Bismillahirrohmaanirrohiim

Berdoa Dengan Bahasa Indonesia Dalam Shalat


Hasil Keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim  1980 di PP.Asembagus Situbondo
Bagaimana hukumnya membaca doa dengan bahasa Indonesia (‘ajam) di dalam shalat?
Jawab:
Hukumnya tafsil sbb:
Apabila do’a/adzkar tersebut termasuk rukun shalat, maka wajib membaca terjemahannya bagi orang yang tidak mampu berbahasa arab (ajiz).
Apabila do’a/adzkar tersebut bukan termasuk rukun shalat dan do’a itu ma’tsuroh/mandubah,maka sah sholatnya bagi orang yang memang ajiz.
Apabila do’a/adzkar tersebut tidak ma’tsuroh (mengarang sendiri), maka sholatnya batal secara mutlaq (baik ajiz atau bukan).
Dasar Pengambilan:
Mughni al-muhtaj, Juz I, Hlm. 177
(وَمَنْ عَجَزَ عَنْهُمَا) أَيْ التَّشَهُّدِ وَالصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ e وَهُوَ نَاطِقٌ، (تَرْجَمَ) عَنْهُمَا وُجُوبًا؛ ِلأَنَّهُ لاَ إعْجَازَ فِيهِمَا. أَمَّا الْقَادِرُ فَلاَ يَجُوزُ لَهُ تَرْجَمَتُهُمَا، وَتَبْطُلُ بِهِ صَلاَتُهُ (وَيُتَرْجِمُ لِلدُّعَاءِ) الْمَنْدُوبِ (وَالذِّكْرِ الْمَنْدُوبِ) نَدْبًا كَالْقُنُوتِ وَتَكْبِيرَاتِ اْلإِنْتِقَالاَتِ وَتَسْبِيحَاتِ الرُّكُوْعِ وَالسُّجُودِ (الْعَاجِزُ) لِعُذْرِهِ (لاَ الْقَادِرُ) لِعَدَمِ عُذْرِهِ (فِي اْلأَصَحِّ) فِيهِمَا. أَمَّا غَيْرُ الْمَأْثُورِ بِأَنْ اخْتَرَعَ دُعَاءً أَوْ ذِكْرًا بِالْعَجَمِيَّةِ فِي الصَّلاَةِ فَلاَ يَجُوزُ. انتهى
Barangsiapa yang tidak mampu membaca tachiyat dan shalawat kepada nabi Muhammad saw sementara dia dapat berbicara maka tachiyat dan shalawat harus diterjemah secara wajib karena dia mampu menterjemah keduanya. Sedangkan bagi orang yang hafal keduanya maka tidak diperbolehkan baginya menterjemah keduanya, dan bahkan shalatnya menjadi batal. Bagi orang yang tidak mampu diperbolehkan menterjemah doa dan dzikir yang disunnahkan, seperti doa qunut, takbir perpindahan, takbir ruku’, dan sujud karena ketidak mampuannya, namun tidak diperbolehkan bagi orang yang mampu karena dia mampu. (Hal ini) menurut pendapat yang ashah. Sedangkan untuk bacaan-bacaan yang tidak diajarkan dari Nabi, seperti membuat doa atau dzikir dengan bahasa selain Arab di dalam shalat maka hukumnya adalah tidak diperbolehkan (haram). Selesai.
Al-Turmusi, Juz II, Hlm. 175
Al-Majmu’ syarhu Al-Muhadzab, Juz II, Hlm. 129
Al-Jamal ‘ala Fathu Al-Wahab, Juz I, Hlm. 350
Al-Mahali, Juz I, Hlm. 168
Minhaju Al-Qowwim, Hlm. 44
Tuhfah, Juz II, Hlm. 79
Bujairimi, Juz II, Hlm. 68-69


.

PALING DIMINATI

Back To Top