Bismillahirrohmaanirrohiim

Ulama Langitan Mensyarah Ratib Ulama Ba'alawi


Pondok Langitan Tuban adalah salah satu pondok tertua di Nusantara yang masih eksis hingga sekarang. Umurnya kisaran 200 tahun. Banyak ulama terkemuka di Indonesia pernah belajar di pondok yang penuh berkah ini. Sebut saja misalnya Syaikhona Kholil Bangkalan, Hadlratus Syaikh Hasyim Asy'ari, dan KH. Syamsul Arifin.

Kisah hubungan para pengasuh pondok sepuh ini dengan Sadah Ba'alawi sangatlah banyak. Sampai sekarang pun para masyayikh sangat takdhim kepada Sadah Ba'alawi. Terlebih jika Sadah tersebut alim.

Saya pernah mendampingi Sidil Habib Ahmad Mujtaba bin Syahab, murid Habib Umar bin Hafidz yang ditugasi sebagai Khadim Majelis al-Muwashalah Indonesia, silaturrahim ke Pesantren Langitan. Para masyayikh pengasuh menyambut hangat kerawuhan Habib Ahmad Mujtaba. Bahkan ketika bersalaman antara Habib Mujtaba dengan masyayikh Langitan saling berebut cium tangan. Padahal jika dilihat dari umur, Habib Ahmad Mujtaba jauh lebih muda dari para pengasuh tersebut.

Tak heran atas takdhim mereka kepada para Habaib. Lha, para pengasuh tersebut adalah putra-putra dari Alm KH. Abdullah Faqih Langitan (w. 2012), ulama khas yang terkenal dengan kealiman dan kewira'iannya.

Bulan Ramadhan kemarin saya sowan kepada KH. Abdurrahman bin KH. Abdullah Faqih Langitan yang sering dipanggil dengan sebutan Yai Ab. Ketika hendak pamit, beliau menghadiahi saya kitab karya abah beliau. Ternyata kitab tersebut adalah syarah atau penjelasan untuk Ratibul Haddad.

Ratibul Haddad sendiri adalah kumpulan wiridan yang disusun bersumber dari al-Quran dan hadits Nabi oleh ulama dari Sadah Ba'alawi. Yaitu al-Imam al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad (w. 1720 M). Ratib ini sangat masyhur di Indonesia. Banyak masyarakat yang mendawankannya. Baik membaca secara berjamaah maupun sendiri-sendiri.

Adapun kitab syarah karya KH. Abdullah Faqih ini berjudul Sullam ath-Thalib Li A'la al-Maratib. Judul ini jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia memiliki arti: "Tangga Pencari Ilmu untuk Meraih Derajat Tertinggi."

Pada muqaddimah kitab KH. Abdullah Faqih menjelaskan metode dan rujukan beliau dalam menulis syarah ini:

أما بعد: فهذا شرح وجيز على راتب سيدنا قطب الإرشاد الحبيب عبد الله بن علوي بن محمد الحداد

Amma Ba'du, ini adalah penjelasan ringkas atas Ratib Sayyiduna Quthbul Irsyad Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad al-Haddad.

نقلته ولخصته من مختصر شرح الراتب المسمى «فتح المواهب لتنوير القلوب والقوالب» الذي لخصه العلامة السيد علوي بن أحمد الحداد من كتاب والده الإمام الهمام السيد أحمد بن حسن الحداد

Saya kutip dan ringkas dari ringkasan Syarah Ratibul Haddad yang berjudul Fath al-Mawahib li Tanwir al-Qulub wa al-Qawalib, yang diringkas oleh al-'Allamah Sayyid Alawi bin Ahmad al-Haddad dari kitab ayahnya, yaitu al-Imam as-Sayyid Ahmad bin Hasan al-Haddad.

وجعلت لكل ذكر شرحا مستقلا تحته وحذفت بعض المكرر من الآيات والأحاديث روما للاختصار؛ إذ المقصود النفع ولو من آية واحدة أو حديث واحد لمن وفقه مولاه، وهداه إلى سبيل الفوز والنجاة، وسميته «سلم الطالب لأعلى المراتب».

Saya jadikan untuk setiap dzikir penjelasan tersendiri di bawahnya. Saya hapus sebagian ayat al-Quran dan Hadits yang disebutkan berulang kali agar menjadi ringkas. Karena tujuan utama adalah bermanfaat, meskipun dari satu ayat atau satu hadits, bagi orang yang dikasih taufiq Allah dan ditunjukkan ke jalan keberuntungan dan keselamatan. Kitab ini saya beri nama: "Sullam ath-Thalib li A'la al-Maratib".

Lalu KH. Abdullah Faqih menutup muqaddimah kitabnya dengan doa semoga kitab ini dijadikan ikhlas murni karena Allah dan manfaatnya meluas. Aamiin

Perhatikan, KH. Abdullah Faqih menyebut Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad sebagai habib, dan menyebut Sayyid Alawi bin Ahmad al-Haddad dan Sayyid Ahmad bin Hasan al-Haddad sebagai sayyid. Baik habib maupun sayyid maknanya adalah dzurriyyah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Nawawi Banten dalam kitab Uqud al-Lujain.

Bahkan, KH. Abdullah Faqih menyebut Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad sebagai 'Sayyiduna Quthbul Irsyad' yang maknanya adalah pemimpin kami dan quthub/poros petunjuk.

Jika ada orang bertanya, siapakah orang yang paling layak menjadi representasi ulama Nusantara zaman ini? Akan saya jawab, yang paling layak mewakili ulama Nusantara adalah para pengasuh pesantren dan madrasah salaf di Nusantara ini. Seperti di Jawa ada Pesantren Langitan, Sidogiri, Sarang, Lirboyo, Tegalrejo, dan Ploso. Di Kalimantan ada Madrasah Darussalam Martapura. Di Sumatra ada Dayah MUDI MESRA Aceh.

Para pengasuh pesantren salaf itulah yang sangat berhak mewakili ulama Nusantara. Salah satu dari mereka adalah KH. Abdullah Faqih pengasuh PP. Langitan Tuban dan putra-putra yang meneruskannya.

Lihatlah bagaimana beliau-beliau memperlakukan para Sadah Habaib. Maka kita akan tahu, mauqif ulama Nusantara terhadap Sadah Ba'alawi adalah takdhim dan hurmat. Tidak mencaci maki tanpa adab.

Pati, 21 April 2024
Nanal Ainal Fauz


.

PALING DIMINATI

Back To Top