Bismillahirrohmaanirrohiim

MEYEMATKAN SEBUTAN KETURUNAN YAHUDI KEPADA DZURRIYAH RASULULLAH

Oleh : Abdul Wahid Alfaizin, Staf Pengajar Pondok Pesantren Sidogiri - المعهد سيداقري السلفى dan Ketua Komisi Fatwa MUI Surabaya 

Salah satu istri Rasulullah yang bernama Shafiyyah bersedih dan menangis karena di-bully sebagai keturunan Yahudi. Kisah ini terekam dengan jelas dalam hadits riwayat Turmudzi berikut 

عَنْ أَنَسٍ قَالَ بَلَغَ صَفِيَّةَ أَنَّ حَفْصَةَ قَالَتْ بِنْتُ يَهُودِيٍّ فَبَكَتْ فَدَخَلَ عَلَيْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ تَبْكِي فَقَالَ مَا يُبْكِيكِ فَقَالَتْ قَالَتْ لِي حَفْصَةُ إِنِّي بِنْتُ يَهُودِيٍّ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكِ لَابْنَةُ نَبِيٍّ وَإِنَّ عَمَّكِ لَنَبِيٌّ وَإِنَّكِ لَتَحْتَ نَبِيٍّ فَفِيمَ تَفْخَرُ عَلَيْكِ ثُمَّ قَالَ اتَّقِي اللَّهَ يَا حَفْصَةُ

"Dari Anas, dia berkata; telah sampai kabar ke (telinga) Shafiyyah bahwa Hafshah berkata; "Puteri seorang Yahudi." maka dia menangis, hingga ketika Nabi masuk menemuinya dan ia masih dalam keadaan menangis. Beliau bertanya; "Apa yang membuatmu menangis?" Shafiyyah menjawab; "Hafshah telah berkata kepadaku bahwa aku adalah puteri seorang Yahudi." Maka Nabi bersabda: "Sesungguhnya kamu adalah puteri seorang Nabi, dan sesungguhnya pamanmu juga seorang Nabi, dan sesungguhnya kamu juga di bawah perlindungan seorang Nabi (Muhammad), lalu apa yang bisa ia (Hafshah) banggakan atas dirimu!." Kemudian beliau bersabda: "Bertakwalah kamu wahai Hafshah." (HR. Turmudzi)

Mulla Ali Al-Qari dalam kitabnya مرقاة المفاتيح menjelaskan teguran Rasulullah kepada Hafshah agar bertakwa pada Allah dengan menyatakan 

(ثُمَّ قَالَ: " اتَّقِي اللَّهَ ") ، أَيْ: مُخَالَفَتَهُ أَوْ عِقَابَهُ بِتَرْكِ مِثْلِ هَذَا الْكَلَامِ الَّذِي هُوَ مِنْ عَادَاتِ الْجَاهِلِيَّةِ

"Bertakwalah kamu pada Allah ketika menyelisihi perintahnya atau takutlah kamu pada siksa Allah dengan meninggalkan ucapan seperti ini yang merupakan kebiasaan orang Jahiliah"

Sekian Abad dari peristiwa yang terjadi pada istri Rasulullah Shafiyyah di atas, ternyata fenomena budaya Jahiliah tersebut terjadi lagi sekarang dengan masif. Tuduhan "Keturunan Yahudi" atau "Antek Penjajah" dengan sangat mudah diucapkan di panggung dan mimbar ceramah di dunia nyata. Begitu pula menjadi narasi viral yang tersebar di berbagai media sosial di dunia maya.

Mengejek Shafiyyah yang secara pasti dan nyata merupakan putri salah satu pemimpin suku Yahudi dengan keturunan Yahudi saja menjadikan Rasulullah murka dan menegur Hafshah yang merupakan istri beliau sendiri. Lalu bagaimana kiranya kalau ungkapan itu dilontarkan untuk kelompok tertentu yang masih belum pasti keturunan Yahudi atau bahkan bisa jadi itu hanya tujuan keji semata. 

Ketika yang diejek satu orang saja seperti Shafiyyah mungkin mudah meminta maaf. Lalu bagaimana kalau yang dituduh keturunan Yahudi tersebut adalah kelompok tertentu yang sudah turun temurun. 

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat kepada setiap individu dari kelompok yang dituduh tersebut baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat yang tidak terhitung jumlahnya. Apalagi di antara mereka banyak sekali para ulama' yang shalih atau bahkan para wali Allah. 

Saya juga tidak bisa membayangkan bagaimana kelak ketika bertemu Rasulullah, ternyata yang dituduh keturunan Yahudi tersebut ternyata memang keturunan Rasulullah.

Yang lebih menyedihkan lagi mereka dan para pengikutnya memiliki militansi yang kuat untuk menyebarkan narasi tersebut. Bahkan mereka menganggap itu merupakan bentuk jihad, perjuangan, dan amar ma'ruf nahi mungkar. Dalam hal ini perlu kita renungkan ayat berikut :

قُلۡ هَلۡ نُنَبِّئُكُم بِٱلۡأَخۡسَرِینَ أَعۡمَـٰلًا (103) ٱلَّذِینَ ضَلَّ سَعۡیُهُمۡ فِی ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا وَهُمۡ یَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ یُحۡسِنُونَ صُنۡعًا (104) 

"Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?” (103) (Yaitu) orang yang sia-sia (tersesat) perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.
[Surat Al-Kahfi: 103-104]

Semoga saya pribadi dan keturunan saya dijauhkan dari fitnah tersebut. Aamiin

Qultu: Saya simpulkan : andai benar mereka para habaib yang sholeh-sholeh itu keturunan Yahudi (bukan keturunan Rasulullah shallallahu alayhi wasallama) kita tidak boleh melecehkan mereka dengan sebutan "Keturunan Yahudi". Itu andai benar. Lalu bagaimana jika hakikatnya mereka itu dzurriyah Rasulullah shallalhu alayhi wasallama? Masih layakkah mereka atas syafaat Rasulullah shallallahu alayhi wasallama?

Semoga kita dan anak cucu kita diselamatkan oleh Allah karena sejatinya sebagian para pencaci habaib itu orang tuanya adalah muhibbin sejati.


.

PALING DIMINATI

Back To Top