Bismillahirrohmaanirrohiim

BOHONG PUTIH DAN AKIBATNYA

Oleh: Jum’an
 
Belum lama ini seorang ibu menilpun saya menanyakan apakah sehari sebelumnya suaminya pergi bersama saya. Sebenarnya tidak, tetapi fikiran saya membaca gelagat dan saya menjawab: ”Ya betul Bu!”. Saya berbohong dengan niat menjaga suasana damai antara mereka, bukan untuk kepentingan saya. Saya menganggapnya bohong baik, bohong putih. Anda juga tahu bahwa banyak orang melakukannya untuk menjaga perasaan teman, meredakan suasana tegang, atau mengulur waktu dan masih banyak lagi. Jangan katakan istri anda kurus tapi sanjunglah dia dengan sebutan ramping dan kalau dia gemuk sebutlah dia segar, apa salahnya kalau itu memberi ketenangan dihati  pasangan kita. Melenturkan kebenaran adalah naluriah karena memberi jalan keluar yang mudah. Bohong putih bermanfaat karena dapat menyerap friksi dan turbulensi dalam pergaulan, dimana kepribadian dan suasana hati berbeda-beda. Begitukan cara kita menghadapi orang-orang yang cerewet dan keras kepala? Selama tidak menyakiti orang lain atau melanggar hukum bohong putih membuat hidup lebih nyaman, ibarat bantal yang empuk dari pada tidur beralas ubin. Tetapi bohong putih adalah bohong juga dan tidak dapat kita benarkan setiap saat. Ia sering membuat kita lalai.
 
Sekitar 10 tahun lalu, saya diminta menggantikan Pak Bambang menemui seorang pengusaha dari Singapura. Ia minta agar saya mengaku sebagai Bambang karena dia pikir pertemuan itu tidak akan berlanjut. Saya tidak menyangka bahwa sekarang saya harus bertemu dengan orang itu lagi mewakili perusahaan saya dengan nama asli saya. “Rasanya saya pernah bertemu anda dulu” katanya kepada saya. Saya mengelak dan berbohong dengan menjawab: “Anda mungkin mengira saya ini Bambang dari PT. IWM. Dia memang mirip sekali dengan saya: kacamata, kumis, muka bulat kepala botak…..” Dia mungkin percaya, tapi tiap kali bertemu dia saya selalu gelisah oleh rasa bersalah.
 
Kepercayaan adalah dasar dari hubungan yang solid. Bohong putih berupa perkataan atau pebuatan (seperti memakai korset untuk merampingkan pinggang atau memakai wig untuk mentup kepala) dapat menodai integritas kita. Kepercayaan adalah sesuatu yang sulit membangunnya tetapi mudah sekali merusaknya. Kepercayaanlah yang telah megizinkan kita menyingkap tabir penutup dan membiarkan seseorang untuk melihat siapa kita sebenarnya. Tetapi kita bukanlah orang sempurna. Bagaimana kita bisa mengizinkan orang untuk melihat ketidaksempurnaan kita jika orang itu berbohong tentang dirinya? Lagipula bagaimana kita bisa yakin bahwa orang yang mudah bohong tentang hal-hal kecil akan jujur dalam hal-hal yang lebih besar?
 
Kita merasakan adanya monitor kejujuran yang sangat halus didalam hati kita, yang kalau kita langgar sedikit saja alarm akan menyala. Meskpiun kita hanya membawa pulang tissue milik kantor misalnya, kita merasa itu salah. Ilmu pengetahuan mutakhir bahkan sudah menemukan hubungan antara akhlak, sikap mental dengan kehidupan duniawi kita. Karl Menninger seorang pakar tentang rasa bersalah pernah mengatakan bahwa tidak jarang penjahat tertangkap karena sabotase yang dilakukan oleh rasa bersalahnya sendiri. Ia menghubungkan rasa bersalah dengan hampir setiap penyakit dan gangguan. Fungsi otak dan tubuh tidak hanya tergantung pada kekuatan fisik, vitamin dan olah raga, tetapi juga pada seberapa akrab antara hati dan perbuatan kita. Hati nurani kita sangat peka; sedikit saja kita kita khianati, mungkin akan terlalu besar risikonya. Tetapi ilmu pengetahuan bukanlah sarana untuk memupuk hati nurani. Agama tempatnya, seperti kata Nabi: Aku diutus utuk menyempurnakan akhlak……….
 


.

PALING DIMINATI

Back To Top