Bismillahirrohmaanirrohiim

PIKIRAN YANG TIDAK DIUNDANG

Oleh: Jum’an

Nunung keponakan saya, menggerutu karena pikirannya terus menerus manyanyikan lagu Keong Racun yang didengarnya minggu lalu dinyanyikan dua anak perempuan jalanan dengan suara fals, cempreng dan tempo terlalu cepat. Berulang-ulang terus pikirannya menyanyi menirukan persis suara anak-anak itu. Sambil menyapu pikirannya menyanyi. Sambil menyetrika pikiranya menyanyi. Terhenti sebentar, lalu mulai lagi. Mencuci piring, membaca buku dan…solat pun pikirannya terus menyanyikan lagu itu. Tidak bisa dihentikan katanya. Ia merasa kesal dan tersiksa. Saya katakan supaya ia memakai karet gelang ditangannya.Tiap kali pikirannya mulai menyanyi, jepret karet itu keras-keras, biar tangannya sakit dan lagunya terhenti. Suatu saat ketika mandi pagi pikiran saya tiba-tiba teringat pada keluarga Pak Saleh di daerah Tanah Kusir, yaitu tempat saya menumpang puluhan tahun yang lalu. Dikantor teringat lagi, malam hari mau tidur teringat lagi. Berhari-hari terutama kalau mulai mandi pagi. Meresahkan dan tersiksa memang. Saya yakin pikiran yang tidak diundang dan tidak mau pergi ini pasti membawa pesan atau ramalan sesuatu yang akan terjadi pada saya. Kalau tidak, mana mungkin dia menjebak dan menelikung pikiran saya sampai tak berdaya menolaknya. Saya harus bertindak sebelum terjadi sesuatu, pikir saya. Mungkin ini pesan gaib bahwa Pak Saleh mau meninggal? Atau ada hutang yang belum saya bayar? Atau saya harus menikahi salah seorang anaknya?? Saya paksa mengalihkan perhatian tapi tidak lama kemudian Pak Saleh sekeluarga menerobos lagi memenuhi pikiran saya.

Mungkin anda pernah terjebak oleh pikiran yang tak diundang seperti itu: tanpa alasan merasa mengidap penyakit tertentu, terpikir keluarga di seberang sedang terancam bahaya, atau apa saja. Anda terus menerus memikirkannya karena anda menganggap penting, mendesak dan membawa peringatan. Rasanya seperti kalau sedang terjebak menghadapi pramuniaga yang agresif. Kita enggan melayaninya tapi ia nyerocos terus menawarkan barangnya. Sedikit saja kita menatap matanya, makin bersemangat dia berkotbah, semakin kesal kita dibuatnya. Padahal satu satunya cara mengatasi pikiran yang tidak diundang adalah menghentikannya dengan segera. Tetapi kita tidak mampu sebagaimana kita tidak mampu, atau tidak sampai hati, mengusir seorang pramuniaga. Apalagi kalau dia cantik dan genit. Biarkan sajalah sampai ia bosan dan pergi sendiri.

Menurut penelitian 90% orang sehat (tanpa gangguan emosional) memiliki pikiran –pernah berpikir- yang aneh-aneh, kotor atau menjijikkan. Dari pelecehan seksual, meragukan akhirat sampai merampok bank atau sebutlah saja apa. Jadi berpikir menyanyikan lagu Keong Racun secara marathon atau pikiran buruk lain yang menghantui anda siang malam, mungkin tidak berarti apa-apa. Pikiran tidaklah sama dengan realitas. Dua hari dua malam anda berpikir memiliki uang sejuta dolar, pada hari ketiga tak sesenpun yang bisa anda setorkan ke bank untuk ditabung. Ada juga sih orang yang mencampur adukkan pikiran dan kenyataan. Seperti yang berpikir bahwa mereka menerima wangsit untuk menggagahi duapuluh anak perawan agar dapat memperoleh ilmu kesaktian. Baru seorang saja dicoba digagahi, ia sudah ditangkap polisi dan masuk penjara.

Menindas pikiran juga tidak bisa. Psikolog Dan Wagner dari Harvard menunjukkan bahwa orang yang diperintahkan untuk tidak berpikir tentang beruang putih misalnya, lebih cenderung berpikir tentang beruang putih. Penekanan pikiran akan memantul balik kearah yang berlawanan. Jadi kalau dijepret karet gelang tidak mempan, dilawan dan dihindari tetap membandel, coba ambil air wudu dan baca solawat atau berzikir. Kalau masih belum juga minggat, biarkan saja sampai dia ngeloyor pergi sendiri…


.

PALING DIMINATI

Back To Top