Bismillahirrohmaanirrohiim

PUASA ARAFAH & PUASA TARWIYAH DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI'I

PUASA ARAFAH & PUASA TARWIYAH
DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI'I

Jika kita baca di media sosial (medsos) banyak berkembang perbedaan atau pertentangan pendapat tentang sebagian hukum puasa di 10 hari pertama (أيام العشر) dalam bulan Dzulhijjah, terutama tentang puasa Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah). Ada pro-kontra di sana antara yang mensunahkan dan yang tidak mensunahkannya.

Penulis berusaha melakukan kajian secara komprehensif terhadap kitab-kitab Syafi'iyah (Madzhab Syafi'i) agar didapatkan gambaran yang luas dan utuh tentang kedua puasa tersebut. Meskipun demikian, penulis merasa bahwa kajian ini masih jauh dari sempurna dan bebas untuk dikritisi secara konstruktif.

PUASA ARAFAH

Puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) merupakan puasa sunah yang paling utama dan disunahkan bagi orang yang tidak sedang berhaji. Dalam Madzhab Syafi'i, puasa Arafah dihukumi sebagai shȧum at-tathȧwwu` al-muakkad (puasa sunat yang dikukuhkan).

Imam Abu Bakar Utsman Ad-Dimyathi dalam kitab _Ḥāsyiyat I`ānatith-Thǡlibīn_ (II/441):

وَيُسَنُّ مُتَأَكِّدًا صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ لِغَيْرِ حَاجٍّ

_"Dan disunahkan secara kuat/mantap puasa hari Arafah bagi yang tidak sedang berhaji."_

Pendapat senada disampaikan oleh Imam Nawawi al-Jawi dalam kitab _Nihāyat az-Zain_ (I/195) Fasal Puasa Sunah:

(يُسَنُّ) مُتَأَكِّدًا مِنْهُ خَمْسَةَ عَشَرَ، الأَوَّلُ (صَوْمُ) يَوْمِ (عَرَفَةَ) لِغَيْر الَحَاجِّ

_"Disunahkan secara kuat/mantap 15 puasa sunah. Yang pertama adalah puasa hari Arafah bagi yang tidak sedang berhaji."_

Dr. Wahbah az-Zuḥaili dalam kitab _Al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuhu_ (II/523) mengelompokkan puasa Arafah ke dalam kelompok _shȧum at-tathȧwwu` al-muakkad_  yang diulang-ulang dari tahun ke tahun.

Dalam semua kitab Syafi'iyah, puasa Arafah dimasukkan sebagai puasa sunah _(shȧum at- tathȧwwu`, ash-shȧum al-mandūb)._ Hal itu karena banyak hadits shahih yang meriwayatkan tentang puasa Arafah beserta manfaatnya yang besar. Ketika ditanya tentang puasa Arafah, Rasulullah Saw menjawab:

«يُكَفِّرُ السنةَ الماضيّةَ والباقيَّةَ ..... ». رواه مسلم.

_"Puasa Arafah itu menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang"_ (HR. Muslim).

PUASA TARWIYAH

Dalam banyak kitab Syafi'iyah, puasa Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah) tidak dimasukkan ke dalam Bab/Fasal Puasa Sunah, akan tetapi semua kitab Syafi'iyah memasukkan puasa Arafah dalam bab/fasal tersebut.

Berikut ini di antara kitab yang tidak mencantumkan puasa Tarwiyah dalam Bab/Fasal Puasa Sunah dan tidak membahasnya sama sekali:

1. Al-Umm: karya Imam Asy-Syafi'i
2. Al-Muhadzdzab: karya Imam Asy-Syairazi
3. Al-Iqna' : karya Imam Asy-Syarbini
4. Al-Minhāj al-Qȧwīm: karya Imam Al-Haitami
5. Nihāyat az-Zain:  karya Imam Nawawi Al-Jawi
6. Mawāhib ash-Shȧmad: karya Syekh Ahmad al-Qasysyi
7. At-Taqrirȧt as-Sadīdah: karya Hasan al-Kaf.

Adapun kitab-kitab Syafi'iyah yang menyebutkan atau mengisyaratkan tentang puasa Tarwiyah, seperti:

1. Imam Ad-Dimyathi dalam kitab _Ḥāsyiyat I`ānatith-Thǡlibīn_ (II/442) berkata:
والأحوط صومُ الثامنِ مع عرفة
_Yang lebih berhati-hati adalah puasa hari ke-8 di samping puasa Arafah_.

Statemen tersebut juga tercantum dalam kitab _Fatḥ al-Wahhāb_ karya Imam Zakaria al-Anshori (I/215).

2. Imam Zakariya al-Anshori dalam kitab _Asnā al-Mathǡlib_ (I/431) berkata:
وَالثَّامِنُ مَطْلُوبٌ من جِهَةِ الِاحْتِيَاطِ لِعَرَفَة
_Puasa hari ke-8 dituntut sebagai sisi kehati-hatian untuk puasa Arafah_

3. Imam Ad-Damiri dalam kitab _An-Najm al-Wahhāj fi Syarḥ al-Minhāj_ (III/355) berkata:
ويستحبُّ صومُ يومِ الترويةِ مع يوم عرفةَ احتياطًا
_Dan disukai puasa hari Tarwiyah di samping puasa hari Arafah untuk kehati-hatian_

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa sebagian ulama Syafi'iyah menghukumi puasa Tarwiyah (puasa tanggal 8 Dzulhijjah) sebagai puasa sunah, tetapi _ghair muta'akkid_ atau _shȧum at-tathȧwwu` ghair al-muakkad_ (puasa sunah yang tidak dikukuhkan). Hanya saja pendapat tentang kesunahan puasa Tarwiyah tersebut lebih didasarkan pada sikap antisipatif (kehati-hatian) bukan pada dalil naqli.

Di samping itu terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Abu asy-Syaikh dan Ibnu an-Najjar dari Ibnu Abbas secara marfu', yakni:

صومُ يومِ التروية كفّارةُ سنةٍ، وصومُ يومِ عرفةَ كفّارةُ سَنَتَيْن.

_"Puasa hari Tarwiyah menghapus dosa setahun, dan puasa hari Arafah menghapus dosa dua tahun"._

Hadits tersebut tercantum dalam beberapa kitab Hadits selain Al-Kutub as-Sittah maupun Al-Kutub at-Tis'ah. Dalam beberapa kitab Takhrij, hadits di atas dinilai dha'if (lemah), seperti takhrij As-Suyuthi dalam kitab _Al-Jāmi` ash-Shȧghīr_ (hadits no. 5056) dan kitab _Al-Fatḥ al-Kabīr_ (hadits no. 7280) serta Tahqiq Al-Albani dalam kitab _Irwā' al-Ghȧlil_ (I/184, hadits no. 956).

KESIMPULAN:

1. Puasa Arafah diakui sebagai puasa sunah dalam semua kitab Fiqih Syafi'i yang membahas puasa sunah. Sedangkan puasa Tarwiyah tidak disebut dalam Bab/Fasal Puasa Sunah dan tidak dibahas dalam banyak kitab Fiqih Syafi'i.

2. Dalam Madzhab Syafi'i puasa Arafah dihukumi sebagai _shȧum at-tathȧwwu` al-muakkad_  (puasa sunah yang dikukuhkan). Sedangkan puasa Tarwiyah dihukumi sebagai _shȧum at-tathȧwwu`ghair al-muakkad_  (puasa sunah yang tidak dikukuhkan).

Wallȧhu a`lam.

Fath al-Munawar, 9 Agustus 2019.


.

PALING DIMINATI

Back To Top