Bismillahirrohmaanirrohiim

Musibah Antara Jalan ke Surga dan Jurang ke Neraka

Musibah, Jalan Menuju Surga
Kesedihan adalah reaksi yang wajar dan manusiawi ketika menghadapi sebuah musibah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis ketika anaknya, Ibrahim, meninggal dunia. Semua musibah -apapun jenisnya- bagi
orang-orang yang beriman, pada hakikatnya adalah tiket untuk masuk surga. Karena orang mukmin itu jika tertimpa bencana, dia bersabar dan ridho terhadap ketentuan Allah ini, maka ia akan mendapatkan ganjaran pahala
yang besar. Allah berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka
dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, Sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al Baqarah: 214). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan musibah, melainkan Allah akan akan menghapus dosa-dosanya, walau hanya
tertusuk duri sekalipun.” (HR. Al Bukhari)
Cara Menghadapi Musibah
Musibah menimpa manusia tanpa pandang bulu. Yang beriman ditimpa musibah, apalagi yang kufur. Pada hari kebangkitan kelak, masing-masing akan dibangkitkan dengan amalnya sendiri-sendiri. Yang menjadi tuntutan
adalah bagaimana menghadapi musibah agar dapat berbuah pahala dan akhirnya masuk surga. Islam telah mengajarkan hal-hal yang harus dilakukan ketika tertimpa musibah.
1. Mengucapkan kalimat istirja’. Yaitu mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
( Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)’.” (QS. Al Baqoroh: 156)
2. Berdo’a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan do’a setelah membaca istirja’, yaitu: Allaahumma’ jurnii fii mushiibatii, wa akhliflii khairon minha. (Ya Allah berilah pahala dalam musibahku ini, dan berilah ganti bagiku
yang lebih baik daripadanya).” (HR. Muslim)
3. Bersabar atas musibah yang menimpa. Allah berfirman, “Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.” (QS. Al
Insan: 24). Yang dimaksud dengan sabar adalah tidak menggerutu di dalam hati, menahan lisan dari mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, dan menjaga tangan agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang, seperti
menampar-nampar pipi, merobek-robek baju, menggundulkan rambut kepala, dan lain-lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya ujian. Jika Allah mencintai
suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridho, maka mereka akan mendapatkan keridhoan Allah. Dan siapa yang murka, maka akan mendapatkan murka Allah.” (Hasan, HR. At Tirmidzi)
4. Melakukan Muhasabah (Introspeksi Diri). Manusia adalah makhluk yang lemah. Terkadang berbuat dosa dan salah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam memiliki kesalahan. Dan sebaik-baik
orang yang bersalah adalah orang yang bertaubat.” (Hasan, HR. At Tirmidzi). Biasanya orang lebih cepat tersadar ketika musibah telah menimpanya. Barangkali Allah hendak mengingatkan kita. Sudah berapa banyak dosa
yang kita perbuat dan maksiat yang kita koleksi? Namun berapa lama lagi umur yang tersisa? Oleh karena itu tetaplah berbaik sangka kepada Allah. Jadikan ini kesempatan bagi kita yang masih hidup untuk segera bertaubat
kepada Allah atas segala kesalahan dan dosa. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat.
Sebab Datangnya Musibah
Setelah membawakan ayat-ayat tentang musibah, Syeikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata, “Ayat-ayat yang mulia ini memberi pengertian kepada kita bahwa Allah adalah Maha Adil dan Bijaksana. Dia tidak akan
menurunkan bala’ dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan maksiat, dan pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah Allah.” (Minhaj Al Firqoh An Najiyah)
Perintah Allah yang terbesar adalah Tauhid dan larangan-Nya yang terkeras adalah Syirik. Jadi tidak diragukan lagi, musibah yang menimpa kaum muslimin saat ini adalah karena mereka tidak menunaikan hak Allah, yaitu hak
peribadatan (mentauhidkan Allah). Hanya Allah sajalah yang berhak diibadahi dengan segala macam jenis ibadah dan pendekatan diri, seperti berdo ’a, bernazar, menyembelih kurban, istighosah, dan lain-lain. Maka wajarlah
Allah murka. Hamba-Nya malah berbuat berbagai macam bentuk kesyirikan, seperti lelaku sesaji untuk Ratu Laut Selatan, sedekah laut, tapa mbisu (keliling kampung tanpa berbicara -pen) untuk menolak bala dan berbagai
ritual syirik yang lain.
Musibah, Azab yang Disegerakan
Berbeda dengan orang yang beriman, bagi orang yang durhaka kepada Allah -hidupnya bergelimang dengan dosa dan maksiat- musibah adalah azab yang disegerakan baginya di dunia. Belum lagi di akhirat. Al Qur’an
memberikan banyak contoh, di antaranya kisah kaum Tsamud yang ‘menyulap’ gunung menjadi rumah-rumah tempat tinggal mereka (bisa dibayangkan betapa kokohnya rumah mereka-pen).
Allah memperingatkan, “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-
tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang
menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: ‘Tahukah kamu bahwa Shaleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?’ Mereka menjawab:
‘Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya.’ Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: ‘Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu
imani itu.’ Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: ‘Hai Shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu
termasuk orang-orang yang diutus (Allah).’ Karena itu mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (QS. Al A’rof: 73-78)
Juga kisah Fir’aun dan bala tentaranya yang digulung gelombang laut dahsyat. Allah mengisahkan, “Lalu kami wahyukan kepada Musa: ‘Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.’ Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan
adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah kami dekatkan golongan yang lain. Dan kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan kami tenggelamkan golongan yang lain itu.” (QS. As
Syu’ara: 63-66)


.

PALING DIMINATI

Back To Top