Bismillahirrohmaanirrohiim

Catatan Seorang Pengagum PKS

Jajang Nurjaman wroteon April 7, 2009 at 5:16pm
Testimoni ini ditulis oleh seorang mantan kaderk PKS dari UI bernama
Arbania Fitriani sebagai "note" pribadi di facebook. Selamat Membaca!

Benarkah PKS Pro Rakyat Indonesia?

A TESTIMONY FROM EX PKS CADRE

Pertama-tama, saya menuliskan pengalaman saya ini tidak untuk
menjatuhkan atau menjelek-jelekkan salah satu partai besar di
Indonesia. Saya hanya ingin berbagi pengalaman untuk menjadi bahan
renungan para pembaca agar dapat lebih mengenal PKS dari dalam.

Tulisan ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengenal PKS secara
objektif, agar rakyat Indonesia mengetahui apakah PKS benar-benar
mengusung kepentingan rakyat Indonesia atau justru sedang mengkhianati
masyarakat dan para kadernya sendiri dengan sentimen keagamaan serta
jargon sebagai partai bersih. Sayangnya, banyak masyarakat dan
orang-orang di dalam tubuh PKS ini pun tidak menyadarinya.

Bagian tersebut akan saya jelaskan secara singkat di akhir cerita
saya, dan sekarang saya ingin berbagi dulu kepada para pembaca
mengenai sistem pengkaderan PKS yang sangat canggih dan sistematis
sehingga dalam waktu singkat membuatnya menjadi partai besar.

Saya waktu mahasiswa adalah kader PKS mulai dari 'am sirriyah sampai
ke 'am jahriyah. Mulai dari saya masih sembunyi-sembunyi dalam
berdakwah, sampai ke fase dakwah secara terang-terangan, sejak PKS
masih bernama PK sampai kemudian menjadi PKS.

Dalam struktur pengkaderan PKS di kampus, ada beberapa lingkaran,
yakni lingkaran inti yang disebut majelis syuro'ah (MS), lingkaran ke
dua yakni majelis besar (MB), dan lingkaran tiga yang menjadi corong
dakwah seperti senat (BEM), BPM (MPM), dan lembaga kerohanian islam..
Jenjangnya adalah mulai dari lembaga dakwah tingkat jurusan, fakultas,
sampai ke universitas. Jika di universitas tersebut terdapat asrama
dan punya kegiatan kemahasiswaan, maka di sana pun pasti ada struktur
seperti yang telah saya terangkan.

Universitas biasanya akan berhubungan dengan PKS terkait perkembangan
politik kampus maupun perkembangan politik nasional. Dari sanalah
basis PKS dalam melakukan pergerakan-pergerak an politik dalam negeri
atas nama mahasiswa baik itu yang berwujud demonstrasi ataupun
pergerakan lainnya. Sistem pergerakan, pengkaderan, dan struktur
lingkaran yang terjadi di dunia kampus sama persis dengan yang terjadi
di tingkat nasional.

Kembali ke dalam struktur lingkaran PKS di kampus, orang-orang yang
duduk di MS jumlahnya biasanya tidak banyak dan orang-orangnya adalah
orang-orang yang terpilih. Kebanyakan yang menjadi anggota MS adalah
mahasiswa yang memang sudah di kader sejak SMU. Tapi tidak banyak juga
yang berhasil masuk ke dalam MS dari orang-orang yang telah dikader
pada saat kuliah. Saya termasuk orang yang masuk ke dalam lingkaran MS
yang baru di kader pada saat kuliah dan menduduki posisi sebagai
mas'ulah di asrama UI sehingga saya punya akses langsung untuk
berdiskusi dengan mas'ulah tingkat universitas. Dari sini juga saya
akhirnya banyak tahu sistem dalam PKS meskipun saya pada tingkat
fakultas hanya masuk sampai tingkat MB.

Dalam MS dan MB memiliki mas'ul (pemimpin untuk anggota ikhwan) dan
mas'ulah (pemimpin untuk anggota akhwat). Masing-masing mas'ul (ah)
ini membawahi MS secara keseluruhan dan ada juga mas'ul(ah) yang
membawahi sayap-sayap dakwah yakni sayap tarbiyah (mengurusi
pengkaderan khusus untuk ikhwah seperti pemetaan liqoat, materi
liqoat, dll), sayap syiar (mengurusi syiar islam khususnya dalam
lembaga kerohanian formal dan menjaring kader baru), dan sayap sosial
& politik (mengurusi dakwah dalam bidang lembaga formal kampus yakni
BEM dan MPM).

Di lingkaran ke dua adalah majelis besar, anggotanya adalah ikhwah
yang sudah di kader juga dan tinggal menerima keputusan dari MS untuk
dilaksanakan. Jadi, MS ini adalah tink-tank dari seluruh kegiatan yang
terjadi di kampus. Apabila kader PKS duduk sebagai ketua BEM/Senat
atau MPM/BPM, maka semua kegiatannya harus mendapat ijin dari MS dan
memang biasanya berbagai agenda di BEM/Senat dan MPM/BPM ini dibuat
oleh MS.

Bagaimana sistem pengkaderan PKS itu sendiri? Bagaimana PKS mengubah
seorang menjadi kader yang militant? Jalan pertama adalah menguasai
Senat, BEM, BPM, dan MPM. Apabila lembaga formal ini sudah dikuasai
maka akan mudah untuk membuat kebijakan terutama pada masa penerimaan
mahasiswa baru.

Saat orientasi Mahasiswa baru biasanya mereka akan dibentuk kelompok
kecil (halaqah) dan ikhwah PKS akan berperan sebagai mentor. Kegiatan
ini akan berlanjut rutin selama masa perkuliahan di mana halaqah ini
akan berkumpul 1 minggu sekali. Dari sinilah biasanya akan terjaring
orang-orang yang kemudian akan menjadi ikhwah militan, bahkan orang
yang sebelumnya tidak pakai jilbab dan sangat gaul bisa menjadi
seorang akhwat yang sangat pemalu namun juga sangat militan.

Agenda utama kami adalah membentuk Manhaj Islamiyah di Indonesia
menuju Daulah Islamiyah (mirip dengan sistem Khilafah Islamiyah dari
HTI). Doktrin utama dalam sistem jamaah PKS yang juga menamakan
dirinya sebagai jamaah Ikhwanul Muslimin ini adalah "nahnu du'at qobla
kulli sya'I" dan "sami'na wa ata'na". Dua doktrin inilah yang membuat
kami semua menjadi orang yang sangat loyal dan militan. Setiap
instruksi yang diberikan dari mas'ul(ah) ataupun murabbi(ah) kami akan
kami pasti patuhi meskipun kami tidak benar-benar paham tujuannya.
Seperti menyumbang, mengikuti demonstrasi, meskipun harus bolos
kuliah, dll.

Selama saya aktif di pergerakan ini, saya melihat banyak sekali
teman-teman saya yang berhenti menjadi Aktivis Dakwah Kampus (ADK).
Dulu saya merasa kasihan dengan mereka, karena yang saya tahu –
diberitahu oleh murabbi kami dan juga seringkali dibahas dalam taujih
atau tausiyah (semacam kultum) – bahwa dalam jalan dakwah ini selalu
akan ada orang-orang yang terjatuh di jalan dakwah, mereka adalah
orang-orang futur (berbalik ke belakang)..

Orang-orang ini biasanya kami label sebagai anggota "basah" (barisan
sakit hati). Saya mempercayai semuanya sampai akhirnya saya pun merasa
tidak cocok lagi untuk berada di sana dan memutuskan untuk keluar dari
ADK padahal saya dulu sudah diproyeksikan sebagai ADK abadi (orang
yang akan menjadi aktivis dakwah kampus selamanya dengan cara menjadi
dosen atau karyawan tetap di kampus).

Ada beberapa alasan yang membuat saya mengambil keputusan untuk
keluar, antara lain:

1. Adanya ekslusivisme antara kami para ADK dengan orang-orang diluar
ADK. Kami para ADK adalah orang-orang khos (orang khusus) dan mereka
adalah adalah orang 'amah (orang umum). Orang khos adalah orang yang
sudah mengikuti tarbiyah dan mengikuti liqo'at (semacam halaqah tapi
lebih khusus lagi) dan orang 'amah adalah orang yang belum mengenal
tarbiyah.

Para ikhwah, terutama para ADK, tidak akan mau menikah dengan 'amah
karena mereka dapat membuat orang khos seperti kami menjadi future,
bahkan bisa membuat kami terlempar dari jalan dakwah. Istilah khos dan
a'amah ini membuat saya merasa tidak natural dan tidaknmanusiawi dalam
menghadapi teman saya yang 'amah.

Saya diajarkan bahwa mereka adalah mad'u (objek dakwah) saya. Jika
saya bisa menarik mereka ke dalam sistem kami apalagi bisa menjadi
ADK, maka kami akan mendapat pahala yang sangat besar. Saya merasa
menjadi berdagang dengan teman saya yang dulunya sebelum menjadi ADK
adalah sahabat saya. Saya merasa tidak memanusiakan teman saya dan
lebih memandang mereka sebagai objek dakwah.

2. Dalam liqo'at ataupun dauroh saya juga ada beberapa hal yang
membuat saya tidak sreg, seperti bahwa saya harus lebih mengutamakan
liqo'at daripada kepentingan orang tua dan keluarga saya. Bahkan saya
pernah diberitahu bahwa bila sudah ada panggilan liqo'at, mski orang
tua saya sakit dan harus menjaganya, maka saya harus tetap datang liqo
(entah mengapa selama beberapa tahun saya bisa menerima konsep yang
kurang manusiawi ini).

Hal lain adalah saya tidak boleh mengikuti kajian di luar liqo saya,
padahal setahu saya bahwa kebenaran itu tidak hanya milik liqo saya,
masih banyak sekali kebenaran di luar sana. Bahkan buku bacaan pun
diatur dimana ada banyak buku yang saya sangat berguna untuk menambah
wawasan keislaman saya seperti buku yang mengajarkan tentang hakikat
islam namun oleh murabbi saya dilarang. Untuk hal ini saya membangkang
karena seandainya islam itu memang benar rahmatan lil alamin maka
ilmunya pun pasti sangat luas dan tidak hanya monopoli orang-orang di
PKS semata.

Dan hal yang paling mengusik saya adalah selama saya mengaji di liqo
ataupun mengikuti taujih dan taushiyah dalam syuro ataupun
dauroh-dauroh (training) saya merasa lebih banyak diajarkan tentang
kebencian terhadap agama atau aliran lain seperti bagaimana kejamnya
kaum nashoro (nasrani) yang membantai saudara kami di Poso, yahudi
yang membantai saudara kami di Palestina, JIL yang memusuhi kami, NII
yang sesat, teman-teman Salafi yang mengganggu kami, dst.
Sampai-sampai, akibat begitu terinternalisasinya hal tersebut, ketika
saya mengikuti tarbiyah universitas dan sedang makan siang, saya dan
teman-teman menganggap yang sedang kami makan dan telan itu adalah
orang-orang yahudi dan nashoro.

Doa-doa kami pun selalu secara khusus ketika qunut adalah untuk
mujahid-mujahid di Palestina dan Afganistan (kadang saya berpikir
kapan kita berdoa untuk pahlawan perjuangan di Indonesia yang telah
menghadiahkan kemerdekaan terhadap kita). Sejujurnya saya lebih
tersentuh dan bisa menangis tersedu-sedu ketika dibacakan ayat-ayat
seperti dalam surat Ar-Rahman yang menceritakan Cinta-Ilahi ketimbang
surah seperti Al-Qiyamah yang menceritakan azabNya.

Kebencian sangat bertentangan dengan hati nurani saya karena saya
sangat percaya dengan ayat yang mengatakan bahwa rahmat Allah SWT
lebih cepat dari murkaNya, yang artinya cinta Allah SWT seharusnya
dapat menghapus kemarahanNya terhadap umat manusia. Inilah sebabnya
mengapa di sini hati saya merasa sangat kering saat mengikuti tausiyah
dan taujih yang senantiasa bercerita tentang peperangan dan kebencian.

3. Semua ganjalan-ganjalan yang saya rasakan akhirnya meledak ketika
saya kemudian tahu dari sumber yang terpercaya dalam pemerintahan,
juga dari petinggi PKS sendiri, tentang agenda yang tidak pernah saya
ketahui sebelumnya dan pastinya juga tidak diketahui oleh orang-orang
se-level saya atau bahkan pun pengurus inti PKS.

Agenda utama PKS adalah menghancurkan budaya Indonesia melalui invasi
budaya Arab Saudi. Banyak sekali indikasi yang saya rasakan langsung
pada saat menjadi ADK seperti upaya kami untuk menghalang-halangi
acara seni, budaya, musik, dll. Hingga berbagai upaya kami agar bisa
memboikot mata kuliah ilmu budaya dasar (IBD). Saya ingat dulu, karena
saya begitu termakan doktrin bahwa mata kuliah IBD tidak berguna dan
bisa melemahkan iman saya seringkali membolos kalau ada latihan menari
sampai saya sempat dibenci teman-teman saya.

Kembali kepada agenda PKS ini sebagai perpanjangan tangan dari
Kerajaan Saudi tujuan utamanya adalah agar kekuasaan Arab bisa
mencapai indonesia mengingat satu-satunya sumber devisa Arab adalah
minyak yang diperkirakan akan habis pada tahun 2050 dan melalui jamaah
haji.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya sumber daya alam dan
merupakan umat muslim terbesar di dunia. Bahkan jika seluruh umat
muslim di timur tengah disatukan, umat muslim Indonesia masih jauh
lebih banyak. Untuk itu, agar dapat bertahan secara ekonomi, maka Arab
Saudi harus bisa merebut Indonesia dan cara yang paling jitu adalah
melalui invasi kebudayaan.

Islam dibuat menjadi satu dengan kebudayaan Arab, sehingga budaya Arab
akan dianggap Islam oleh masyarakat Indonesia yang relatif masih
kurang terdidik dan secara emosional masih sangat fanatik terhadap agama.

Ketika kebudayaan lokal sudah bisa dihilangkan dan kebudayaan Arab
yang disamarkan sebagai Islam dapat berkuasa, maka orang-orang akan
menjadi begitu fanatik buta bahkan fundamentalis dan tidak bisa lagi
mengapresiasi agama lain dan budaya lokal. Lalu, bila kebudayaan
Nusantara sudah sampai dianggap musyrik atau bid'ah, maka saat itulah
NKRI akan bubar. Orang-orang yang pulaunya dihuni oleh mayoritas non
muslim atau yang masih memegang budaya lokal di indonesia akan meminta
merdeka. Pulau-pulau di Indonesia akan terpecah belah dan pada saat
itulah orang-orang ini akan bagi-bagi "kue".

Peta rencanaya adalah bagian pulau di Indonesia yang mayoritas Islam
akan dikuasai oleh Arab. Sedangkan daerah yang penduduknya mayoritas
kristen akan dikuasai oleh Amerika. Lalu, daerah-daerha yang mayoritas
penduduknya beragama Hindu, Buddha, Animisme, dll., akan dikuasai oleh
Cina.

Tidak banyak orang PKS yang tahu soal ini, hanya segelintir saja yang
memahaminya. Mereka menduduki posisi-posisi strategis dalam
pemerintahan agar dapat lebih memudahkan agendanya. Sentimen keagamaan
terus dipakai untuk meraih simpati masyarakat. Sehingga berbagai
produk kebijakan seperti Perda Syariat, UU APP, dll. yang rata-rata
hanya sekedar mengurus masalah cara berpakaian semata akan dengan
bangganya diterima oleh masyarakat muslim yang naif sebagai
keberhasilan Islam. Masyarakat kita lupa bahwa sampai saat ini PKS
belum menghasilkan produk yang dapat memajukan ekonomi, menyelesaikan
permasalahan kesehatan, pendidikan, pencegahan bencana alam, korupsi,
trafficking, tayangan TV yang semakin memperbodoh masyarakat, dan
permasalahan lain yang lebih riil dan sangat dibutuhkan oleh
masyarakat kita ketimbang sekedar mengatur cara orang dewasa
berpakaian dan berperilaku.

Jangan terburu-buru apriori dan menganggap tulisan mengenai pengalaman
saya ini adalah black campaign. Renungkan dengan hati nurani yang
dalam. Tidak ada kepentingan saya selain hanya menyampaikan kebenaran.

Saya tahu resiko apa yang ada di hadapan saya dan siapa yang saya
hadapi. Tapi saya lebih takut menjadi bagian dari orang yang zalim,
karena tahu kebenaran, namun tidak bersuara.. Rasa cinta saya bagi
negeri yang sudah memberi saya kehidupan ini menutupi rasa takut saya.
Saya yakin siapa yang berjalan dalam kebenaran maka kebenaran akan
melindunginya.

Buat rekan saya, murabbi saya, sahabat-sahabat saya dulu sesama
ikhwah, saya mencintai kalian semua dan akan terus mencintai kalian.
Saya berharap, persaudaraan kita tetap terjalin karena bukanlah partai
atau agama yang mempersaudarakan kita, tapi karena kita satu umat
manusia, anak cucu Adam. Kalau bahasa teman saya, kita menjadi saudara
karena kita menghirup udara yang sama, makanya kita disebut
"sa-udara".Semoga pengalaman saya ini dapat menjadi bahan renungan
para jamaah "fesbukiyah" dalam menentukan pilihan pemimpin yang akan
membawa kapal Indonesia menuju masyarakat yang bahagia, makmur dan
sentosa, yang memiliki jati diri dan menghargai kebudayaan nusantara.
Wallahu A'lam Bis-Shawab Wallahul Musta'an.


.

PALING DIMINATI

Back To Top