Bismillahirrohmaanirrohiim

Filosofi Pendakian Dalam Hidup,"Jangan Pernah Menyerah"

Hidup adalah sebuah eksotisme pendakian.Ada petualangan dan kesegaran maknawi jika ingin mereguk luasnya surgawi cinta di dalamnya.Dia adalah nilai dan proses pendakian tebing terjal dalam kehidupan.

Bagi sekumpulan petualang,mendaki gunung Mount Everest adalah sebuah tantangan,nilainya begitu besar dan tak terkira nilainya ketika berhasil mencapai titik tertinggi dan menancapkan bendera negaranya.Semua
proses dimana kesulitan yang berliku dan tajam yang membahayakan jiwanya lenyap seiring dengan kegembiraan dan kepuasan karena keberhasilan menaklukkan tantangan yang ada.Namun terkadang seorang
pendaki gunung yang hebat dan tegar ketika menancapkan kaitnya setapak demi setapak tidak menjadi sekuat dan setegar ketika mendaki dalam hidup.Di situlah terletak kesulitan yang luar biasa.Apa yang menjadi
penghalang ketika melakukan proses pendakian dalam hidup?

Ada 3 hal yang menjadi penghalang utama dalam proses pendakian dalam hidup adalah:

1. Diri sendiri
Nafsu yang begitu kuat dalam diri seringkali menjadi beban yang menghalangi langkah kita untuk mencapai titik tertinggiNYA.Begitu kuatnya halangan itu sehingga kita seringkali lupa bahwa kita sebagai manusia telah
terjatuh dari hadapanNYA dan saat inilah kita diberikan kesempatan untuk mendaki dan mengembalikan kehormatan manusia di hadapanNYA.

2. Keluh Kesah dan Kikir
Manusia diciptakan kikir dan berkeluh kesah sehingga keluh kesah itu seringkali menjadi fokus pendengaran kita ketimbang nurani.Padahal dalam filosofi pendakian hidup semua petunjukNYA ada pada nurani kita yang
mengemban amanah hidup untuk memperbaiki kehidupan dan memberikan solusi kemaslahatan yang seluas-luasnya untuk orang lain.Keluh kesah inilah yang seringkali menjadikan kita melepas pegangan dalam fase
pendakian karena kita fokus pada luka yang menerjang tubuh kita pada setiap tapak demi tapak kita menaiki tebing terjal kehidupan yang sangat tajam.Sedangkan kikir adalah hambatan terbesar manusia untuk
menjadikan dirinya terbelenggu pada materialisme dialektika.Sebuah visualisasi penampakan materi yang membelenggu penglihatan nurani manusia untuk mendaki dalam hidup.

3. Keputusasaan
Manusia yang putus asa jauh dari rahmat ALLAH.Di dalam keputusasaan,maka berhentilah manusia karena kelelahan dalam proses pendakian hidup.Dia berteriak keras karena letih,kesakitan dan ingin melepaskan
beban yang begitu sulit.Padahal dia sedang mendaki dan berpegangan pada sebuah batu di sebuah tebing.Pegangan pun menjadi terlepas karena kelelahan dan keputusasaan manusia untuk menggapai tapak demi
tapak langkah kehidupan yang lebih baik.Karena fokus pada teriakan dan keputusaasan itulah pegangan hidupnya menjadi terlepas dan jatuhlah manusia ke jurang yang lebih dalam.Jangan pernah putus asa,karena
nilai manusia yang dirahmatiNYA ada pada proses perjuanganNYA dalam menaklukkan rintangan.Bukan pada keberhasilannya.

Untuk itulah diperlukan kesabaran dalam ketidaksabaran dalam menggapai rahmatNYA dalam menyongsong perubahan hidup untuk menjadi lebih baik dan benar di hadapanNYA.Jangan sekali-kali menyerah
kalah,jangan pernah.Karena tempat tertinggiNYA sudah disiapkan dimana ALLAH sebagai GURU sejati kita telah menunggu kita untuk bersama-sama merayakan keberhasilan dalam perjamuan makanNYA.

Adhi S Kuncoro
Pondok Sufi Al Sintingiyah (The Bungalow Of Shine Think)


.

PALING DIMINATI

Back To Top