Bismillahirrohmaanirrohiim

Ada apa dengan Man arofa Nafsah faqod arofa robbah?

Oleh Tsabit Abi Fadhil 

Arti dari maqolah itu adalah barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh dia akan mengenal Tuhannya.

Secara ekplisit dan implisit ketika maqolah ini difahami dengan benar sesuai jalurnya maka tidak ada yang dipermasalahkan, baik2 saja dan maknanya juga mendalam. Juga pada faktanya banyak juga ahli tarekat muktabar sering mengutip kata2 ini. Hanya saja sering kali kata2 itu sering kali disalahfahami dan disalah sandarkan.

1. Sering kali disalahfahami untuk legitimasi pembenaran banyak tarekat2 tidak muktabar, aliran2 kebatinan, makrifat2 dukunisme dan rahayuisme sehingga seolah2 menjadi branding bagi mereka. Ya kiranya hampir mirip2 dengan  jenggot cadar dan cingkrang yang seolah2 dibranding oleh kaum wahabi sehingga menjadi ciri khas bagi mereka itu.

Sering kali disalah fahami bahwa kalau sudah mengenal dirinya dia akan bertemu dengan guru sejati di dalam Hati, dan sering kali mereka mendewakan guru sejati itu hingga mengabaikan syariat2 resmi. 

2. Sering kali disalah sandarkan, disandarkan kepada Rosululloh. Padahal muara dari maqolah itu bukan dari Rosululloh. Bahkan imam2 besar kita seperti imam nawawi, imam assuyuti, azzakarsi, ibnu athoillah dll itu melakukan penelusuran mendalam terkait kata2 ini. 

Bahkan  imam assuyuthi membuat sub bab khusus di dalam kitab Al-Hawi lil Fatawa beliau, pada sub bahasan Al-Qaulul Asybah fi Haditsi Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu. Dimana Terkait persoalan otentisitas itu imam  An-Nawawi menegaskan bahwa ungkapan itu tidak punya dasar yang jelas dikatakan sebagai Hadis Nabi.

Kata imam Assuyuthi mengutip dawuh imam nawawi :

وَقَدْ سُئِلَ عَنْهُ النَّوَوِيُّ فِي فَتَاوِيهِ فَقَالَ : إِنَّهُ لَيْسَ بِثَابِتٍ

Imam Nawawi pernah ditanya terkait ungkapan tersebut di dalam fatawa beliau, lantas ia menjawab, "Ungkapan itu tidak mempunyai validitas sebagai hadits Nabi"

Begitu juga seperti kata imam azzakarsyi mengutip assam'ani bahwa ungkapan itu berasal dari seorang sufi besar yg bernama yahya bin muadz arrazi.
Jadi bukan hadis yagesya..😁
.

Dan yang menjadi titik pembahasan dalam status ini bahwa ungkapan man arofa ini sudah dibranding oleh kaum rahayu wa dzurriyatihi sama seperti cadar jenggot cingkrang yang dibranding oleh wahabi.

Jadi  ketika ada sebuah tarekat kok menjadikan ungkapan ini sbg motto utama maka perlu dipantau dan dilihat muktabar atau tidaknya, melenceng atau tidaknya. 

Ibarat lampu kuning lah, dimana lampu kuning itu adalah isyarat untuk berhati2, Beware...

Ibnu taimiyahnya skip aja ya..🤭


.

PALING DIMINATI

Back To Top