Bismillahirrohmaanirrohiim

AKU TAHU DOSAMU (Oleh: Jum’an Basalim)

Suatu kali mobil saya terjepit diantara mobil-mobil lain di sebuah tempat parkir. Susah payah saya berusaha mengeluarkannya. Akhirnya berhasil tetapi bemper belakang membentur lampu depan sebuah mobil mewah entah milik siapa. Saya turun untuk melihat separah apa kerusakannya. Waduh. Lampunya pecah berantakan dan frame-nya peot. Pasti mahal ongkos mengganti dan memperbaikinya. Dan yang lebih menakutkan adalah kemarahan pemiliknya nanti. Makin mengerikan lagi kalau sipemilik ternyata berbaju hijau. Beberapa lama saya berdiri tertegun memikirkan apa yang sepantasnya saya lakukan. Tetapi waktu saya menengok kesana kemari tidak ada seorangpun yang nampak, pikiran saya beralih dari tanggung jawab ke menyelamatkan diri – dua jenis tindakan yang sama bobotnya.

Tanpa tergesa-gesa sayapun masuk kedalam mobil dan pulang kerumah dengan aman, meninggalkan bom waktu yang saya tidak mendengar ledakannya. Alangkah suci hati, bahkan utopisnya kalau saya menunggu sampai pemiliknya datang atau melapor ke bagian security bahwa saya telah memecahkan sebuah lampu mobil BMW dan siap untuk menerima hukumannya. Dipandang dari segala sudut, saya pilih menyelamatkan diri. Semoga Alloh memaafkan saya dan semoga ada hikmahnya bagi sipemilik BMW, siapa tahu itu mobil hasil kejahatan atau yang pemiliknya memang sedang memerlukan peringatan. Biarlah Alloh yang mengaturnya. Terhibur rasanya hati saya.

Beberapa hari kemudian ketika saya sedang berdiri dibalik jendela, terlihat tetangga depan rumah mengeluarkan mobil dari garasi mau keluar bersama isterinya. Entah hatinya sedang dongkol atau terburu-buru, ia terlalu keras menginjak pedal gas dan menabrak pagar gerbang rumah saya sampai rusak. Saya diam sambil mengamati apa yang mau ia perbuat. Ia turun untuk mengamati kerusakan mobilnya dan pagar saya lalu menegok kekanan dan kekiri –persis seperti waktu saya memecahkan lampu BMW- lalu kembali menaiki mobilnya dan wuzzz... bablas meneruskan perjalanan. Dua hari kemudian waktu kami bertemu muka, kami sama-sama tutup mulut tentang peristiwa tabrak-lari itu. Kami berbicara ramah-tamah seperti biasa tetapi saya yakin dia berfikir bahwa saya tidak tahu siapa yang menabrak pagar. Senang benar hatinya. Sementara dalam hati saya berkata: aku tahu dosamu. Sebuah senjata yang mungkin berguna sewaktu-waktu nanti... ha ha.

Saya merasa dosa saya memecahkan lampu BMW sudah terbayar dengan ditabraknya pagar rumah saya oleh tetangga. Saya yang memilih menyelamatkan diri dari pada bertanggung jawab sudah selesai menjalani hukuman, tinggal giliran tetangga saya yang bakal menerima akibat perbuatannya. Saya kira kalau orang tidak main tampar dan unjuk kuasa dalam menyelesaikan perkara, sungguh saya akan memilih untuk menunggu sipemilik BMW, mengaku terus terang dan saya bayar biaya perbaikannya dengan menghutang sekalipun. Tetapi dizaman aparat hukum dan pengadilanpun sulit dipercaya seperti sekarang ini, mana berani saya berspekulasi untuk diadili oleh orang yang tidak saya kenal sama-sekali. Saya pilih menyelamatkan diri, penyelesaian sementara dan jangan ditiru.


.

PALING DIMINATI

Back To Top