Bismillahirrohmaanirrohiim

Pemahaman Ayat : Tidaklah ada bagi seseorang itu kecuali apa yang dia usahakan

Ada beberapa dalil lagi yang diajukan oleh Golongan pengingkar untuk menolak hadiah pahala untuk si mayyit diantaranya menggunakan dalil firman Allah dalam surat an-Najm ayat 39:
‘Tidaklah ada bagi seseorang itu kecuali apa yang dia usahakan’.

Mereka biasanya berkata: "Bukankah ini menunjukkan bahwa amal orang lain tidak akan bermanfaat bagi orang yang sudah mati karena itu bukan usahanya? Dengan demikian dalam Islam tidak ada yang dinamakan hadiah pahala !"

Ayat tersebut dijadikan oleh mereka sebagai dalil untuk menolak adanya hadiah pahala untuk si mayyit, ini juga tidak tepat sekali. Dalam ayat ini Allah swt. tidak mengatakan juga bahwa si mayit tidak dapat mengambil manfa’at kecuali dari usahanya sendiri. Bila golongan ini konsekwen dan adil, maka dengan penafsiran mereka seperti diatas ini, mereka juga harus mengatakan bahwa semua amalan muslimin yang masih hidup (termasuk do'a) baik itu dari anaknya atau orang lain tidak bisa memberi manfa’at atau syafa’at pada si mayit. Juga dengan penafsiran mereka itu, mereka tidak bisa mengatakan; ‘amalan, do’a dari anak sholeh atau dari seorang anak untuk orang tuanya saja yang bisa diterima tapi kalau dari selain itu tidak bisa’.

Karena ayat ilahi (An-Najm :39) tersebut mengatakan: ‘Tidaklah ada bagi seseorang itu kecuali apa yang dia usahakan’, tanpa tambahan atau perkecualian kalimat...hanya/kecuali amalan seorang anak sholeh terhadap orang tuanya yang telah wafat saja yang bisa diterima !

Dengan adanya penafsiran mereka dan penolakannya yang tidak tepat ini, akan terjadi kontradiksi dengan hadits-hadits Rasulallah saw. yang telah diakui keshohihannya oleh ulama-ulama pakar masalah sampainya pahala amalan orang lain untuk si mayyit. (puasa, shodaqah, haji, sholat, pembayar an hutang dan sebagainya).

Disamping itu banyak ulama-ulama pakar yang telah menerangkan maksud ayat (An- Najm:39) tersebut diantaranya dalam kitab Syarah Thahawiyah hal. 455 kita ambil garis besar intinya saja menerangkan: Manusia dengan usaha dan pergaulannya yang santun akan memperoleh banyak kawan dan sahabat, menikahi istri dan melahirkan anak, melakukan hal-hal yang baik untuk masyarakat dan menyebabkan orang-orang cinta dan suka padanya. Manusia yang banyak sahabat dan kawan yang cinta padanya itu bila wafat akan memperoleh manfaat dari do’a para sahabat dan kawan-kawannya tersebut (umpama pada waktu sholat jenazah, ziarah kuburnya dan sebagainya). Dalam satu penjelasan Allah swt. juga menjadikan iman sebagai sebab untuk memperoleh kemanfaatan dengan do’a serta usaha dari kaum mukminin yang lain. Merekapun akan berdo’a untuknya, itu semua adalah bekas dari usahanya sendiri.

Ayat Al-Qur’an tidak menafikan adanya kemanfaatan untuk seseorang dengan sebab usaha orang lain. Ayat Al-Qur’an hanya menafikan kepemilik-an seseorang terhadap usaha orang lain. Dua perkara ini jelas berbeda. Allah swt. hanya menfirmankan bahwa orang itu tidak akan memiliki kecuali apa yang dia usahakan sendiri. Adapun usaha orang lain, maka itu adalah milik bagi siapa yang mengusahakannya. Jika dia mau, dia boleh memberi-kannya kepada orang lain atau boleh menetapkannya untuk dirinya sendiri. (jadi pada kata kata lil-insan pada ayat itu adalah lil-istihqaq yakni menunjukkan arti ‘milik‘). Beginilah jawaban yang dipilih oleh pengarang kitab Syarah Thahawiyah.

Sedangkan menurut ahli tafsir Ibnu Abbas ra dalam menafsirkan ayat An-Najm : 39 adalah:

اَلْحَقُنَابِهِم هَذَا مَنْسُوْخُ الحُكْمِ فِي هَذِهِ الشََّرِيْعَةِ بِقَوْلِهِ تَعَالَى

ذُرِّيَّتَهُمْ فَاُدْخِل الأَبْنَاءُ الجَنَّةَ بِصَلاَحِ الآبَاءِ


“Ini (ayat) telah dinaskh (dikesampingkan) hukumnya dalam syari’at kita dengan firman Allah Ta’ala; ‘Kami hubungkan dengan mereka anak-anak mereka’, maka dimasukkanlah anak (yang beriman) kedalam surga berkat kebaikan yang diperbuat oleh bapaknya”.(Tafsir Khazin jilid 4/223).



Firman Allah swt yang dimaksud oleh Ibnu Abbas sebagai pengenyampingan surat An-Najm: 39 adalah surat At-Thur ayat 21 yang berbunyi sebagai berikut: “Dan orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka mengikuti mereka dengan iman, maka Kami hubungkan anak cucu mereka itu dengan mereka dan Kami tidaklah mengurangi sedikitpun dari amal mereka. Tiap-tiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya”. (At-Thur ayat 21)

Dengan demikian menurut Ibnu Abbas surat An-Najm; 39 itu sudah dikesampingkan hukumnya, berarti sudah tidak bisa dimajukan sebagai dalil. Kalau kita baca ayat At-Thur ini menunjukkan bahwa amalan-amalan datuk-datuk kita yang beriman yang telah wafat, bisa memberi manfa’at bagi kerabatnya yang beriman yang masih hidup.

Nah, bukan hanya amalan-amalan orang yang hidup saja yang bisa bermanfaat bagi si mayyit tetapi orang yang beriman yang telah wafatpun bisa memberi manfa’at.Tidak lain ini semua menunjukkan Rahmat dan Karunia Ilahi yang sangat luas sekali.

Wallahu a'lam


.

PALING DIMINATI

Back To Top