Bismillahirrohmaanirrohiim

Ternyata Penghuni Makam Kuburan Saling Berkunjung

Apa yang terpikirkan oleh umat Islam, jika mendengar penuturan orang, bahwa ternyata para mayyit yang menghuni makam kuburan itu dapat saling berkunjung dan berkomunikasi ? Tentunya, hal itu terjadi di antara para mayyit almarhumin dari kalangan kaum shalihin, yang lebih dekat menunjukkan kebenaran penuturan tersebut.
Sebab mayat kaum kafir dan ahli maksiat, tidak akan sempat sejenak pun untuk beristirahat di alam kuburBoro-boro saling berkunjung dan berkomunikasi, mayat kaum kafir dan ahli maksiat terus sibuk merasakan pedihnya siksa kubur atas kekafirannya di muka bumi, dan perbuatan dosa yang selalu diperbuat. 
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Ibnu Sirin, berkata : “Dia adalah orang yang mencintai kafan yang bagus, dan berkata, sungghuh para mayyit itu saling mengunjungi dengan menggunakan kafan mereka”.
Untaian di atas senada dengan hadits marfu` dalam musnad Ibnu Abi Usamah dari Jabir : “Mereka para mayyit saling membanggakan dan mengunjungi di dalam makam kuburan mereka”.

Jabir juga meriwayatkan bahwa Nabi SAW barsabda : “Apabila salah seorang di antara kalian mengurus jenazah saudaranya, maka hendaklah mengkafaninya dengan kafan yang baik”. (HR. Muslim).

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa para mayyit itu hakikatnya tidaklah matidengan arti sudah tidak berguna sama sekali, tetapi nyawa mereka hanyalah berpindah alam, dari alam dunia yang kasat mata menuju alam kubur yang hanya diyakini oleh orang-orang yang beriman kepada Allah Dzat Yang Maha Tahu atas segala perkara di alam ghaib.
Banyak riwayat tentang kehidupan di alam kubur yang sering disaksikan oleh mereka yang masih hidup di atas bumi, baik itu merupakan siksa kubur maupun kenikmatan kubur. Seringkali sebuah kejadian aneh dan tidak mudah dicerna oleh akal sehat manusia tiba-tiba tanpa sengaja didapati (dilihat) oleh para pelayat atau para penziarah makam kuburan.
Ibnu Abiddunya meriwayatkan dari Abu Ghalib – teman Abu Umamah- bahwa seorang pemuda di Syam akan menemui ajalnya. Lalu ia bertanya kepada pamannya: “Ceritakan kepadaku sekiranya Allah mengantarkan aku kepada ibuku, apa yang diperbuat ibuku kepadaku?”  Sang paman menjawab: “Demi Allah, ibumu akan memasukkanmu ke dalam sorga…!”  Pemuda itu menjawab: “Demi Allah, Allah lebih sayang kepadaku dari pada ibuku.”
Lalu pemuda itu meninggal dunia, kemudian si ibu dan sang paman masuk ke dalam kuburan saat pemakamannya, lantas mereka ikut meratakan tanah makam kuburan tersebut. Di tengah usaha meratakan bebatuan yang ada di sekitar makam pekuburan itu, sedang penguburan jenazah saat itu belum tuntas betul, tiba-tiba ada barang milik sang paman yang terjatuh ke dalam lobang makam kuburan si pemuda, dan secara spontan sang paman turun untuk mengambil barang miliknya yang jatuh itu. Namun, belum sempat mengambil barangnya, tiba-tiba sang paman terkejut dan melangkah mundur.
Melihat kejadian itu, si ibu bertanya: “Mengapa tiba-tiba engkau mundur ?
Sang paman menjawab: “Aku melihat makam kuburan ini penuh dengan cahaya, dan liangnya menjadi luas sejauh pandangan mata”.
Dalam riwayat Abu Dawud diterangkan bahwa Sayyidah `Aisyah berkata: “Tatkala Raja Najasyi meningal dunia, kami memperbincangkannya, karena senantiasa kami lihat ada cahaya di atas makam kuburannya”.
Dengan demikian, betapa ahli kubur itu hakikatnya mereka hidup. Mereka dapat merasakan kenikmatan, dan dapat membalas salam dari para penziarahnya, serta mengamini doa keluarganya.
Walaa tahsabannal ladziina qutiluu fii sabiilillahi amwaatan bal ahyaa-un `inda rabbihim yurzaqquun…. (Dan janganlah engkau sangka orang-orang yang gugur fi sabiilillah itu mati, tetapi mereka hakikatnya adalah hidup dan mendapatkan rejeki dari Allah SWT). Ayat ini jelas menjustifikasi adanya kehidupan manusia kelak di alam kubur. Mereka akan mendapatkan balasan sesuai dengan amal perbuatannya selagi hidup di atas muka bumi.
*Penulis: KH. Luthfi Bashori, Pejuang Islam [ 28/7/2010 ]
http://www.pejuangislam.com


.

PALING DIMINATI

Back To Top