Bismillahirrohmaanirrohiim

Mengenal Al Imam Ahmad Al Muhajir

Silsilah beliau adalah Al Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa arrumi bin Muhammad Annaqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ashodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Fathimah binti Rasulullah, istri
Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Beliau dilahirkan di kota Bashrah pada tahun 273 Hijriah, digelari Al Muhajir karena beliau berhijrah dari negeri kelahirannya untuk mendapatkan kerihdoan ALLAH SWT, menegakkan sunnah
Rasulullah SAW. Sebagai seorang sesepuh ahli ibadah dan sholihin, beliau berbudi pekerti luhur, mempunyai aqidah yang lurus, orang terkemuka lagi mulia yang memiliki berbagai macam keutamaan, fasih dalam
berbicara dan mempesona, di masa kehidupannya penuh dengan kebudayaan dan ulama-ulama yang termasyhur, diantaranya Asy Safi ’I, Ahmad bin Hanbal Al Asmail Ibnu Ishaq, Abu Hanifah Ibnu Jarir, Atthabari
dan pemuka-pemuka Ahli Bait.

Pada zamannya, timbul berbagai kekacauan seperti adanya dinasti-dinasti kecil semisal:
a. Dinasti Shafawiyah di Persia (254/290 H)
b. Dinasti Mardawij di kota Jurjan (316/434 H)
c. Dinasti Ibnu Thulun di kota Mesir (254/292 H)
d. Dinasti Bani Abu Dalaf di kota Kurdistan (210/285 H)
e. Dinasti Bani Hamdan di kota aleppodan Moseln (317/394 H)

Hal ini menyebabkan terebarnya keturunan ahlul bait ke penjuru bumi untuk menghindari fitnah, seperti Sayid Idris bin Abdullah bin Hasan Al Mustana bin Hasan bin Ali bin abu Thalib pergi ke Maroko mendirikan
Dinasti Adarisah (172/375 H). Sayid bin Zaid bin Muhammad bin Ismail bin Zaid bin Al Hasan mendirikan Dinasti Alawi di Tabritsan negeri Dailam tahun 250/316 H, dengan kedatangan beliau, penduduk Dailam masuk
Islam di tangan beliau, timbul pula gerakan Fatimiyah sampai mereka mendirikan sebuah Negara pada tahun 296 H.

Pada tahun 251 H timbul pula pemberontakan yang dipimpin oleh Sayyid Husain bin Muhammad bin Husain bin Abdillah bin Husain bin Ali Zainal Abidin, tetapi pemberontakan ini dapat dipertahankan oleh kaum Zanji
setelah pemimpinnya terbunuh. Itulah yang terjadi di masa-masa kehidupan Imam Ahmad Al muhajir.
Kota Bashrah adalah tempat bercokolnya ulama-ulama besar, para ahli tasawuf, ahli fiqih, ahli nahwu dan para sholihin, di kala itu hiduplah Ibnu Al Qazzas dan Muhammad Al bishri yang wafat pada tahun 327 Hijriah,
lalu datang pula ke Bashrah Al Mas ’udi dan At Thabari.

Saat hijrahnya Imam Ahmad bin Isa karena kehidupan di zamannya dalam suasana yang penuh dengan hal-hal yang bertentangan dengan ilmu, sastra, dan filsafat di satu susu dan di sisi lainnya yaitu adanya kejadian
berdarah dan berbagai kekhawatiran lainnya. Ditambah lagi pemberontakan kaum Qaramitah dan serangan mereka ke Bashrah. Ketika mereka memasuki Basrah, Imam Ahmad bin Isa sedang berada di tengah-tengah
keluarganya, dan penduduk Basrah berada dalam kegelisahan dan kekhawatiran. Pada saat itu tidak memungkinkan lagi intuk tetap tinggal di sana, maka pada tahun 317 Hijriah berangkatlah suatu kafilah besar dari
Basrah, Imam Ahmad Al Muhajir dan istrinya, Zainab binti Abdullah bin Al Hasab bin Ali Al Uraidhi dan anaknya Ubaidillah serta istrinya, Ummul Banin binti Muhammad bin Isa, dan cucunya, Ismail yang dipanggil
Ibnu Ubaidillah, serta para pengikut mereka yang berjumlah sekitar 70 orang. Kafilah ini melalui jalan Syam yang panjangnya mencapai 712 mil, ikut bersamanya juga 5 orang yang bukan pengiringnya, diantara
mereka adalah kakek dari “Bani Qudaim dan Bani Mahadillah”, mereka adalah sahabat Imam Al Muhajir sebagaimana 3 orang lainnya: Ja’far bin Abdullah Al Azadi, Al Mukhtar dan Syuwayyah bin Farraj Al Ashbihani.

Imam Al Muhajir sampai di Madinah dan tinggal selama 1 tahun bertepatan dengan masuknya kaum Qaramithah ke Mekkah yang dipimpin oleh Abu Thahir bin Abi Sa’id pada tanggal 17 Dzulhijjah tahun 317 Hijriah.
Mereka mencabut Hajar Aswad dan membawanya ke Hijr sehingga tempatnya menjadi kosong, pada tempat yang kosong itu orang-orang meletakkan tangannya untuk bertabarruk selama 22 tahun, pada tahun
berikutnya Imam Ahmad menuju Mekkah bersama keluarganya dan para pengikutnya, ia melakukan ibadah Haji dan di tempat Hajar Aswad hanya menyentuhnya saja, di sana ia mendengar apa yang dilakukan oleh
kaum Qaramithah ketika memasuki Mekkah, dan mendengar tentang berkembangnya orang-orang Khawarij di Arab Selatan. Kemudian ia memutuskan untuk berangkat ke Yaman menembus segala penjuru Hijaz,
Asir dan Yaman, lalu berbelok ke timur ke arah Hadhramaut.

Mengapa Imam Al Muhajir memilih Hadhramaut? Dan bukan pergi ke Khurasan yang hijau? Atau tidak tinggal di Hijaz atau Yaman sebagaimana anak pamannya tinggal? Mengapa tidak ke Mesir, di mana hati
penduduknya selalu beserta Ahlul Bait semenjak permulaan Islam? Mengapa pula tidak pergi ke Sindus atau India padahal di sana banyak terdapat keluarga Alawiyyin dan para pengikutnya? Mengapa ia pergi ke negeri
yang di sana tidak terdapat suatu kekayaan atau sesuatu yang memikat dan tak seorangpun putera paman-pamannya?

Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menghadapi orang-orang Khawarij dan menjadi
benteng terhadap serangan kaum Qaramithah yang telah menguasai kota Amman, maka masuklah Imam Muhajir ke Hadhramaut, ia bersikap lemah lembut dalam dakwahnya dan menempuh cara yang halus dan
menyumbangkan hartanya, maka banyaklah orang-orang Khawarij yang datang padanya dan bertaubat setelah mereka menentang dan mencacinya.

Kabilah Al Afif, Kindah dan Madij meninggalkan Madzhab Ibadhiy dan bergabung dengan Imam Al Muhajir. Hanya kaum Khawarij yang menentangnya, tetapi ia dan pengikutnya walaupun berjumlah sedikit dapat
mengalahkan mereka pada pertempuran “Bahrain”. Begitulah dengan kekuatan pribadi dan ilmu yang dimiliki dan keberaniannya, sehingga beliau mampu menyebarkan mazhab Syafi’I di Hadhramaut sehingga
setahap demi setahap dapat menggantikan Mazhab Ibadhiy. Dengan demikian berubahlah negeri Hadhramaut menjadi negeri Sunni Syafi’I dan lenyaplah Madzhab Ibadhiy dari Hadhramaut dan meratalah Madzhab Sunni di sana.


.

PALING DIMINATI

Back To Top