Bismillahirrohmaanirrohiim

Kolom Gus Nur Hamid : Sebelum merajut cinta

Harian Jogja (Jum'at, 13 Agustus 2010 09:51:45 )
Mustofa, Ramadan adalah bulanNYa yang selalu Ia serahkan kepadamu dan bulanmu serahkan semata-mata untukNya. 

Berucilah untukNya, bershalatlah untukNya,berpuasalah untukNya, berjuanglah melawa dirimu sendiri unukNya.(KH Mustofa Bisri)

Gegap gempita menyambut Ramadan telah terasa. Kita dapat melihat sepanduk-sepanduk dan baliho di sepanjang jalan yang kita lewati. Kita juga dapat melihatnya pula di depan kantor-kantor pemerintah, ormas, orsospol, sekolah-sekolah, hingga pusat perbelanjaan dan tempat rekreasi. Tak ada yang mau ketinggalan mengucapkan, “Marhaban Ya Ramadan, Selamat datang Wahai Ramadan!”. 

Mereka juga telah menyusun berbagai agenda kegiatan. Seolah-olah negeri ini hanya dimiliki oleh umat Islam yang sangat merindukan kehadiran Ramadan, yang ahli ibadah dan berhati lembut. Benarkah demikian?

“Barang siapa yang merasa senang akan datangnya Ramadan maka akan diharamkan baginya api jahanam”. Mungkin kata-kata yang sering kita dengar dan kita baca inilah yang menjadi pertimbangan mereka dan juga kita untuk melakukan hal-hal di atas. Dan sudah menjadi tradisi Ramadan yang “katanya” kita rindukan, kita cinta datang dan pergi begitu saja. Setelah itu kita kembali tenggelam dalam kesibukan kita masing-masing, terbuai  pesona- pesona dunia. 

Bagi pembaca yang masih atau pernah muda tentunya masih ingat bagaimana romantika cinta . Di dalamnya ada rasa rindu, cemburu, syahdu, dan juga sedih tentunya. Ketika kita jauh kita akan merasa rindu. Ada rasa syahdu ketika bersama dan ada kesedihan, cemas, juga cemburu ketika harus berpisah. Apakah demikian yang kita rasakan dengan “cinta” kita pada Ramadan?

Kita harus mengakui bahwa ternyata kita belum dapat mencintai Ramadan spenuhnya sehingga kita  tidak layak untuk merasa pede, merasa dapat berbuat sesuka hati di luar Ramadan dengan dalih akan bersih selaksa bayi sehingga akan terjaga dari murka Allah.

Hal lain yang perlu kita evaluasi ketika menjalani ibadah Ramadan adalah trik-trik yang telah ditanamkan syaitan untuk mempedaya kita. Rasa ingkar, enggan dan malas beribadah mungkin tidak akan banyak menyerang kita pada Ramadan ini. Di samping agungnya pahala yang dijanjikan sehingga memotivasi kita  beribadah, mungkin juga karena terbelenggunya syaitan selama Ramadan.

Akan tetapi, ada yang sering kita lupakan bahwa syaitan juga mempunyai cara lain untuk menghancurkan kita, yakni ketika tiba-tiba kita merasakan semangat yang luar biasa untuk menjalankan ibadah sehingga kita berlebih-lebihan menjalankannya. Jika tidak kita waspadai, pada saat demikianlah kita justru terbujuk. Bisa jadi kita merasa bersih dari dosa, merasa saleh dan ahli ibadah. Kita mungkin juga tidak merasa telah menzalimi saudara kita dengan bersikap “over dosis”dalam menjalankan ibadah tersebut.

Alhasil sebelum menjalani ibadah  Ramadan, kita haruslah meluruskan niat kita. Bagaimana kita shalat, puasa, sedekah, dan amal ibadah lain sebagaimana puisi nasehat K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus) di awal tulisan ini. Kita  tidak boleh mengesampingkan pemahaman kita tentang aturan dan tata cara yang benar dalam menjalankan ibadah. Semoga kita layak menyatakan dan merajut cinta kepada Ramadan. Wallahu a’lam bi showab

Oleh Ustadz Nur Hamid


.

PALING DIMINATI

Back To Top