersama keluarga selama ini dan seterusnya. Kalau tidak? Semua hari, bukan Senin saja pantas kita syukuri, kita senangi. Kalau anda benar-benar merasa bahwa menukar waktu, tenaga dan ketrampilan dengan uang bulanan memang putusan keliru, inilah saatnya anda mencari peruntungan baru yang lebih baik dan lebih merdeka. Dizaman cyber ini banyak sekali peluang pekerjaan yang tidak harus disiksa oleh hari-hari Senin pagi yang menyebalkan itu. Apalagi sampai menembak-nembak orang!

Bagi saya yang sudah terperangkap biarlah saya menghibur diri. Semua hari adalah dari Alloh yang harus diterima dengan senang. Saya sehat, punya bekal secukupnya, tidak terlibat kejahatan, pekerjaan saya tidak sulit dan saya tidak perlu merasa takut kepada siapapun atasan saya. Tidak ada alasan untuk tidak senang. Jum’at adalah penghulu semua hari, hari istimewa: saya harus senang. Sabtu dan Munggu libur siapa yang tidak senang! Hari Senin, seharusnya,  saya songsong dengan senang dan penuh semangat karena  sudah beristirahat dua hari. Alhamdulillah ketemu Senin lagi! Insyaalloh.


.

PALING DIMINATI

Back To Top