Bismillahirrohmaanirrohiim

Catatan Arbain (3) : HADITS KEDUA (Inti agama)


Catatan penting 
Oleh : Najih Ibn Abdil Hameed

اذ طلع علينا رجل
1. Malaikat bukan lelaki dan bukan perempuan. Meyakini malaikat sebagai lelaki, hukumnya dosa fasiq. Meyakini malaikat sebagai perempuan, hukumnya murtad/kufur.
2. Malaikat Jibril alaihissalam dalam kisah hadits ini menampakkan dirinya menyerupai lelaki tampan yg lebih mirip salah satu shahabat nabi bernama Dihyah Al Kalbi. Para shahabat penasaran siapa lelaki ini. Bukan penduduk setempat tapi tak ada tanda tanda musafir.
3. Sangat ditekankan kepada penuntut ilmu ketika berhadapan dengan guru, ulama, masyayikh, untuk bersikap hormat takdhim sebagaimana dicontohkan lelaki ini dengan cara duduk yg begitu sopan di hadapan Nabi ﷺ
4. Sangat dianjurkan bagi penuntut ilmu, ketika hendak datang ke majelis ilmu agar memakai pakaian rapi bersih terutama putih, sebagaimana dicontohkan lelaki yg sebenarnya jelmaan malaikat Jibril ini.
5. Sedangkan bagi para kyai atau ulama sangat dianjurkan untuk memakai pakaian yg menampakkan ciri khas seorang alim, seperti jubah atau sorban tertentu.
Al Izz ibn Abdissalam (w 660H) sultanul ulama pernah ketika ihram melihat sekelompok jamaah haji yg melakukan kesalahan dalam ibadah mereka. Beliau menegur membetulkan mereka. Tetapi apa yang terjadi? Mereka sama sekali tak menghiraukan, sebab tidak mengenali Beliau. Maklum sama sama berpakaian ihram.
Selepas ihrom beliau memakai jubah kebesaran ulama lalu menegor kesalahan mereka. Apa yang terjadi? Mereka manggut manggut patuh kepada beliau. 
Maka bagi seorang ulama, memakai pakaian kebesaran agar tampak keulamaannya, adalah sebuah ibadah, sebab bisa menjadikan ummat patuh kepada nasehat yang disampaikan, menjadi taat kepada Allah. Lil wasaili hukmul maqoshid.
Bagi orang awam atau santri yang bukan ulama, dilarang keras memakai pakaian khas para ulama karena dapat mengaburkan identitas keilmuan. Tasyabbuh/talbis. Dikhawatirkan akan banyak orang mengikuti dia padahal dia bicara dan berbuat tanpa ilmu.
---
وتؤمن بالقدر 
6. Lafaz "an tu'mina" hanya diulangi pada penyebutan qodar. Agar menjadi perhatian. Ini menunjukkan bahwa dari enam rukun iman, qodho qodar adalah perkara yg paling jarang diimani. Hanya orang orang hadziq (cerdas) dan serius mementingkan urusan agama saja yang memahami makna qodho qodar.
7. Iman kepada qodho qodar adalah meyakini dengan seyakin yakinnya bahwa segala kejadian alam semesta baik kejadian kecil maupun besar, kejadian baik maupun buruk, semuanya telah ditetapkan dan diketahui oleh Allah jauh sebelum alam semesta ini diciptakanNya.
8. Apakah taqdir bisa diubah??
Perlu difahami bahwa yang disebut dengan taqdir ada empat hal.
Pertama : taqdir fil ilmi.
Allah telah mengetahui apa saja yg akan terjadi pada alam semesta ciptaanNya ini, apa saja yang akan Dia ciptakan, mulai awal mula terciptanya makhluk sampai hari tiada akhir, semuanya sudah diketahui oleh Allah. Pengetahuan yg dimiliki Allah ini disebut "qodlo" atau "taqdir fil ilmi". 
Pengetahuan ini tidak akan pernah berubah dan tidak bisa diubah. Sebab, orang yg mengetahui kejadian masa depan, jika ternyata apa yg terjadi berbeda dengan apa yg ia telah ketahui, itu artinya sama saja dia tidak tahu alias bodoh. Mana mungkin Allah bodoh.
Kedua : taqdir fi lauhil mahfuz
Allah membuat manual book (buku panduan) bagi para malaikat untuk melaksakan tugas tugasnya mengelola alam, apa yg harus mereka kerjakan misalnya kapan harus mencabut nyawa fulan, berapa hujan yg harus diturunkan di daerah fulan, dst. Catatan ini berupa papan besar yg disebut "al lauh al mahfuz". 
Selama belum terlaksana, catatan ini masih editable (bisa diedit diubah) jika ada doa dan usaha seorang hamba. Oleh karenanya, sayyidina Umar bin Khatab berdoa : "ya Allah jika catatan taqdirku buruk ubahlan menjadi baik"
Namun perlu diingat bahwa catatan nasib Anda di lauhil mahfud akan diubah atau tidak, Anda akan berdoa atau tidak, itu pun sudah diketahui sebelumnya oleh Allah dalam taqdir fil ilmi. Artinya perubahan taqdir fillauhil mahfudz sebenarnya termasuk dalam taqdir juga.
Ketiga : taqdir fil rahmi
Ketika janin calon bayi berumur 120 hari dalam kandungan, Allah perintahkan malaikat meniupkan ruh padanya dan mencatat empat nasib baginya. Empat nasib yang sebelumnya telah tertulis di lauhil mahfudz, hari itu disalin oleh malaikat, dicatat di telapak tangan dan atau dahi janin. Rizki, amal, ajal, dan surga atau neraka.
Keempat : Taqdir fil waqi'
Segala kejadian alam semesta sekecil apapun kejadian itu, termasuk berapa kali kedip mata Anda hari ini, apa yang anda pikirkan detik ini, huruf huruf yang Anda baca saat ini, semuanya terjadi sama persis sesuai apa yg telah Allah ketahui sebelumnya dalam taqdir fil ilmi dan sesuai apa yg tertulis dalam taqdir fillauhil mahfudz.
9. Pahami dengan serius uraian poin 8 dan jangan bertanya lebih dalam menganai Taqdir. Sebagaimana kita diwajibkan mengimani taqdir, kita juga dilarang terlalu dalam membahas taqdir (Lihat : Al Hushun Al Hamidiyyah), karena dapat menggelincirkan aqidah kepada jabariyah atau qodariyah atau lebih sesat dari itu.
---
ان تعبد الله كانك تراه
10. Orang yg mencapai maqom musyahadah, seolah setiap saat ia melihat Allah, telah mecapai maqom tinggi. Ia tidak mungkin durhaka maksiyat kepadaNya atau lengah taat kepadanya. Sedangkan orang yg belum mencapai maqom itu harus berusaha menyadari bahwa dirinya selalu dilihat oleh Allah. Dia turun dari wilayah ruh ke wilayah akal. Maqom ini disebut maqom muroqobah. Dia akan malu ketika hendak maksiyat. Adapun orang yg tak mampu mencapai dua maqom itu, maka ibadahnya yg memenuhi syarat rukun secara fiqih, hanyalah menggugurkan kewajiban. Maksiat pun sering diterjang.
---
ان تلد الامة ربتها
11. Salah satu tanda kiamat adalah banyaknya anak durhaka kepada orang tua, menyusahkan orang tua, memperbantukan orang tua sedangkan ia bersikap seperti majikan.
---
يتطاولون في البنيان
12. Salah satu tanda kiamat adalah maraknya orang desa, miskin, penggembala, ekonominya terus membaik hingga mampu membangun rumah yg menjulang tinggi. Sepertinya penduduk pedesaan, buruh tani, pekerja, saat ini sudah banyak yg rumahnya bagus bersusun.
13. Rasulullah ﷺ pernah melihat rumah tinggi berkubah, lalu Beliau ﷺ menanyakan rumah siapa itu? Mulai saat itu Beliau ﷺ tidak mau bicara dengan pemilik rumah sampai akhirnya si pemilik rumah sadar dan merobohkan bangunannya, barulah Nabi ﷺ berkenan bicara dengannya.
14. Pada saat itu Beliau ﷺ bersabda :
ان كل بناء وبال على صاحبه الا ما لا بد
"Setiap bangunan adalah mala petaka bagi pemiliknya, kecuali bangunan yg memang dibutuhkan seperlunya"
15. Imam Nawawi penulis kitab Arbain mengatakan dalam syarah shohih muslim, bahwa meninggikan bangunan rumah adalah tanda kiamat tetapi hukumnya mubah (boleh) tidak haram. Menurut beliau tidak semua tanda kiamat adalah perkara haram. Ada yg haram ada yang tidak. Misalnya populasi wanita lebih banyak dari laki laki, turunnya Nabi Isa alaihissalam, banyaknya masjid, adalah tanda kimat yg tidak menunjukkan hukum haram.

Bojonegoro, 3 Ramadhan 1440
Najih Ibn Abdil Hameed
---
Ref : 
- Syarh Arbain Nawawi lil Nawawi
- Syarh Sahih Muslim lil Nawawi
- Al jawahir Alluluiyah syarh Arbain
- Syarh Arbain Syaikh Ali Jumah fil Youtube


.

PALING DIMINATI

Back To Top