Bismillahirrohmaanirrohiim

IDUL FITRI DAN FILSAFAT KETUPAT

Oleh  Zainal Fanani


"fitrah merupakan suatu kecenderungan yang ada pada diri seseorang terhadap suatu perkara, keadaan, atau kondisi"
[Raghib Al-Isfahani]
 
SETELAH satu bulan penuh umat islam menjalankan ibadah puasa,maka sekarang tibalah momentum yang paling ditunggu-tunggu.Hari kebahagiaan,Idul Fitri.Banyak hal  menarik yang dapat kita pelajari dalam momen seperti ini.Pasalnya, pada hari itu orang-orang saling bersilaturrahmi dan saling memaafkan,meskipun secara arti luasnya tidak terkhusus pada waktu itu (nanti malah dianggap bid'ah gara-gara mengkhususkan waktu,hehe…..).Dimanapun kita berada,kemanapun mata kita memandang pasti di situ terucap atau tertulis secercah kalimat "Minal A'idin Wal Faizin,mohon maaf lahir dan batin",baik itu datangnya dari majalah,perusahaan,TV,dst.

Ketika mengarungi kehidupannya sehari-hari yang penuh dengan lika-liku,manusia tidak bisa lepas dari perbuatan salah dan keliru.Karena sebagai makhluk sosial,manusia terus berinteraksi.Nah, dengan berdialektika dengan orang lain inilah perbuatan 'salah' tidak bisa terelakkan lagi.Dengan saling memaafkan maka seorang manusia akan memulai babakan baru,lantaran semua dosanya--kaitannya dengan hak-hak manusia--telah termaafkan pada hari yang fitri ini.Sedangkan dosanya terhadap Allah(haqqullah) telah paripurna dalam bulan suci Ramadhan.

Dengan mendapuk tipologisasi Dante Alighori,bahwa hidup manusia itu mengalami tiga fase,yaitu;paradiso(dimensi kesucian),inferno(dimensi kehinaan),dan purgatorio(sterilisasi).Yang dimaksud dengan paradiso adalah pada hakikatnya manusia itu diciptakan oleh Allah dalam keadaan suci.Setelah itu karena selain sifatnya yang lemah,manusia juga gampang terjerumus dalam jurang kemaksiatan.Dalam ranah inilah manusia mengalami fase inferno.Untuk bisa kembali ke level paradiso,seorang manusia harus mensucikan dirinya lagi pada fase purgatorio,fase ini bagi umat islam tak lain adalah bulan Ramadhan,bulan yang di dalamnya terdapat rahmat,pengampunan,dan pembebasan dari api neraka.Menurut sebagian ulama,sesungguhnya di dalam bulan ramadhan dilakukan pembakaran dosa(manusia) selama satu bulan penuh,kemudian disempurnakan lagi dengan membayar zakat.Pada akhirnya,dengan adanya idul fitri ini manusia telah kembali lagi kepada kesucian(paradiso).

Menurut penulis masyarakat Indonesia adalah contoh paling baik,ini terlihat ketika arus mudik tiba.Para pemudik berjubel memadati stasiun,terminal,bahkan bandara pun ikut penuh.Mereka rela berdesak-desakan,bahkan sampai rela meginap di stasiun atau terminal.Fenomena ini memaksa kita untuk membaca betapa luhur antusias mereka untuk segera menginjakkan kaki mereka di kampung halamannya.Tujuan mereka hanyalah satu--selain temu kangen--untuk bisa saling bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.

Untuk menyelami relung-relung idul fitri,juga bisa 'dirangsang' dengan arti yang sepadan dengannya, yaitu dengan menyandingkan 'fitrah' yang bernotabene bahasa arab dengan nomenklatur 'Lebaran' yang merupakan  wacana produk asli Indonesia .Lebar artinya seorang muslim telah selesai dari kewajibannya mengerjakan ibadah puasa dan membayar zakat.  Sehingga pahala dan berkah karomahnya diharapkan meningkat menuju stadia nilai lebur atau lunas, hancur dan impasnya dosa-dosa makhluk di hadapan Sang Khalik (Pencipta).Lebaran, muaranya menjadi wahana efektif dan signifikan dari sebentuk dialektika sosial khas Jawa, mangan ora mangan kumpul.Bukan esensi mangan (makan) yang menjadi term mayor. Tetapi berkumpulnya keluarga itulah yang utama.Meski tidak dipungkiri,dalam berkumpul meski ada makan(pesta).

Sudah menjadi suatu tradisi (turats/heritage) ketika berlebaran untuk saling silaturahmi dari rumah satu ke rumah yang lain,dan biasanya makanan yang  paling sering dihidangkan--bahkan menjadi syarat sah lebaran--adalah 'ketupat'.Antara idul fitri dan ketupat ibarat dua sisi mata yang tidak dapat dipisahkan,keduanya saling berkait kelintang.Sebagai hasil produk sejarah yang bisa dibaca lewat waktu dan tempat,tentunya ketupat mempunyai sebuah nilai filosofis.Mulai kenapa bentuknya segi tiga atau segi empat?Ada apa dibalik penamaan ketupat?Bagaimana relevansinya di era kekinian?Dari mana asal usulnya atau ujug-ujug ada dengan sendirinya?Dari diagnosa-diagnosa ini bahkan bisa membuat decak kagum para peneliti dari barat,sehingga mereka merasa tertantang untuk segera mengencani dan menggerayami sisi-sisi filosofis ketupat.

Menurut orang-orang tua dahulu,ketupat lebaran merupakan pelajaran yang bersifat lambang dari Idul Fitri dan halal bihalal,dan ini sesuai dengan hasil analisis semiologi Charles Sanders Peirce,dalam membentuk makna ketupat bisa dilihat sebagai icon dan lambang(simbol).Sebagai icon,ketupat dideskripsikan sebagai makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus dengan   janur.Kemudian iconografis ketupat dihadirkan untuk menyambut lebaran.Sebagai sebuah lambang(symbol),secara historis-antopologis ketupat merupakan hasil kebudayaan masyarakat islam pesisiran.

Dari data yang diperoleh HJ de Graaf yang bersumber dari Malay Annal (1912) ketupat merupakan simbol perayaan  hari raya umat islam pada masa kesultanan Demak Bintoro yang dipimpin oleh  Raden Fatah pada awal abad ke-15.Masih menurut de Graaf,janur dipilih sebagai bungkusnya secara antropolgis menunjukkan identitas budaya masyarakat pesisiran Karena pohon kelapa kebanyakan tumbuh di dataran rendah.Selain alasan itu,warna kuning mempunyai arti khas karena untuk membedakan warna hijau untuk Timur Tengah dan warna merah  untuk Asia Timur.

Menurut sumber lain,orang pertama kali yang mentradisikan ketupat adalah Sunan Kalijaga.Beliau mentradisikan dua kali bakda,yaitu bakda lebaran dan bakda kupat.Bakda kupat dimulai seminggu setelah lebaran.Di hari yang disebut bakda kupat tersebut,hampir  dipastikan disetiap rumah di tanah jawa pada waktu itu,terlihat orang menganyam kupat dari daun kelapa muda.Setelah kupat selesai dimasak,lalu diantarkan ke kerabat yang lebih tua,dan ini menjadi simbol kebersamaan.

Secara filosofis,untuk menelanjangi esensi ketupat juga bisa menggunakan beberapa pendekatan.Dilihat dari kata pembentuknya,ketupat berasal dari telu(tiga) dan pat(empat).Munculnya angka-angka ini merupakan proses elaborasi dari rukun islam.Telu atau tiga ini memproyeksikan rukun islam yang ketiga, yaitu menjalankan ibadah puasa.Sedangkan  pat atau empat,adalah rukun islam yang keempat atau membayar zakat.Dalam proses pembuatannya pun,bentuk ketupat tidak bisa lepas dari angka-angka tersebut.Sehingga menghasilkan dua bentuk ketupat,ketupat yang berbentuk segitiga disebut ketupat kodok dan yang berbentuk segiempat disebut ketupat  Sintho.

Ketupat sendiri menurut para pakar mengandung beberapa makna.Pertama, mencerminkan betapa banyaknya kesalahan manusia bila ditinjau dari rumitnya anyaman bungkus ketupat.Kedua,menggambarkan kesucian dan kebersihan hati,dilihat dari warna putih ketupat bila dibelah menjadi dua.Ketiga,mencerminkan kesempurnaan,jika diterawang dari bentuk ketupat.

Dengan tetap mendaku etimologi ketupat,kebiasaan berkunjung dan bersalaman pun tetap menemukan 'relevansinya' di sini.Pada frase kupat(JW) adalah ngaku lepat,mengaku bersalah.Kata itu menuntut kita menghilangkan rasa benci, tersinggung, dan introspeksi diri agar bisa saling memaafkan. Ketupat membimbing manusia pada fase pemahaman paling ultim tentang hakikat manusia.(Sumber: Slamet Mulyono Kamus Basa Jawa, 2008: 199).

Kini,budaya ketupat tidak bisa tergantikan.Memang benar ada gambar ketupat dalam kartu pos,E-mail,facebook,MMS,dan seabrek jejaring sosial yang lain.Tetapi yang perlu diingat,karena makan ketupat tidak bisa secara virtual,ketupat mengundang kita untuk turut hadir,bertatap muka,dan saling bercerita.Kita dibangunkan dari mimpi kita,betapa kehidupan sehari-hari menjauhkan kita dari keluarga,kerabat,dan sahabat.Kita menjadi makhluk asing yang terlempar jauh dari budaya ketupat.Akhirnya ada pepatah yang mengatakan kupat kaliyan santen,sedoyo  ngaku lepat nyuwunake dingapunten(semua mengakui kesalahannya dan meminta untuk dimaafkan).
 
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H,Mohon Maaf Lahir & Batin
Mukala, 09-9-2010 pukul 04.30 WIS
 


.

PALING DIMINATI

Back To Top