Bismillahirrohmaanirrohiim

Membersihkan Nama Ibnu 'Arabi Studi Komprehensif Tasawuf Rasulullah

Judul          : Membersihkan Nama Ibnu 'Arabi Studi Komprehensif Tasawuf Rasulullah
 Penulis      : Kholil Abu Fateh
 Ukuran      : 20 x 14 cm
 Tebal         : 604 halaman (selain halaman Muqadimah dan Daftar Isi)
 Harga        : 75. 000 (Tujuh Puluh Lima Ribu) + Ongkos Kirim
 Alamat      : Bagi yang berminat bisa didapat secara online, silahkan hubungi ABOU FATEH di kotak FB di alamat ini http://www.facebook.com/profile.php?id=1789501505, atau kirim email ke alamat: aboufaateh@yahoo.com

**********************************************************
 Membersihkan Nama Ibnu ‘Arabi
 Studi Komprehensif Tasawuf Rasulullah

Daftar Isi­_, 
Pengantar Penulis_,

Bab I               Definisi Tasawuf, Hulûl, Wahdah Al-Wujûd Dan Cakupannya,_
a.       Pengertian Tasawuf, Sejarah Penamaan dan Ajaran-ajarannya_,
b.       Ajaran Tasawuf di Masa al-Khulafâ’ ar-Râsyidîn_,
c.       Landasan Tasawuf; Ilmu dan Amal_,
d.       Di Antara Pokok-Pokok Ajaran Kaum Sufi_,
e.       Sanad Ajaran Kaum Sufi Dan Khirqah Mereka_,
f.        Definisi Yang Salah Tentang Syari’at Dan Hakekat_,
g.       Kisah Yang Benar Tentang Nabi Musa Dan Nabi Khadlir_,
h.       Kritik Terhadap Pembagian Tasawuf Kepada Akhlaqi Dan Falsafi_,
i.         Fenomena Syathahât; Antara Wali Shâhî Dan Wali Jadzab_,
j.         Pendapat Mayoritas Ulama Sufi Tentang al-Hallaj_,104
k.       Tinjauan Historis Dan Definisi Akidah Hulûl, Dan Wahdah al-Wujûd_,
l.         Dasar Akidah Kaum Sufi_,
m.     Bantahan Terhadap Kelompok Anti Tasawuf_,

Bab II             Biografi Imam Muhyiddin Ibn ‘Arabi,­_
a.       Nama dan Kelahiran Ibn ‘Arabi_,
b.       Keluarga Ibn ‘Arabi_,
c.       Perjalanan Ilmiah Ibn ‘Arabi_,
d.       Guru-guru Ibn ‘Arabi_,
e.       Tahun Wafat Ibn ‘Arabi_,
f.        Karya-karya Ibn ‘Arabi_,

Bab III            Kajian Terhadap Karya-Karya Ibn ‘Arabi Tentang Akidah Tanzîh,_
a.       al-Futûhât al-Makkiyah_,
          1. Sikap Ulama Terhadap Ibn ‘Arabi Dan al-Futûhât al-Makkiyyah_,
          2. Kajian Terhadap al-Futûhât al-Makkiyyah_,
          3. Ungkapan Tanzîh Ibn ‘Arabi Dalam al-Futûhât al-Makkiyah_,
b.       At-Tanazzulât al-Lailiyyah Fî al-Ahkâm al-Ilâhiyyah_,
c.       ‘Aqîdah Ahl al-Islâm (Aqîdah Fî at-Tauhîd) _,
d.       Al-Anwâr Fîmâ Yumnah Shâhib al-Khalwah Min Asrâr,_
e.       Al-Khalwah al-Muthlaqah_,
f.        Kunhu Mâ Lâ Budd Lî al-Murîd Minhu_,
g.       Al-Mauizhah al-Hasanah_,
h.       Isthilahât ash-Shûfiyyah_,
i.         Al-‘Ujâlah_,
j.         Al-Hikam al-Hâtimiyyah_,
k.       Risalah Ibn ‘Arabi Kepada Imam al-Fakhr ar-Razi_,
l.         Wasiat Ibn ‘Arabi Kepada Sebagian Anaknya,_
m.     Nasab al-Khirqah_,

Bab IV           Ibn ‘Arabi Dan Akidah Ahlussunnah,_
a.       Allah Ada Tanpa Tempat_,
b.       Ahlussunnah Dalam Mensikapi Teks-Teks Mutasyâbihât_,
1.       Definisi Muhkamât dan Mutasyâbihât_,
2.       Metode Ulama Ahlussunnah Dalam Memahami Teks-teks  Mutasyâbihât_,
3.       Empat    Faedah    Penting    Sebagai    Bantahan    Atas    Orang Yang   Mengingkari  Takwil_,
c.       Tafsir sebagian ayat yang seringkali dijadikan rujukan oleh pemeluk akidah Hulûl, Dan Wahdah al-Wujûd_,
d.       Langit Adalah Kiblat Doa_,

Bab V             Distorsi Terhadap Sebagian Wali Allah,_
a.       Kedustaan atas Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani_,
b.       Kedustaan atas Syaikh Abu Yazid al-Busthami_,
c.       Kedustaan atas Syaikh Abu al-Hasan asy-Syadzili_,
d.       Kedustaan atas Imam al-Ghazali_,
e.       Kedustaan atas Syaikh Ahmad at-Tijani al-Maghribi_,

Bab VI            Representasi Tasawuf Sunni Pada Angkatan Pertama,_
a.       Uwais al-Qarani_,
b.       al-Hasan al-Bashri_,
c.       ‘Ali Zainal ‘Abidin_,
d.       Ibrahim ibn Ad-ham_,
e.       Dawud ath-Tha’i_,
f.        Fudlail ibn ‘Iyadl_,
g.       Ma’ruf al-Karkhi_,
h.       Sirri as-Saqthi_,
i.         Bisyr al-Hafi_,
j.         Hatim al-Asham_,
k.       Syaqiq al-Balkhi_,
l.         Abu Turab an-Nakhsyabi_,
m.      Dzunnun al-Mishri_,
n.       al-Harits al-Muhasibi_,
o.       al-Junaid al-Baghdadi_,    

Bab VII          Penutup_,
Daftar Pustaka_,

 ***************************************************

Pengantar Penulis

Bismillâh ar-Rahman ar-Rahîm.
al-Hamdulillâh.
ash-Shalât Wa as-Salâm ‘Alâ Rasûlillâh.

Telah banyak karya para ulama terdahulu yang mereka tulis dalam menjelaskan kebebasan Ibn ‘Arabi dari akidah hulûl dan ittihâd. Di antaranya, Syaikh ‘Abd al-Wahhab asy-Sya’rani yang telah menulis berbagai karya fenomenal, seperti al-Yawâqît Wa al-Jawâhir, al-Kibrît al-Ahmar dan lainnya, al-Hâfizh as-Suyuthi menulis sebuah karya dengan judul Tanbîh al-Ghabiyy Fî Tabri’ah Ibn ‘Arabi, as-Sayyid Musthafa al-Bakri dengan karyanya; as-Suyûf al-Hidâd Fî A’nâq Ahl az-Zandaqah Wa al-Ilhâd, syaikh ‘Abd al-Ghani an-Nabulsi dengan karyanya; ar-Radd al-Matîn ‘Alâ Muntaqish al-‘Ârif Muhyiddîn, syaikh al-Makhzumi menulis kitab dengan judul Kasyf al-Asrâr, kemudian Ibn Hajar al-Haitami di bagian akhir dalam kitabnya; al-Fatâwâ al-Hadîtsiyyah, serta masih banyak kitab lainnya dalam bahasan serupa yang telah ditulis para ulama. Ditambah lagi dengan banyak berbagai pujian dari para ulama terkemuka terhadap Ibn ‘Arabi. Ini semua artinya bahwa Ibn ‘Arabi adalah seorang ulama besar yang benar-benar “lurus”, tidak seperti pendapat sebagian orang yang menyatakan bahwa beliau sebagai “bapak” akidah hulûl dan ittihâd.

Buku yang ada di hadapan pembaca ini penulis sajikan bukan untuk menambah terlebih memperluas bahasan para ulama tersebut di atas. Sebaliknya kandungan buku ini tidak lain hanya kutipan-kutipan dari sekian kitab para ulama yang telah membebaskan Ibn ‘Arabi dari akidah hulûl dan ittihâd, termasuk dari berbagai ungkapan Ibn ‘Arabi sendiri. Kutipan-kutipan inipun tak ubah layaknya setetes air dari lautan yang seakan tidak bertepi, ia tidak menawarkan janji untuk dapat menyirami rasa dahaga. Namun buku yang penulis sodorkan ini setidaknya memberikan kontribusi dalam membebaskan Ibn ‘Arabi dari dua akidah tersebut. Paling tidak buku ini merupakan edisi bahasa Indonesia dari sekian banyak literatur berbahasa Arab dalam membebaskan Ibn ‘Arabi dari akidah hulûl dan wahdah al-wujûd. Inilah niat awal dari penulis ketika hendak membukukan karya ini.

Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk membukukan karya ini:
Pertama; Imam Muhyiddin Ibn ‘Arabi adalah sosok yang tidak dapat terlepas dari setiap kajian tasawuf. Hampir setiap komunitas kajian tasawuf, dari kajian-kajian tasawuf lingkup terkecil hingga seminar-seminar yang diadakan di berbagai perguruan tinggi Islam, baik negeri maupun swasta (UIN/PTIS) akan menyinggung Ibn ‘Arabi dengan karya-karyanya. Hanya saja yang menjadi keprihatinan penulis bahwa hampir setiap pembicaraan selalu berangkat dari kesimpulan bahwa Ibn ‘Arabi adalah pembawa akidah hulûl dan ittihâd. Sekian banyak literatur yang telah ditulis para ulama dalam membebaskan Ibn ‘Arabi dari dua akidah tersebut selalu diabaikan, bahkan oleh sebagian mereka sama sekali tidak dikenal. Kondisi seperti ini sama sekali tidak memberikan kajian yang berimbang, bahkan sangat tidak proporsional dan sangat subjektif.

Ke dua; Beberapa orang yang karena berangkat dari keyakinan bahwa Ibn ‘Arabi pembawa akidah hulûl dan ittihâd, kesimpulan mereka selanjutnya menjadi lebih memprihatinkan. Adanya faham pembagian tasawuf kepada tasawuf Akhlaqi (juga dikenal dengan tasawuf Sunni) dan tasawuf Filosofis adalah pendapat yang lahir dari kesimpulan mereka tersebut. Akibatnya timbul semacam justifikasi yang mengatakan bahwa tasawuf aliran filosofis adalah bagian dari Islam. Menurut mereka tasawuf filosofis ini tidak ubahnya seperti tasawuf Akhlaqi, benar-benar sebagai bagian dari ajaran Islam. Tentu, kemudian kesimpulan puncak mereka selanjutnya adalah bahwa akidah hulûl dan ittihâd adalah bagian dari akidah Islam. Bagi penulis, pendapat semacam ini sangat merisihkan, karenanya tidak boleh didiamkan.

Ke tiga; Ada sebagian faham menyesatkan berkembang di sebagian masyarakat kita menyebutkan adanya dikotomi antara syari’at dan hakekat, atau menurut istilah lain perbedaan antara zhahir dan batin. Kesimpulan semacam ini sedikit banyak memberikan pengaruh kepada prilaku amalan ibadah orang-orang Islam, terutama terhadap sebagian kaum awam. Faham dikotomis ini pula, baik secara langsung atau tidak langsung yang menyebabkan terbentuknya beberapa firqah yang mengaku sebagai bagian dari Islam tapi tidak peduli dengan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Gejala terakhir ini cukup berkembang, tidak hanya pada lapisan masyarakat bawah tapi juga di kalangan orang-orang berpendidikan, bahkan tidak sedikit dari para akademis. Dengan alasan bahwa tujuan pengamalan syari’at hanya untuk memperbaiki hati atau wilayah batin, maka hati itu sendiri apa bila sudah baik maka praktek-praktek syari’at  yang ada pada wilayah zhahir menjadi tidak penting dan tidak perlu diamalkan.

Ke empat; Kritik teks dan penelusuran-penelusuran literal yang paripurna terhadap karya-karya Ibn ‘Arabi dapat dikatakan sangat minim, terutama dalam bahasa Indonesia. Referensi mereka yang menetapkan konsep hulûl dan ittihâd sebagai keyakinan Ibn ‘Arabi selalu saja merujuk kapada al-Futûhât al-Makkiyyah atau Fushûsh al-Hikam. Mereka mengabaikan adanya ungkapan-ungkapan tanzih (kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya) yang sama sekali berseberangan dengan akidah hulûl dan ittihâd dalam kedua karya Ibn ‘Arabi tersebut, juga dalam karya-karya beliau lainnya. Kemungkinan adanya reduksi atau sisipan-sisipan tangan yang tidak bertanggung jawab dalam dua karya Ibn ‘Arabi tersebut sama sekali tidak pernah diangkat di meja-meja diskusi. Keadaan semacam ini tentu saja kurang sehat dan tidak objektif, setidaknya dalam tinjauan penulis, karena kondisi semacam ini tidak akan pernah menemukan “kata kunci” untuk meredam kontroversi menyangkut Ibn ‘Arabi dengan akidah hulûl dan ittihâd. Buku yang ada di hadapan pembaca ini mencoba menawarkan kata kunci tersebut.

Ke lima; Gejala perkembangan tasawuf pada akhir-akhir ini hampir menyentuh semua level. Hampir semua masyarakat kita mengenal bahkan tidak sedikit yang secara praktis masuk dalam wilayah tasawuf. Tentu saja di sini ada nilai-nilai positif yang mereka dapatkan. Namun kekhawatiran yang kemudian muncul adalah saat tasawuf tersebut disentuh oleh lapisan masyarakat yang benar-benar tidak mengetahui ilmu agama. Seseorang yang tidak dapat membedakan dalam masalah thahârah  (bersuci) antara Istinjâ’, Istijmâr, Istibrâ’, Istirkhâ, atau tidak mengetahui tatacara wudlu’ yang benar, air yang harus dipergunakan, hal-hal yang membatalkan wudlu, atau yang terkait dengan masalah shalat, serta praktek ibadah lainnya, tentu saja bila orang semacam ini masuk dalam wilayah tasawuf tidak akan mandapatkan banyak manfa’at. Gejala inilah yang belakangan terjadi di sebagian masyarakat kita. Tidak sedikit dari mereka yang hanya ikut-ikutan ingin dibaiat untuk dzikir dalam sebuah tarekat sementara ia belum bisa membereskan tatacara bersucinya. Lebih parah lagi yang membaiat (mursyid) orang-orang awam tersebut juga tidak memiliki ilmu agama yang cukup.
Berangkat dari beberapa alasan di atas maka konsep mendasar dari penulisan buku ini adalah untuk mengungkapkan tanzîh dalam karya-karya Ibn ‘Arabi. Bahwa akidah tanzîh ini adalah keyakinan mayoritas umat Islam dari masa ke masa, dan dari berbagai generasi ke genarasi. Hampir semua komunitas dari berbagai kalangan dari orang-orang Islam meyakini akidah tanzîh ini. Tidak terkecuali komunitas sufi yang notabene orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaran Rasulullah dan para sahabatnya, sudah pasti akidah tanzîh ini merupakan keyakinan mendasar mereka. Untuk tujuan ini, pada bagian akhir dari tulisan ini sengaja penulis bahas konsep tanzîh Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menjadi akidah pokok kaum sufi.

Walaupun masalah tanzîh ini cukup luas, karena sebenarnya menyangkut pembahasan sifat-sifat Allah dalam berbagai teks al-Qur’an dan Hadits, namun dengan tanpa mengabaikan urgensi pembahasan itu semua, penjelasan “Allah ada tanpa tempat” adalah yang sangat pokok dan paling urgen untuk penulis diungkap di sini. Kecenderungan timbulnya akidah-akidah tasybîh (akidah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) belakangan ini semakin meluas di sebagian masyarakat kita. Karena semakin menyusutnya pembelajaran terhadap ilmu-ilmu agama pokok, terutama masalah akidah, disadari atau tidak disadari ada beberapa orang yang telah keluar dari agama Islam karena keyakinan rusaknya. Imam al-Qâdlî ‘Iyadl al-Maliki dalam asy-Syifâ Bi Ta’rîf Huqûq al-Musthafâ mengatakan bahwa ada dari orang-orang Islam yang keluar dari Islam-nya (menjadi kafir), sekalipun ia tidak bertujuan keluar dari agama Islam tersebut. Ungkapan-ungkapan semacam; “Terserah Yang Di atas”, “Tuhan tertawa, tersenyum, menangis” atau “Mencari Tuhan yang hilang”, dan lain sebagainya adalah gejala tasybîh yang semakin merebak belakangan ini. Tentu saja kesesatan akidah tasybîh adalah hal yang telah disepakati oleh para ulama kita, dari dahulu hingga sekarang.

Terkait dengan masalah ini Imam Ibn al-Mu’allim al-Qurasyi (w 725 H, lihat biografinya dalam ad-Durar al-Kâminah, karya al-Hâfizh Ibn Hajar al-‘Asqalani, j. 4, h. 198) dalam kitab Najm al-Muhtadî Wa Rajm al-Mu’tadî, h. 588, mengutip perkataan sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib, sebagai berikut:

سَيَرْجِعُ قَوْمٌ مِنْ هذِه الأمّةِ عِنْدَ اقْتِرَابِ السّاعَةِ كُفّارًا، قَالَ رَجُلٌ: يَا أمِيْرَ المُؤْمِنِيْنَ، كُفْرُهُمْ بِمَاذَا أبِالإحْدَاثِ أمْ بِالإنْكَارِ؟ فَقَالَ: بَلْ بِالإنْكَارِ، يُنْكِرُوْنَ خَالِقَهُمْ فَيَصِفُوْنَهُ بِالجِسْمِ وَالأعْضَاء (رَواهُ ابنُ المُعلِّم القُرَشيّ فِي كِتابه نَجْم المُهْتَدِي وَرَجْمُ المُعْتَدِيْ)

 “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir”. Seseorang bertanya kepadanya: “Wahai Amîr al-Mu’minîn apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran? Sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib menjawab: “Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta meraka (Allah) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan”. (Diriwayatkan oleh Ibn al-Mu’allim al-Qurasyi dalam kitab Najm al-Muhtadi Wa Rajm al-Mu’tadi, h. 588)

Dalam kajian terhadap karya-karya Ibn ‘Arabi, penulis membatasi diri dalam bahasan ungkapan-ungkapan akidah tanzîh yang beliau tulis saja. Penulis sengaja tidak masuk dalam wilayah yang lebih luas. Pembahasan masalah teologi dalam berbagai aspeknya, termasuk istilah-istilah kaum sufi (Musthalahât ash-Shûfiyyah) dan takwil-takwil dari perkataan mereka, sama sekali tidak penulis singgung. Namun demikian, khusus tentang Musthalahât ash-Shûfiyyah penulis hanya mengungkap secukupnya, termasuk beberapa di antaranya yang ditulis Ibn ‘Arabi sendiri. Masalah Musthalahât ash-Shûfiyyah, karena di samping membutuhkan pembahasan yang cukup luas, juga sebenarnya telah diungkap dalam banyak literatur yang sudah matang untuk kita baca, hanya memang umumnya masih dalam bentuk bahasa Arab. Seperti Musthalahât ash-Shûfiyyah dalam kitab al-Luma’ karya Abu Nashr as-Sarraj, ‘Awârif al-Ma’ârif karya al-Surâwardi, ar-Risâlah karya al-Qusyairi dan lain-lain. Khusus tentang takwil perkatan-perkataan Ibn ‘Arabi lihat al-Yawâqît Wa al-Jawâhir karya Imam ‘Abd al-Wahhab asy-Sya’rani dan beberapa kitab lainnya. Kemudian dalam pengutipan pernyataan-pernyataan para ulama, ada beberapa di antaranya sengaja penulis kutip teks aslinya dalam bahasa Arab dan sekaligus terjemahannya. Urgensitasnya adalah untuk memperkuat kebenaran tentang masalah terkait, sekaligus untuk menyodorkannya kepada para pembaca agar dapat menyikapi teks-teks tersebut secara proporsional.

Dan pada bagian akhir dari tulisan ini, penulis mengutip biografi beberapa sufi terkemuka angkatan pertama dengan pelajaran-pelajaran penting dari berbagai ungkapan mereka, terutama yang terkait dengan masalah-masalah pokok akidah. Bagian ini cukup penting karena ajaran tasawuf yang berkembang di kemudian hari adalah berasal dari jalur mereka. Dengan demikian kita menjadi benar-benar mengetahui “representasi praktis” tentang pengamalan ajaran-ajaran tasawuf dari para pemuka tasawuf itu sendiri. Selain dari pada itu, penulis menyakini sepenuhnya tantang keberadaan “berkah”, bahwa jalan untuk meraih berkah-berkah tersebut sangat banyak, salah satunya dengan mengungkap dan mempelajari pragmentasi kehidupan orang-orang saleh terdahulu. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang-orang saleh adalah sebagai “sebab” bagi kita, bahwa “lantaran mereka” maka kita orang-orang awam diberi rizki, diberi hujan, dan diberi berbagai karunia lainnya oleh Allah. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

بِهِمْ يُسْقَوْنَ وَبِهِمْ يُنْصَرُوْنَ (رَوَاهُ الطّبَرَانِيّ)

“Dengan sebab mereka (para wali Allah), maka orang-orang awam diberi hujan (oleh Allah), dan dengan sebab mereka orang-orang awam tersebut diberi kemenangan”. (HR. ath-Thabarani).

Para ulama kita berkata: “Bi Dzikr ash-Shâlihîn Tatanazzal ar-Rahamât...”, artinya; “Dengan sebab menyebut orang-orang saleh maka rahmat-rahmat Allah diharapkan menjadi turun”. Imam Ahmad ibn Hanbal ketika ditanya tentang seorang sufi terkemuka bernama Shafwan ibn Sulaim, berkata: “Dia adalah orang saleh yang dengan disebut namanya maka hujan akan turun”.

Akhirnya, dengan banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, buku ini semoga memiliki kelebihan dan dapat memberikan siraman serta pencerahan bagi orang-orang yang selalu memegang teguh akidah tanzîh; akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan selalu mengharap ridla Allah serta perlindungan-Nya. Amin
Wa Billâh at-Taufîq. 

Penulis,
H. Kholil Abu Fateh, MA

************************************************

 DAFTAR PUSTAKA

al-Qur’an al-Karîm.

‘Abbas, Sirajuddin, I’tiqad Ahlusuunah Wal Jama’ah, 2002, Pustaka Tarbiyah, Jakarta

Ashbahani, al, Abu Nu’aim Ahmad Ibn ‘Abdullah (w 430 H), Hilyah al-Auliyâ Wa Thabaqât al-Ashfiyâ’, Dar al-Fikr, Bairut

‘Asqalani, al, Ahmad Ibn Ibn ‘Ali Ibn Hajar, Fathal-Bârî Bi Syarh Shahîh al-Bukhâri, tahqîq Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi, Cairo: Dâr al-Hadîts, 1998 M

_________,  ad-Durar al-Kâminah Fî al-Ayân al-Mi’ah ats-Tsâminah, Haidarabad, Majlis Da’irah al-Ma’arif al-’Utsmaniyyah, cet. 2, 1972.

­­­­_________, al-Ishâbah Fî Tamyîz ash-Shahâbah, tahqîq ‘Ali Muhammad Bujawi, Bairut, Dar al-Jail, cet. 1, 1992 M

_________, Tahdzîb at-Tahdzîb, Bairut, Dar al-Fikr, 1984 M.

_________, Lisân al-Mizân, Bairut, Mu’assasah al-‘Alami Li al-Mathbu’at, 1986 M.

Asy’ari, al, ‘Ali ibn Isma’il al-Asy’ari asy-Syafi’i (w 324 H), Risâlah Istihsân al-Khaudl Fî ‘Ilm al-Kalâm, Dar al-Masyari’, cet. 1, 1415 H-1995 M, Bairut

Asy’ari, Hasyim, KH, ‘Aqîdah Ahl as-Sunnah Wa al-Jama’ah, Tebuireng, Jombang.

Azdi, al, Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq as-Sijistani (w 275 H), Sunan Abî Dâwûd, tahqîq Shidqi Muhammad Jamil, Bairut, Dar al-Fikr, 1414 H-1994 M.

Baghdadi, al, Abu Manshur ‘Abd al-Qahir ibn Thahir ( W 429 H), al-Farq Bain al-Firaq, Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet. Tth.

_________, Kitâb Ushûl ad-Dîn, cet. 3, 1401-1981, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.

Baghdadi, al, Abu Bakr Ahmad ibn ‘Ali, al-Khathib, Târikh Baghdâd,  Bairut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t. th.

Baijuri, al, Tuhfah al-Murîd Syarh Jauhar at-Tauhîd, Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi, Indonesia

Baihaqi, al, Abu Bakr ibn al-Husain ibn ‘Ali (w 458 H), al-Asmâ’ Wa ash-Shifât, tahqîq ‘Abdullah ibn ‘Amir, 1423-2002, Dar al-Hadits, Cairo.

_________, Syu’ab al-Imân, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.

_________, as-Sunan al-Kubrâ, Dar al-Ma’rifah, Bairut. t. th.

Bantani, al, ‘Umar ibn Nawawi al-Jawi, Kâsyifah as-Sajâ Syarh Safinah an-Najâ, Maktabah Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, Indonesia, th. 

_________, Salâlim al-Fudalâ Syarh Manzhumah Kifâyah al-Atqiyâ’ Ilâ Thariq al-Auliyâ’, Syarikat al-Ma’arif Bandung, t. th.

Bakri, al, As-Sayyid Abu Bakr ibn as-Sayyid Ibn Syatha al-Dimyathi, Kifâyah al-Atqiyâ’ Wa Minhâj al-Ashfiyâ’ Syarh Hidâyah al-Adzkiyâ’. Syarikat Ma’arif, Bandung, t. th.

_________, Hâsyiyah I’ânah ath-Thâlibin ‘Alâ Hall Alfâzh Fath al-Mu’in Li Syarh Qurrah al-‘Ain Li Muhimmah ad-Dîn, cet. 1, 1418, 1997, Dar al-Fikr, Bairut.

Bayyadli, al, Kamaluddin Ahmad al-Hanafi, Isyârât al-Marâm Min ‘Ibârât al-Imâm, tahqîq Yusuf ‘Abd al-Razzaq (Dosen Usuluddin al-Azhar Cairo), cet. 1, 1368-1949, Syarikah Maktabah Musthafa al-Halabi Wa Auladuh, Cairo.

Bukhari, al, Muhammad ibn Isma’il, Shahih al-Bukhari, Bairut, Dar Ibn Katsir al-Yamamah, 1987 M

Dzahabi, al, Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Utsman, Abu ‘Abdillah, Syamsuddin, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, tahqîq Syau’ib al-Arna’uth dan Muhammad Nu’im al-Arqusysyi, Bairut, Mu’assasah al-Risalah, 1413 H.

_________, Mizân al-I’tidâl Fi Naqd al-Rijâl, tahqîq Muhammad Mu’awwid dan ‘Adil Ahmad ‘Abd al-Maujud, Bairut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet. 1, 1995 M

Dimyathi, al, Abu Bakr as-Sayyid Bakri ibn as-Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi, Kifâyah al-Atqiyâ’ Wa Minhâj al-Ashfiyâ’ Syarh Hidâyah al-Adzkiyâ’, Bungkul Indah, Surabaya, t. th.

Ghazali, al, Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ath-Thusi (w 505 H), Kitâb al-Arba’in Fi Ushul al-Dîn, cet. 1408-1988, Dar al-Jail, Bairut

 _________, al-Maqshad al-Asnâ Syarh Asmâ Allâh al-Husnâ, t. th, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Cairo

_________, Minhâj al-Âbidîn, t. th. Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, Indonesia  

Ghumari, al, Ahmad ibn Muhammad ash-Shiddiq al-Hasani al-Maghribi, Abu al-Faidl, al-Mughîr ‘Alâ al-Ahâdîts al-Maudlû’ah Fi al-Jâmi’ ash-Shaghîr, cet. 1, t. th. Dar al-‘Ahd al-Jadid

Hanbal, Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad, Dar al-Fikr, Bairut

Haitami, al, Ahmad Ibn Hajar al-Makki, Syihabuddin, al-Fatâwâ al-Hadîtsiyyah, t. th. Dar al-Fikr

Hakim, al, al-Mustadrak ‘Alâ al-Shahîhain, Bairut, Dar al-Ma’rifah, t. th.

Habasyi, al, ‘Abdullah ibn Muhammad ibn Yusuf, Abu ‘Abd ar-Rahman, al-Maqâlât as-Sunniyah Fi Kasyf Dlalâlât Ahmad Ibn Taimiyah, Bairut: Dar al-Masyari’, cet. IV, 1419 H-1998 M.

_________, as-Syarh al-Qawîm Syarh ash-Shirât al-Mustaqîm, cet. 3, 1421-2000, Dar al-Masyari’, Bairut.

_________, ad-Dalîl al-Qawîm ‘Alâ ash-Shirâth al-Mustaqîm, Thubi’ ‘Ala Nafaqat Ahl al-Khair, cet. 2, 1397 H. Bairut

_________, ad-Durrah al-Bahiyyah Fî Hall Alfâzh al-‘Aqîdah ath-Thahâwiyyah, cet. 2, 1419-1999, Dar al-Masyari’, Bairut.

_________, Sharîh al-Bayân Fî ar-Radd ‘Alâ Man Khâlaf al-Qur’ân, cet. 4, 1423-2002, Dar al-Masyari’, Bairut.

_________, Izh-hâr al-‘Aqîdah as-Sunniyyah Fî Syarh al-‘Aqîdah ath-Thahâwiyyah, cet. 3, 1417-1997, Dar al-Masyari’, Bairut

_________, al-Mathâlib al-Wafiyyah Bi Syarh al-’Aqîdah an-Nasafiyyah, cet. 2, 1418-1998, Dar al-Masyari’, Bairut

_________, at-Tahdzîr asy-Syar’iyy al-Wâjib, cet. 1, 1422-2001, Dar al-Masyari’, Bairut.

Haddad, al, ‘Abdullah ibn ‘Alawi ibn Muhammad, Risâlah al-Mu’âwanah Wa al-Muzhâharah Wa al-Ma’âzarah, Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, Indonesia.

Haramain, al, Imam, Abu al-Ma’ali ‘Abd al-Malik al-Juwaini, al-‘Aqîdah an-Nizhâmiyyah, ta’lîq Muhammad Zahid al-Kautsari, Math’ba’ah al-Anwar, 1367 H-1948 M.

Hushni, al, Taqiyyuddin Abu Bakr ibn Muhammad al-Husaini ad-Dimasyqi ( w 829 H), Kifâyat al-Akhyâr Fî Hall Ghayât al-Ikhtishâr, Dar al-Fikr, Bairut. t. th.

_________, Daf’u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad Wa Nasab Dzâlik Ilâ al-Imâm al-Jalîl Ahmad, al-Maktabah al-Azhariyyah Li at-Turats, t. th.

Ibn Arabi, Muhyiddin Muhammad ibn ‘Ali al-Hatimi ath-Tha’i, al-Futûhât al-Makkiyyah, ta’lîq Mahmud Mathraji, Isyrâf Maktabah al-Buhuts Wa ad-Dirasat, Dar al-Fikr, Bairut

_________, ‘Aqîdah Fî at-Tauhîd (‘Aqîdah Ahl al-Islâm), ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Mesir

 _________, ‘Aqîdah Ahl al-Islâm, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

_________, al-Anwâr Fîmâ Yumnah Shahîb al-Khalwah Min Asrâr; Cairo; Maktabah ‘Alam al-Fikr, cet I, 1407 H-1986 M

_________,  al-Khalwah al-Muthlaqah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

_________, Min Rasâ’il Sayyidî Muhyiddin Ibn ‘Arabi; Washiyyatuh Allati Katabahâ Ilâ Ba’dl Aulâdih, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir.

_________, al-Mauizhah al-Hasanah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

_________, Ishthilâhât ash-Shûfiyyah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

_________, al-‘Ujâlah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

_________, al-Hikam al-Hâtimiyyah al-Musammâ Bi al-Kalimat al-Hikamiyyah Wa al-Mushthalâhât al-Jâriyah ‘Alâ Alsinah ash-Shûfiyyah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

_________, at-Tanazzulât al-Lailiyyah Fi al-Ahkâm al-Ilâhiyyah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

_________, Min Rasâ’ail asy-Syaikh Muhyiddin Li al-Imâm al-Fakhr ar-Razi, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

_________, Kunhu Mâ Lâ Budd Li al-Murîd Minhu, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

_________, Nasab al-Khirqah, ta’lîq ‘Abd ar-Rahman Hasan Mahmud, cet. ‘Alam al-Fikr, Cairo Mesir

Ibn ‘Asakir, Tabyîn Kadzib al-Muftarî Fîmâ Nusiba Ilâ al-Imâm Abî al-Hasan al-Asy’ari, Dar al-Kutub al-‘Arabi, Bairut.

Ibn Balabban, Muhammad ibn Badruddin ibn Balabban ad-Damasyqi al-Hanbali (w 1083 H), al-Ihsân Bi Tartîb Shahîh Ibn Hibban, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut

_________, Mukhtashar al-Ifâdât Fi Rub’i al-‘Ibâdât Wa al-Âdâb Wa Ziyâdât. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Bairut

Ibn Hibban, ats-Tsiqât, Mu’assasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah, Bairut

Ibn al-Jauzi, Abu al-Faraj ‘Abd ar-Rahman ibn al-Jauzi (w 597 H), Talbîs Iblîs, tahqîq Aiman Shalih Sya’ban, Cairo: Dar al-Hadits, 1424 H-2003 M

­­_________, Daf’u Syubah at-Tasybîh Bi Akaff at-Tanzîh, Tahqîq Syaikh Muhammad Zahid al-Kautsari, Muraja’ah DR. Ahmad Hijazi as-Saqa, Maktabah al-Kulliyyat al-Azhariyyah, 1412-1991

_________, Shafwah ash-Shafwah, Dar al-Fikr, Bairut

_________, Shayd al-Khâthir, tahqîq Usamah as-Sayyid, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah. Cet. 4, Bairut

Ibn Jama’ah, Muhammad ibn Ibrahim ibn Sa’adullah ibn Jama’ah dikenal dengan Badruddin ibn Jama’ah (w 727 H), Idlâh ad-Dalîl Fî Qath’i Hujaj Ahl al-Ta’thîl, tahqîq Wahbi Sulaiman Ghawaji, Dar al-Salam, 1410 H-1990 M, Cairo

Ibn Katsir, Isma’il ibn ‘Umar, Abu al-Fida, al-Bidâyah Wa al-Nihâyah, Bairut, Maktabah al-Ma’arif, t. th.

Ibn Khallikan, Wafayât al-A’yân, Dar al-Tsaqafah, Bairut

Ibn al-‘Imad, Abu al-Falah ibn ‘Abd al-Hayy al-Hanbali, Syadzarât adz-Dzahab Fî Akhbâr Man Dzahab, tahqîq Lajnah Ihya al-Turats al-‘Arabi, Bairut, Dar al-Afaq al-Jadidah, t. th.

Ibn as-Subki, Abu Nashr Tajuddin ‘Abd al-Wahhab ibn ‘Ali ibn ‘Abd al-Kafi (w 771 H), Thabaqât asy-Syafi’iyyah al-Kubrâ, tahqîq ‘Abd al-Fattah Muhammad al-Huluw dan Mahmud Muhammad ath-Thanji, t. th, Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah.

‘Iyadl, Abu al-Fadl ‘Iyyâdl ibn Musa ibn ‘Iyadl al-Yahshubi, asy-Syifâ Bi Ta’rif Huqûq al-Musthafâ, tahqîq Kamal Basyuni Zaghlul al-Mishri, Isyrâf Maktab al-Buhuts Wa al-Dirasat, cet. 1421-2000, Dar al-Fikr, Bairut.

Isfirayini, al, Abu al-Mudzaffar (w 471 H), at-Tabshir Fî ad-Dîn Fî Tamyîz al-Firqah al-Nâjiah Min al-Firaq al-Hâlikin, ta’lîq Muhammad Zâhid al-Kautsari, Mathba’ah al-Anwar, cet. 1, th.1359 H, Cairo.

Jailani-al, ‘Abd al-Qadir ibn Musa ibn ‘Abdullah, Abu Shalih al-Jailani, al-Gunyah, Dar al-Fikr, Bairut

Jauziyyah, al, Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Hâdi al-Arwâh iIlâ Bilâd al-Afrah, Ramadi Li an-Nasyr, Bairut.

Kalabadzi-al, Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub al-Bukhari, Abu Bakr (w 380 H), at-Ta’arruf Li Madzhab Ahl al-Tashawwuf, tahqîq Mahmud Amin an-Nawawi, cet. 1, 1388-1969, Maktabah al-Kuliyyat al-Azhariyyah Husain Muhammad Anbabi al-Musawi, Cairo

Kautsari, al, Muhammad Zahid ibn al-Hasan al-Kautsari, Takmilah ar-Radd ‘Alâ Nuniyyah Ibn al-Qayyim, Mathba’ah al-Sa’adah, Mesir.

_________, Maqâlât al-Kautsari, Dar al-Ahnaf , cet. 1, 1414 H-1993 M, Riyadl.

Khalifah, Haji, Musthafa ‘Abdullah al-Qasthanthini al-Rumi al-Hanafi al-Mulla, Kasyf al-Zhunûn ‘An Asâmî al-Kutub Wa al-Funûn, Dar al-Fikr, Bairut.

Maqarri-al, Ahmad al-Maghrirbi al-Maliki al-Asy’ari, Idlâ’ah al-Dujunnah Fî I’tiqâd Ahl al-Sunnah, Dar al-Fikr, Bairut.

Maturidi, al, Abu Manshur, Kitâb al-Tauhîd, Dar al-Masyriq, Bairut

Malibari, al, Zainuddin Ibn ‘Ali, Nadzam Hidâyah al-Adzkiyâ’, Syirkah Bukul Indah, Surabaya, t. th.

Makki, al, Tajuddin Muhammad Ibn Hibatillah al-Hamawi, Muntakhab Hadâ’iq al-Fushûl Wa Jawâhir al-Ushûl Fi ‘Ilm al-Kalâm ‘Alâ Ushûl Abi al-Hasan al-Asy’ari, cet, 1, 1416-1996, Dar al-Masyari’, Bairut

Mizzi, al, Tahdzîb al-Kamâl Fî Asmâ’ ar-Rijâl, Mu’assasah al-Risalah, Bairut.

Mutawalli, al, al-Ghunyah Fî Ushûl ad-Dîn, Mu’assasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah, Bairut.

Nabhani, al, Yusuf Isma’il, Jâmi’ Karâmât al-Auliyâ’, Dar al-Fikr, Bairut

Naisaburi, al, Muslim ibn al-Hajjaj, al-Qusyairi (w 261 H), Shahîh Muslim, tahqîq Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, Bairut, Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, 1404 H.

Nawawi, al, Yahya ibn Syaraf, Muhyiddin, Abu Zakariya, al-Minhâj Bi Syarh Shahîh Muslim Ibn al-Hajjaj, Cairo, al-Maktab al-Tsaqafi, 2001 H.

Qari, al-, ‘Ali Mullâ al-Qari, Syarh al-Fiqh al-Akbar, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut

Qadli, al, Samir, Mursyid al-Hâ’ir Fi Hall Alfâzh Risâlah Ibn ‘Asâkir, cet. I, 1414 H-1994 M, Dar al-Masyari’, Bairut

Qusyairi, al, Abu al-Qasim ‘Abd al-Karim ibn Hawazan an-Naisaburi, ar-Risâlah al-Qusyairiyyah, tahqîq Ma’ruf Zuraiq dan ‘Ali ‘Abd al-Hamid Balthahji, Dar al-Khair.

Qurthubi, al, al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’an, Dar al-Fikr, Bairut

Rifa’i, al, Abu al-’Abbas Ahmad ar-Rifa’i al-Kabir ibn al-Sulthan ‘Ali, Maqâlât Min al-Burhân al-Mu’ayyad, cet. 1, 1425-2004, Dar al-Masyari’, Bairut.

Razi, al, Fakhruddin ar-Razi, at-Tafsîr al-Kabîr Wa Mafâtîh al-Ghaib, Dar al-Fikr, Bairut

Sarraj, al, Abu Nashr, Al-Luma’, tahqîq ‘Abd al-Halim Mahmud dan Thaha ‘Abd al-Bâqi Surur, Maktabah ats-Tsaqafah al-Diniyyah, Cairo Mesir

Syafi’i, al, Muhammad ibn Idris ibn Syafi’ (w 204 H), al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar, al-Maktabah al-Tijariyyah Mushthafa Ahmad al-Baz, Mekah, t. th.

Sya’rani, al, ‘Abd al-Wahhab, ath-Thabaqât al-Qubrâ, Maktabah al-Taufiqiyyah, Amam Bab al-Ahdlar, Cairo Mesir.

_________, al-Yawâqît Wa al-Jawâhir Fi Bayân ‘Aqâ’id al-Akâbir, t. th, Mathba’ah al-Haramain.

_________, al-Kibrît al-Ahmar Fi Bayân ‘Ulûm asy-Syaikh al-Akbar, t. th, Mathba’ah al-Haramain.

_________, al-Anwâr al-Qudsiyyah al-Muntaqât Min al-Futûhût al-Makkiyyah, Bairut, Dar al-Fikr, t. th.

_________, Lathâ’if al-Minan Wa al-Akhlâq, ‘Alam al-Fikr, Cairo

Subki, al, Taqiyyuddin ‘Ali ibn ‘Abd al-Kafi as-Subki, as-Saif ash-Shaqîl Fî ar-Radd ‘Ala ibn Zafîl, Mathba’ah al-Sa’adah, Mesir.

Suhrawardi, al, Awârif al-Ma’ârif, Dar al-Fikr, Bairut

Syakkur, al, ‘Abd, Senori, KH, al-Kawâkib al-Lammâ’ah Fî Bayân ‘Aqîdah Ahl al-Sunnah Wa al-Jamâ’ah

Syahrastani, al, Muhammad ‘Abd al-Karim ibn Abi Bakr Ahmad, al-Milal Wa an-Nihal, ta’lîq Shidqi Jamil al-‘Athar, cet. 2, 1422-2002, Dar al-Fikr, Bairut.

Sulami, al, Abu ‘Abd ar-Rahman Muhammad Ibn al-Husain (w 412 H), Thabaqat ash-Shûfiyyah, tahqîq Musthafa ‘Abd al-Qadir ‘Atha, Mansyurat ‘Ali Baidlun, cet. 2, 1424-2003, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.

Suyuthi, al, Jalaluddin ‘Abd ar-Rahman ibn Abi Bakr, al-Hâwî Li al-Fatâwî, cet. 1, 1412-1992, Dar al-Jail, Bairut.

Thabari, al, Târîkh al-Umam Wa al-Mulûk, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bairut.

_________, Tafsîr Jâmi’ al-Bayân ‘An Ta’wîl Ay al-Qur’ân, Dar al-Fikr, Bairut

Tim Pengkajian Keislaman Pada Jam’iyyah al-Masyari al-Khairiyyah al-Islamiyyah, al-Jauhar ats-Tsamîn Fî Ba’dl Man Isytahara Dzikruhu Bain al-Muslimîn, Bairut, Dar al-Masyari’, 1423 H, 2002 M.

_________, at-Tasyarruf Bi Dzikr Ahl at-Tashawwuf, Bairut, Dar al-Masyari, cet. I, 1423 H-2002 M

Thabarani, al, Sulaiman ibn Ahmad ibn Ayyub, Abu Sulaiman (w 360 H), al-Mu’jam ash-Shagîr, tahqîq Yusuf Kamal al-Hut, Bairut, Muassasah al-Kutuh al-Tsaqafiyyah, 1406 H-1986 M.

_________, al-Mu’jam al-Awsath, Bairut, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah.

_________, al-Mu’jamal-Kabîr, Bairut, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah.

Tirmidzi, al, Muhammad ibn Isa ibn Surah as-Sulami, Abu Isa, Sunan at-Tirmidzi, Bairut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t. th.

Zabidi, al, Muhammad Murtadla al-Husaini, Ithâf as-Sâdah al-Muttaqîn Bi Syarh Ihyâ’ Ulum al-Dîn, Bairut, Dar at-Turats al-‘Arabi


.

PALING DIMINATI

Back To Top