Bismillahirrohmaanirrohiim

Inilah Gelar-gelar Putra Kiai (Ulama) Di Jawa

Berikut Gelar-gelar Putra Kiai Jawa:

1. "MAS" dalam kamus bahasa Indonesia digunakan untuk memanggil kakak laki2 yang lebih tua. Kadang digunakan untuk panggilan kehormatan untuk laki2 siapa pun baik yang lebih tau atau yang lebih muda. Kadang juga panggilan mesra istri untuk suaminya. Di dunia pesantren, "MAS" merupakan julukan kehormatan untuk keturunan laki2 dari Sayyid Sulaiman Basyaiban, seperti putra2 kiai Sidogiri Pasuruan, Sidoresmo Surabaya, Bungah Gersik dll. Kata ini, secara semantik; ilmu isytiqaq atau etimologi, berasal dari kata "DEN MAS".

2. "GUS" dalam kamus bahasa Indonesia digunakan sebagai julukan untuk anak laki2 siapa pun. Kata ini secara semantik berasal dari kata "DEN BAGUS", yang akhirnya disingkat jadi "GUS". Di dunia pesantren, khususnya di Jawa, kata "GUS" merupakan julukan untuk putra seorang kiai, baik kiai pengasuh pesantren atau kiai yang bukan pengasuh pesantren.

3. "LORA" dalam kamus bahasa madura berarti 1) tuan; orang terhormat atau berpangkat. 2) panggilan pada santri. 3) panggilan putra kiai. Dalam dunia pesantren (seperti di beberapa pesantren yang ada di Pamekasan, Sumenep, Sampang, Bangkalan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, dan Situbondo), kata "LORA" merupakan julukan untuk putra kiai. Menurut kajian semantik yang dinukil dari seorang Kiai Sepuh ahli sejarah dari Sampang, KH. Dhofir Syah, "kata "LORA" berasal dari bahasa Ingris "Lord" (tuan/raja), yang dalam lisan orang Madura menjadi "Lora".

4."BINDARA"/ "BINDEREH" di beberapa pesantren di Sampang dan Bangkalan merupakan julukan untuk putra kiai. Di beberapa pesantren di Pamekasan, Jember, Probolinggo, Bondowoso dan Situbondo, kata "BINDEREH" digunakan sebagi julukan untuk santri kepercayaan kiai. Ada juga yang menganggapnya julukan bagi santri secara umum. Dalam sejarah Madura, Tokoh yang terkenal dijuluki dengan kata "BINDEREH" adalah Bindereh Saod, Raja ke 29 yang memimpin kerajaan Sumenep sejak tahun 1750 - 1762. Beliau adalah seorang raja yang dalam dirinya menyatu darah ningrat, santri dan ulama. Katurunan beliau dari jalur Raden Arya Kusuma Diningrat (Bhujuk Arjeh, Makam: di Tambelangan Sampang) yang banyak berada di daerah Sampang Barat, dijuluki dengan "BINDEREH", walaupun bukan putra kiai dan bukan santri. Secara semantik, kata ini dekat dengan kata "RADEN BENDORO" atau "NDRO" yang merupakan gelar kebangsawanan dalam kesultanan Mataram; Yogyakart dan Surakarta.

5. "NON"/ "NUN" Adalah julukan kehormatan untuk keturunan Kiai Hasan Genggong, pendiri Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

PP. Al-Jawi_Sby, 15-Juli-2018
Moh. Yardho


.

PALING DIMINATI

Back To Top