Bismillahirrohmaanirrohiim

ZIARAH KE MAKAM KARET BIVAK (Oleh: Jum’an Basalim)

Ini adalah pintu gerbang kaca masuk kekomplek pemakaman mbakyu saya di Karet Bivak Jakarta Pusat. Bentuknya sangat simbolik, seperti pangkalan untuk lepas landas tegak lurus, lempang menuju kelangit. Kalau anda
bersama saya berziarah kesana hari Sabtu kemarin, limapuluh meter dari gerbang itu anda akan melihat dua makam berdampingan. Yang disebelah barat milik mbakyu saya namanya diukir pada nisan marmernya:
Nurjanah binti Ali, wafat tahun 2002. Satu meter disebelah timurnya ditempati oleh anak perempuan berumur tujuh tahun, Ratu Maya Puspita Sari, wafat 1978. Namanya yang indahkah yang membuat pemiliknya tergesa-
gesa menjemputnya kesana sebelum bernoda?

Sebelum berdoa saya biarkan khayal saya bebas berkelana. Sulit untuk tidak membayangkan bahwa mereka berdua tidak saling bertemu. Mereka sangat berdekatan lagi pula mbakyu saya seorang penyayang anak-anak.
Dulu ia suka menyuruh saya membeli kembang gula lolipop agar anak tetangga berlama-lama bermain dirumah. Apa lagi Ratu Maya Puspita Sari yang baru berumur tujuh tahun itu sudah sejak lama kesepian karena dia
sudah ada disana sejak 1978. Sedang bermanja-manjakah Ratumaya dipangkuan mbakyu saya? Saya hanya bisa meneteskan air mata. Alloh yarham hunna. Ratumaya dan Cahayasorga.

Tanah pekuburan memang ajaib. Dari tahun ketahun bahkan dari abad keabad ribuan dan jutaan jasad manusia menumpuk didalamnya. Tanahnya tetap gembur dan datarannyapun tidak menggunung. Tentulah banyak
rahasia dan misteri disana seperti sebuah museum atau perpustakaan. Waktu saya membaca Yasin, pada ayat 78 tentang siapa yang bisa mengidupkan tulang-tulang yang berserakan, rasanya berbeda dengan
membacanya dirumah. Juga pada ayat 65 tentang hari mulut-mulut kita ditutup, tangan berbicara dan kaki bersaksi. Ada nilai lebih yang saya rasakan.

Siapa sajakah yang nampak bersliweran ditanah pekuburan? Banyak sekali dan kadang-kadang sulit diduga. Ada orang-orang tua lelaki ataupun perempuan yang datang untuk menjenguk rumah masa depannya yang
sebentar lagi akan mereka huni. Atau untuk menyampaikan pesan pada pasangannya yang sudah menetap disana, jangan takut sebentar lagi saya menyusul. Ada pula yang ingin memberitahukan bahwa dia akan
menikah lagi, tapi kau tetap tak kan kulupakan. Tidak kurang pula mereka yang datang untuk mendoakan arwah orang-orang yang dihormati atau dicintainya. Juga para penjual kembang dan air putih, para pembersih
kubur dan orang-orang miskin mencari nafkah.

Suatu kali di Karet Bivak ini saya melihat seorang laki-laki berkulit putih, berbaju kaos dan bercelana pendek. Ia menggendong seorang anak kurang dari setahun menggunakan kain panjang layaknya perempuan kampung
menggendong bayi didepan perutnya. Ia ditemani beberapa orang perempuan Indonesia yang lebih tua, berjongkok bersama mengelilingi sebuah makam. Sampai sekarang saya tidak bisa menduga apa dan siapa
mereka. Sulit benar diduga.


.

PALING DIMINATI

Back To Top